26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Malaysia Belajar Tangani Napi ke Tanjung Gusta

MEDAN-Pihak Maktab Penjara Kerajaan Malaysia tertarik dengan penyebutan penjara di Indonesia dengan ‘pemasyarakatan’. Mereka juga tertarik dengan keterampilan warga binaan LP Klas I Tanjung Gusta Medan, dalam budidaya jangkrik.

Komandan Maktab Penjara Kerajaan Malaysia, Nawawi Bin Hamid dalam kunjungannya sekaligus studi banding 54 taruna Maktab Penjara Kerajaan Malaysia atau disebut Akademi Pemasyarakatan (Akip), di LP Klas I Medan, Tanjung Gusta, Selasa (22/2) mengatakan, tertariknya mereka dengan kata ‘pemasyarakatan’ tersebut, karena kesannya lebih baik dan bermasyarakat.

Sementara di negara serumpun itu masih menggunakan kata ‘penjara’, sehingga  kata ‘penjara’ itu terkesan menakutkan. “ Kami tertarik dengan sebutan penjara di sini (Indonesia, Red)  dengan ‘pemasyarakatan’,” tegas Nawawi didampingi dua wakilnya, atau di Malaysia disebut Timbalan Komandan Maktab, Marzuki dan Delber Singh.
“Banyak yang dipelajari di sini dari berbagai aspek mulai dari program pembinaan/pemulihan, banyaknya keterampilan di sini. Saya lihat banyak produk dihasilkan warga binaan. Paling menarik soal peternakan jangkrik di LP ini,” sebut Nawawi.

Katanya, ini bisa menjadi pembelajaran bagi para taruna, sehingga saat kembali ke Malaysia budidaya jangkrik tersebut bisa disampaikan dan diterapkan. “Ini sangat menarik, selain tak perlu menggunakan teknologi canggih, juga tidak perlu menggunakan biaya besar,” ucapnya.

Disinggung mengenai kondisi LP Tanjung Gusta dengan Malaysia, dia menyampaikan, secara prosedur tugas pegawai tidak jauh berbeda dengan Malaysia, begitu pula dengan pembinaan yang diberikan. Begitu pula dengan masalah over kapasitas juga menjadi bagian di penjara yang ada di Malaysia. Bahkan ada penjara yang kapasitasnya hanya 2.000 orang di isi dengan 6.000 orang.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumut, Baldwin Simatupang didampingi Kepala LP Klas I Medan Samuel Purba menyambut baik kunjungan pihak Maktab Penjara Kerajaan Malaysia.

Jika dibandingkan kondisi LP di Tanjung Gusta dengan Malaysia, tentunya banyak perbedaan terutama dari segi peralatan canggih. Dimana, Malaysia menggunakan sistem monopoli/ Salah satu contoh, setiap rumah sakit harus mencuci pakaian (laundry) di penjara yang memang memiliki mesin laundry.

Selain itu, penjara di Malaysia sudah memasarkan produk mereka seperti roti olahan para napi ke rumah sakit, dan para pasien tidak boleh membeli roti dari luar selain roti yang diproduksi dari penjara.  Sistem itu, kata Baldwin, belum bisa dilakukan di Indonesia, padahal banyak keterampilan para napi yang menghasilkan produk berkualitas.
Sementara Samuel Purba menambahkan, pihaknya bangga LP Klas I Medan masih diprioritasnya sebagai lokasi studi banding oleh negara lain.  Terlebih, ketika pihak Maktab Penjara Kerajaan Malaysia tertarik dengan budidaya jangkrik yang dilakukan warga binaannya.

Katanya, budidaya jangkrik itu idenya juga muncul dari pihak LP pimpinannya.  Selain gampang dan tidak memerlukan biaya besar, jangkrik-jangkrik itu dijual ke pasar sebagai pakan hewan seperti burung dan ikan. (rud)

MEDAN-Pihak Maktab Penjara Kerajaan Malaysia tertarik dengan penyebutan penjara di Indonesia dengan ‘pemasyarakatan’. Mereka juga tertarik dengan keterampilan warga binaan LP Klas I Tanjung Gusta Medan, dalam budidaya jangkrik.

Komandan Maktab Penjara Kerajaan Malaysia, Nawawi Bin Hamid dalam kunjungannya sekaligus studi banding 54 taruna Maktab Penjara Kerajaan Malaysia atau disebut Akademi Pemasyarakatan (Akip), di LP Klas I Medan, Tanjung Gusta, Selasa (22/2) mengatakan, tertariknya mereka dengan kata ‘pemasyarakatan’ tersebut, karena kesannya lebih baik dan bermasyarakat.

Sementara di negara serumpun itu masih menggunakan kata ‘penjara’, sehingga  kata ‘penjara’ itu terkesan menakutkan. “ Kami tertarik dengan sebutan penjara di sini (Indonesia, Red)  dengan ‘pemasyarakatan’,” tegas Nawawi didampingi dua wakilnya, atau di Malaysia disebut Timbalan Komandan Maktab, Marzuki dan Delber Singh.
“Banyak yang dipelajari di sini dari berbagai aspek mulai dari program pembinaan/pemulihan, banyaknya keterampilan di sini. Saya lihat banyak produk dihasilkan warga binaan. Paling menarik soal peternakan jangkrik di LP ini,” sebut Nawawi.

Katanya, ini bisa menjadi pembelajaran bagi para taruna, sehingga saat kembali ke Malaysia budidaya jangkrik tersebut bisa disampaikan dan diterapkan. “Ini sangat menarik, selain tak perlu menggunakan teknologi canggih, juga tidak perlu menggunakan biaya besar,” ucapnya.

Disinggung mengenai kondisi LP Tanjung Gusta dengan Malaysia, dia menyampaikan, secara prosedur tugas pegawai tidak jauh berbeda dengan Malaysia, begitu pula dengan pembinaan yang diberikan. Begitu pula dengan masalah over kapasitas juga menjadi bagian di penjara yang ada di Malaysia. Bahkan ada penjara yang kapasitasnya hanya 2.000 orang di isi dengan 6.000 orang.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumut, Baldwin Simatupang didampingi Kepala LP Klas I Medan Samuel Purba menyambut baik kunjungan pihak Maktab Penjara Kerajaan Malaysia.

Jika dibandingkan kondisi LP di Tanjung Gusta dengan Malaysia, tentunya banyak perbedaan terutama dari segi peralatan canggih. Dimana, Malaysia menggunakan sistem monopoli/ Salah satu contoh, setiap rumah sakit harus mencuci pakaian (laundry) di penjara yang memang memiliki mesin laundry.

Selain itu, penjara di Malaysia sudah memasarkan produk mereka seperti roti olahan para napi ke rumah sakit, dan para pasien tidak boleh membeli roti dari luar selain roti yang diproduksi dari penjara.  Sistem itu, kata Baldwin, belum bisa dilakukan di Indonesia, padahal banyak keterampilan para napi yang menghasilkan produk berkualitas.
Sementara Samuel Purba menambahkan, pihaknya bangga LP Klas I Medan masih diprioritasnya sebagai lokasi studi banding oleh negara lain.  Terlebih, ketika pihak Maktab Penjara Kerajaan Malaysia tertarik dengan budidaya jangkrik yang dilakukan warga binaannya.

Katanya, budidaya jangkrik itu idenya juga muncul dari pihak LP pimpinannya.  Selain gampang dan tidak memerlukan biaya besar, jangkrik-jangkrik itu dijual ke pasar sebagai pakan hewan seperti burung dan ikan. (rud)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/