“Apakah ada kasus pembunuhan lain yang dilakukan kelompok bayaran ini? Masih didalami. Kejadian luar biasa ini terjadi di sini. Saya sudah bilang berkali-kali, ultimatum sangat keras kepada preman. Apalagi pembunuhan bayaran seperti ini yang mengggangu dan buat takut masyarakat di Medan. Saya sudah tegaskan berkali-kali, saya akan tindak tegas para preman, apalagi pembunuh yang coba ganggu dan menakuti warga di Sumatera Utara,” ujar dia.
Sebelum mengakhiri, tiga senpi yang disita oleh petugas akan dilakukan identifikasi secara forensik. Itu dilakukan untuk mengetahui ketiga jenis senpi tersebut. Apakah organik atau rakitan.
“Bila itu organik, kita akan lakukan pemeriksaan darimana sumbernya dan di mana harusnya berada senjata ini. Kemudian dari komunikasi elektronik handphone, akan kita telusuri untuk mengetahui kejadian-kejadian sebelumnya dan jaringan mereka,” tandas Rycko.
Dir Reskrimum Polda Sumut, Kombes Nurfallah mengungkapkan kalau SRJ adalah otak pelaku pembunuhan terencana ini dengan menjanjikan uang yang cukup fantastis, Rp2,5 miliar.
“(Uangnya, Red) dikirim ke Rawi dari SRJ. Rencananya Rp2,5 miliar. Tapi baru diterima Rp50 juta,” jelas Kombes Nurfallah.
Menurutnya, sejak sepekan sebelum peristiwa berdarah itu, jejak Kuna telah dibuntutin. “Rawi yang mengarahkan eksekutor. Dendam pribadi. Mungkin ada sesuatu hal yang disampaikan korban, namun tersangka merasa tak puas,” ujarnya sembari membenarkan kalau Putra merupakan mantan personel TNI yang dipecat.
“Informasinya ya pecatan TNI. Dari Kapolrestabes Medan saya dapat infonya. Coba ke Kapolrestabes ya kontaknya,” tandas Fallah saat disingung oknum TNI itu dari satuan mana.
Sementara, Ayen mengaku, mendapat titipan tas dari Rawi yang tak diketahui isinya apa. Dirinya bilang, harus menuruti permintaan Rawi. “Kenal sama Rawi karena usaha ternak ayam. Tapi saya sempat diancam juga untuk jangan macam-macam,” singkat dia di RS Bhayangkara yang kemudian diboyong petugas masuk ke dalam. (ted/mag-1/adz)