Terkait Wadir Narkoba Poldasu Tersangkut Kasus Narkoba
MEDAN-Pencopotan AKBP Apriyanto Basuki Rahmat dari jabatannya sebagai Wakil Direktur (Wadir) Narkoba Poldasu menuai banyak tanya. Pasalnya, Apriyanto tersangkut masalah narkoba, sesuatu yang memang harus diberantasnya.
Kasus ini tak pelak membuat Rinawandini (40), istri Apriyanto, buka mulut. Menurut Rina, suaminya Apriyanto malam itu hendak menukar mata uang Bath (mata uang Thailand) untuk dirupiahkan sebanyak Rp10 juta. Bahkan, suaminya itu sempat meminta tolong kepada Jhonson Jingga (bos D’Core Paramount) untuk menukarkan uangnya.
“Suami saya permisi sama saya mau menukar uang Bath. Karena suami saya mau ke Bangkok mewakili BNN dalam acara seminar narkoba. Jadi suami saya meminta tolong Jhonson Jingga,” kata Rina – panggilan Rinawandini – dalam jumpa pers di kantor pengacara Marudut Simanjuntak, di Jalan Mangkubumi Medan pada Rabu (22/2) sore.
Rina pu mengaku, suaminya memang mengenal Agustina. “Suami saya banyak kenalan. Jadi, suami saya jam 21.00 WIB keluar rumah dan pulang dari D’cure Paramount pukul 23.30 WIB,” kata Rina.
Rina mengaku heran, kenapa penggerebakan itu dikaitkan dengan suaminya. Pasalnya, penggerebekan itu terjadi setelah suaminya pulang. “Kan aneh, suami saya dibilang memesan pil Happy Five sama Jhonson melalui si Ade. Lalu, saat dirazia polisi ada menemukan pil itu dari Jhonson. Kenapa suami saya dilibat-libatkan,” kata Rina.
Karena ada yang tidak beres dalam kasus yang menimpa suaminya, Rina meminta kepada Kepala Kepolisian Daerah (Kapoldasu) Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro agar menegakkan keadilan, dan suaminya AKBP Apriyanto terbebas dari fitnah.
Tak hanya itu, Rina sangat menyesali tuduhan terhadap suaminya. “Biarlah Tuhan yang membalasnya. Yang saya sangat sesali, tuduhan penyalahgunaan narkoba dan perselingkuhan. Itu fitnah,” ujar Rina.
Sementara itu, Dir Narkoba Poldasu Kombes Pol Andjar Dewanto yang ditemui Sumut Pos di kantornya mengatakan, Apriyanto memang saat penggerebekan sedang tidak berada di lokasi. “Wadir memang sudah pulang dengan teman wanitanya bernama Wina,” terang Andjar, kemarin.
Ditanyakan apakah AKBP Apriyanto tidak mengetahui bakal ada razia, Andjar membantah. “Wadir Narkoba tahu memang ada razia di tempat itu, sekaligus dengan lokasi razianya.Tapi, ya saya tidak tahu apa kepentingannya datang ke sana,” kata Andjar.
Terkait pemeriksaan, Andjar menerangkan kalau Apriyanto membantah kalau dia menerima dan memesan pil Happy five dari tersangka Ade Hendrawan. Namun, dirinya mengakui memang benar sedang berada di tempat tersebut sebelum dilaksanakan razia.
“Intinya, kasus ini masih dalam proses penyidikan, kita akan tetap dalami, sesuai dengan kronologis yang sudah saya sampaikan kemarin,” terang Andjar.
Andjar menambahkan, bahwa pemeriksaan terhadap Aprianto ini statusnya masih sebagai saksi. Sedangkan terkait pencopotan jabatan AKBP Aprianto sebagai Wadir Narkoba, Andjar mengatakan hal itu adalah pemindahanan jabatan yang sifatnya masih sementara.
“Ini untuk mempermudah melakukan penyidikan. Soalnya yang akan memeriksa anggotanya, biar tak ada rasa sungkan dan agar penyidikan ini lancar, makanya sementara waktu beliau dicopot dari jabatanya,” kata Andjar.
Sementara itu, kasus yang menyeret nama Apriyanto menjadi perhatian Ketua Komisi A DPRD Sumut, Isma Fadly Ardhya Pulungan. “Citra polisi, sangat bergantung pada prilakunya. Ini menjadi tugas berat Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro, untuk membangun loyalitas dan polisi yang bersih terhadap segala tindak kriminal termasuk narkoba,” tegasnya.
Untuk membuktikan itu, lanjut Politisi dari Partai Golkar ini, sebaiknya dilakukan sebuah tes untuk membuktikan kebenaran hal itu, serta membuktikan benar atau tidanya personel polisi di Sumut ini bersih dari namanya narkoba.
“Saya pikir, diperlukan tes urine, jadi tahu siapa pemakai, pecandu atau mungkin penjual. Bagaimana polisi mau memberantas narkoba, kalau di tubuh kepolisian sendiri masih ada yang seperti itu,” tambahnya lagi.
Ade Baru Dua Kali Bertemu Apriyanto
Kemarin, Sumut Pos berhasil menjumpai Ade Hendrawan (29) , sang kapten di D’Core Paramount Di Jalan Merak Jingga, Medan. Ade berada di dalam sel tahanan Narkoba Poldasu yang ada di gedung Direktorat Reser Narkoba Polda Sumut.
Ade saat ditemui memakai baju kaos merah dan celana ponggol. Dari keterangannya, ia mengaku baru dua kali bertemu dengan sang wadir. Pertemuan pertama saat ia dikenalkan dengan AKBP Apriyanto. Dalam perkenalan pertama, Ade hanya sebatas mengetahui nama, jabatan dan tugas. Ini seperti kewajiban terhadap para manejer dan kapten di setiap hiburan malam.
Jadi, kata Ade, pada malam petaka itu, saat mengetahui kedatangan sang Wadir Narkoba, ia langsung menyambutnya, yang saat itu diakui Ade datang bersama seorang wanita bernama Sri.
Selang beberapa menit duduk, Ade mengatakan ia dipanggil Apriyanto untuk meminta Happy Five kepada sang manejer. “Dia nyuruh aku minta sama Jhonson manejerku Happy Five. Aku jumpai manejerku dan memberitahukan permintaan Wadir. Trus aku dikasih satu papan. Dan langsung kukasih dengan wadir yang saat itu duduk bersama seorang wanita,” cerita Ade dari balik jeruji besi.
Setelah memberikan pil yang dilarang oleh hukum di Indonesia, Ade mengaku, karena jam kerjanya habis ia langsung pulang ke rumahnya. “Saya hanya mengantarkan, kenapa saya diginikan,” kata Ade yang akan terus berjuang dengan nasibnya melawan ketidakadilan hukum terhadap dirinya. (mag-5/ari)