25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

3 Tahun Terhenti karena Covid, Warga Kota Medan Antusias Pembagian Bubur Pedas di Masjid Raya

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Kota Medan tampak antusias mengantri pembagian bubur pedas khas Masjid Raya Al Mashun, Medan. Pasalnya, Pengelola Masjid Raya kembali mengadakan pembuatan bubur pedas khas Melayu di bulan suci ramadan tahun ini, setelah sempat terhenti selama 3 tahun lantaran pandemi covid-19.

Sejak pukul 15.00 Wib, warga Kota Medan mulai berdatangan membawa mangkuk plastik dengan berbagai ukuran, untuk sekedar mendapatkan jatah bubur pedas untuk disantap disaat berbuka puasa nanti.

Irvan, warga Sri Gunting, Sunggal Deliserdang yang ditemui di sekitar halaman Masjid Raya mengatakan, pada puasa hari pertama ini, ia rela datang jauh-jauh dari kediamannya untuk mendapatkan semangkuk bubur pedas.

“Saya baru ini lah bang. Soalnyakan 3 tahun bubur (pedas) ini ditiadakan karena covid. Rasanya mantul,” ucap pria yang bekerja sebagai driver ojek online ini, kepada Sumut Pos, Kamis (23/3).

Usai waktu shalat Ashar, warga mayoritas ibu-ibu mulai merapat ke dapur umum tempat dimasaknya bubur pedas. Tepat pukul 16.30 Wib, bubur dibagikan ke mangkuk-mangkuk yang telah dijajarkan.

Hamdan selaku juru masak bubur pedas, mengaku jika pemandangan tersebut merupakan kerinduan warga Kota Medan akan santapan khas bulan puasa tersebut di Masjid Raya Al Mashun.

“Ini kerinduan karena 3 tahun gak masak bubur, jadi masyarakat merasa rindu dengan bubur sup Masjid Raya,” ucapnya.

Menurut Hamdan, bubur ini merupakan ciri khas Masjid Raya yang setiap tahun masak bubur sup, untuk dibagi kepada warga dan jamaah yang buka puasa di masjid raya.

“Kalau rasa boleh ditanya kepada masyarakat lah ya. Kalau saya yang masak jangan ditanya, masyarakat saja yang menilai bagaimana,” katanya.

Selain itu, kata Hamdan, bubur ini merupakan tradisi Kesultanan Melayu, yang diturunkan secara turun temurun dan masih dilestarikan hingga kini.

“Bahan-bahanya 10 kg daging yang tidak bertulang, sudah itu ada beras 30 kg, ada sayur kentang kurang lebih 15 kg,” sebutnya, seraya mengatakan bubur ini ada mulai puasa pertama hingga puasa hari ke 27.

Biasanya, sambung Hamdan, pihaknya menyiapkan 100 porsi bubur pedas yang akan dibagikan kepada warga sekitar dan jamaah yang berbuka.

“Kalau biayanya yang dihabiskan satu hari saya kurang tau. Tapi bahan-bahanya itulah tadi yang dihabiskan untuk satu hari,” tukasnya. (man)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Kota Medan tampak antusias mengantri pembagian bubur pedas khas Masjid Raya Al Mashun, Medan. Pasalnya, Pengelola Masjid Raya kembali mengadakan pembuatan bubur pedas khas Melayu di bulan suci ramadan tahun ini, setelah sempat terhenti selama 3 tahun lantaran pandemi covid-19.

Sejak pukul 15.00 Wib, warga Kota Medan mulai berdatangan membawa mangkuk plastik dengan berbagai ukuran, untuk sekedar mendapatkan jatah bubur pedas untuk disantap disaat berbuka puasa nanti.

Irvan, warga Sri Gunting, Sunggal Deliserdang yang ditemui di sekitar halaman Masjid Raya mengatakan, pada puasa hari pertama ini, ia rela datang jauh-jauh dari kediamannya untuk mendapatkan semangkuk bubur pedas.

“Saya baru ini lah bang. Soalnyakan 3 tahun bubur (pedas) ini ditiadakan karena covid. Rasanya mantul,” ucap pria yang bekerja sebagai driver ojek online ini, kepada Sumut Pos, Kamis (23/3).

Usai waktu shalat Ashar, warga mayoritas ibu-ibu mulai merapat ke dapur umum tempat dimasaknya bubur pedas. Tepat pukul 16.30 Wib, bubur dibagikan ke mangkuk-mangkuk yang telah dijajarkan.

Hamdan selaku juru masak bubur pedas, mengaku jika pemandangan tersebut merupakan kerinduan warga Kota Medan akan santapan khas bulan puasa tersebut di Masjid Raya Al Mashun.

“Ini kerinduan karena 3 tahun gak masak bubur, jadi masyarakat merasa rindu dengan bubur sup Masjid Raya,” ucapnya.

Menurut Hamdan, bubur ini merupakan ciri khas Masjid Raya yang setiap tahun masak bubur sup, untuk dibagi kepada warga dan jamaah yang buka puasa di masjid raya.

“Kalau rasa boleh ditanya kepada masyarakat lah ya. Kalau saya yang masak jangan ditanya, masyarakat saja yang menilai bagaimana,” katanya.

Selain itu, kata Hamdan, bubur ini merupakan tradisi Kesultanan Melayu, yang diturunkan secara turun temurun dan masih dilestarikan hingga kini.

“Bahan-bahanya 10 kg daging yang tidak bertulang, sudah itu ada beras 30 kg, ada sayur kentang kurang lebih 15 kg,” sebutnya, seraya mengatakan bubur ini ada mulai puasa pertama hingga puasa hari ke 27.

Biasanya, sambung Hamdan, pihaknya menyiapkan 100 porsi bubur pedas yang akan dibagikan kepada warga sekitar dan jamaah yang berbuka.

“Kalau biayanya yang dihabiskan satu hari saya kurang tau. Tapi bahan-bahanya itulah tadi yang dihabiskan untuk satu hari,” tukasnya. (man)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/