29 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Tiap Tahun 150 Orang Kena Kangker Tenggorokan

MEDAN-Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Delfitri Munir meminta kepada pemko/pemkab agar melakukan sosialisasi gejala dini terhadap penyakit kanker nasofaring atau disebut KNF. Pasalnya untuk wilayah Sumut, setiap bulannya tercatat sekitar 10 orang menderita KNF.

Kanker nasofaring atau yang disebut KNF itu sendiri, bilang Delfitri, adalah tumor ganas karsinoma yang berasal dari epitel belakang hidung. Tumor ini menurutnya bisa tumbuh dan meluas ke hidung, tenggorokan serta dasar tengkorak.
“Sudah saatnya dilakukan screening KNF pada masyarakat dengan berisiko atau pada keluarga yang menderita KNF,” ujar Delfitri, usai dikukuhkan sebagai guru besar USU di Gelanggang Mahasiswa USU kemarin.

Tingginya  penderita baru KNF yang mencapai kisaran 100-150 orang setiap tahunnya itu diharapkan bisa diantisipasi sejak dini oleh pemerintah daerah dan kota.

“Sejak April 2008 lalu sudah sekitar 5.000 petugas kesehatan yang telah mendapatkan pengetahuan soal KNF ini, sehingga  bisa berperan menangani dan menemukan kasus sejak dini,”ujarnya.

Menurutnya, penderita KNF biasanya berusia di atas 40 tahun dan sudah memasuki stadium lanjut. Sedangkan penyebabnya dilatarbelakangi peran virus Epstein-Barr (VEB) sebagai faktor etiologi utama penyebab KNF.

“VEB merupakan virus yang terdapat dimana-mana dan menyebar melalui penularan antar manusia. Di negara sedang berkembang, 99,9 persen anak-anak sudah terinveksi virus ini sejak usia tiga tahun. VEB banyak dijumpai pada air ludah,” terangnya.
Dia juga mengatakan penderita KNF terbesar berada di Cina Selatan, Guangdong.

Hal ini dikarenakan adanya kebiasaan dari nenek moyang mereka yakni memberikan ikan asin kepada anak bayi.
Virus ini, katanya, bisa ditularkan pada percikan air ludah, kontak mulut atau melalui peralatan makanan. Selain itu juga bahan makanan dan kimia yang diawetkan dengan cara diasinkan atau dengan cara pengasapan seperti ikan asin dan terasi.
“Biasanya orang mengganggap gejalanya seperti penyakit biasa, seperti sakit kepala, pilek, hidung berdarah, telinga berdengung. Orang-orang pada menghiraukan ini. Hanya doktor THT yang mengetahui itu,” ucapnya. (uma)

MEDAN-Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Delfitri Munir meminta kepada pemko/pemkab agar melakukan sosialisasi gejala dini terhadap penyakit kanker nasofaring atau disebut KNF. Pasalnya untuk wilayah Sumut, setiap bulannya tercatat sekitar 10 orang menderita KNF.

Kanker nasofaring atau yang disebut KNF itu sendiri, bilang Delfitri, adalah tumor ganas karsinoma yang berasal dari epitel belakang hidung. Tumor ini menurutnya bisa tumbuh dan meluas ke hidung, tenggorokan serta dasar tengkorak.
“Sudah saatnya dilakukan screening KNF pada masyarakat dengan berisiko atau pada keluarga yang menderita KNF,” ujar Delfitri, usai dikukuhkan sebagai guru besar USU di Gelanggang Mahasiswa USU kemarin.

Tingginya  penderita baru KNF yang mencapai kisaran 100-150 orang setiap tahunnya itu diharapkan bisa diantisipasi sejak dini oleh pemerintah daerah dan kota.

“Sejak April 2008 lalu sudah sekitar 5.000 petugas kesehatan yang telah mendapatkan pengetahuan soal KNF ini, sehingga  bisa berperan menangani dan menemukan kasus sejak dini,”ujarnya.

Menurutnya, penderita KNF biasanya berusia di atas 40 tahun dan sudah memasuki stadium lanjut. Sedangkan penyebabnya dilatarbelakangi peran virus Epstein-Barr (VEB) sebagai faktor etiologi utama penyebab KNF.

“VEB merupakan virus yang terdapat dimana-mana dan menyebar melalui penularan antar manusia. Di negara sedang berkembang, 99,9 persen anak-anak sudah terinveksi virus ini sejak usia tiga tahun. VEB banyak dijumpai pada air ludah,” terangnya.
Dia juga mengatakan penderita KNF terbesar berada di Cina Selatan, Guangdong.

Hal ini dikarenakan adanya kebiasaan dari nenek moyang mereka yakni memberikan ikan asin kepada anak bayi.
Virus ini, katanya, bisa ditularkan pada percikan air ludah, kontak mulut atau melalui peralatan makanan. Selain itu juga bahan makanan dan kimia yang diawetkan dengan cara diasinkan atau dengan cara pengasapan seperti ikan asin dan terasi.
“Biasanya orang mengganggap gejalanya seperti penyakit biasa, seperti sakit kepala, pilek, hidung berdarah, telinga berdengung. Orang-orang pada menghiraukan ini. Hanya doktor THT yang mengetahui itu,” ucapnya. (uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/