PANTAI LABU, SUMUTPOS.CO – Usaha keras keluarga besar Juanda Prayoga (27) mencari keadilan, akhirnya tercapai. Manajemen Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan atau yang dikenal dengan PSPP Insyaf Medan, meminta maaf dan akan mengikuti proses hukum. Bahkan, saat kru koran ini kembali menyambangi kediaman Juanda di Jl. Besi Desa Ramunia II, Kec. Pantai Labu, Deliserdang, Minggu (21/12), terlihat pihak panti ada di sana.
Tak tanggung, Kepala PSPP Insyaf, Sinar Sebayang turun langsung bersama sejumlah staf. Mereka disambut orangtua Juanda. Suarni (ibu Juanda), dalam pertemuan itu, menceritakan kesedihannya selama Juanda dirawat di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Berurai air mata, Suarni mengaku putranya terjerumus sabu pasca pisah dengan istri, Riska (23).
Meski pun sudah jadi pengguna sabu, namun Jaunda tidak mau dirawat di panti dan berjanji akan berubah dan bertobat. Namun setelah terus dibujuk dan diarahkan pihak keluarga, akhirnya Juanda pun bersedia dirawat di panti. Masih Suarni, selama dirawat di RS Haji Medan, Juanda terus berkata akan mengejar Yosep (27), salah seorang satpam yang memerintahkan agar Juanda dipukuli bahkan lehernya dirantai dengan besi.
Tidak hanya itu, Juanda pun sempat menitipkan Melani (3) putri semata wayang Juanda hasil pernikahannya dengan Riska. ”Sebelum meinggal, Juanda menitipkan Melani, agar aku rawat seperti merawat Juanda,” lirihnya. Mendengar cerita sedih Suarni, Sinar Sebayang bersama staffnya pun meminta maaf sebesar-sebesarnya kepada Suarni dan pihak keluarga atas kejadian yang menimpa Juanda.
Sopian (35), sepupu Juanda mengungkapkan, pihak panti akan menyerahkan langsung Yosep kepada polisi. “Proses hukum tetap berlanjut dan pihak panti mengakui bahwa Juanda dipukuli petugas satpam dan para penghuni panti. Pihak panti juga yang akan langsung menyerahkan Yosep ke Polresta Medan,” tegasnya.
Sinar Sebayang sendiri membenarkan pemukulan yang dialami Juanda akibat ulah satpam dan penghuni panti. Namun diakuinya, pemukulan itu merupakan peristiwa yang tak terduga dan kondisional. Kejadian itu pun baru pertama kali terjadi sejak tahun 1986 sejak panti beroperasi.
Tapi, sambung Sinar Sebayang, kaburnya penghuni panti memang kerap terjadi. “Jika ada penghuni panti yang berusaha kabur akan di tempatkan di ruang isolasi,” ungkapnya. Sinar sibayang pun menyampaikan permintaan maafnya kepada pihak keluarga Juanda dan akan mengikuti proses hukum yang sedang berlangsung. Dirinya pun mengungkapkan bahwa Yosep masih bekerja di panti dengan pengawasan ketat 2 petugas panti.
Dia mengaku mengetahui peristiwa pemukulan yang dialami Juanda setelah diberitakan dan tidak datang ke rumah duka karena kesibukan. ”Saat ini Yosep masih bekerja di panti dan tetap dalam pengawasan. Proses hukum akan terus berlanjut dan kita akan patuhi proses hukum itu,” tegasnya.(cr1/trg)