Pengakuan Bandar Sabu Martil Kepala Polisi
MEDAN-Edward Nasution (40), bandar sabu-sabu yang memukul kepala Brigadir Erdianto dengan martil, pernah ditembak polisi di bagian paha kanannya tapi berhasil lolos setelah melompat ke Sungai Deli tujuh tahun lalu.
“Sekitar 7 tahun lalu aku ditembak saat penggerebekan oleh petugas kepolisian. Saat itu aku membawa sabu milik Ilham yang juga rekan bisnis si Iskandar. Tetapi aku berhasil lolos dengan luka tembak di paha sebelah kanan setelah lompat ke dalam Sungai Deli,” kata Edward, saat ditemui Sumut Pos di ruang juper Polsek Medan Barat, Minggu (22/4).
Dijelaskan pria bertato itu, penggerebekan terjadi di Jalan Sekata, tak jauh dari kediamannya. Saat itu, dirinya menerima sabu-sabu dari Ilham sebanyak 1 ons. Saat barang diterimanya, polisi datang dan mencoba menangkapnya. Mengetahui polisi mencoba menangkapnya, bapak beranak dua itu mencoba meloloskan diri. Akan tetapi, petugas langsung mengeluarkan tembakan dan mengenai paha kanannya.
Tak kehabisan akal, Erward yang terkena peluru panas polisi langsung berguling-guling dan masuk ke Sungai Deli guna menyelamatkan diri. “Di situlah aku selamatnya,” ucapnya.
Merasa kasus yang pernah dialaminya sekitar 7 tahun lalu sudah aman, Edward akhirnya nekat kembali mengedarkan sabu-sabu. Dan akhirnya ditangkap oleh Polsekta Medan Barat dikediaman Zulkarnain di Jalan Sekata Lorong V, Gang Ikhlas, Kecamatan Medan Barat.
Ketika disingguung aksi yang dilakukannya terhadap Brigadir Erdianto, Edward mengaku tidak mengetahui kalau Erdianto adalah petugas kepolisian dari Polsek Medan Barat. Dirinya nekat memukul kepala Erdianto dengan martil yang sudah disiapkannya usai memperbaiki AC.
“Pake martil aku pukul kepalanya dua kali. Aku tidak mengetahui kalau dia itu petugas. Karena ku lihat mereka sedang berkelahi. Kenekatan itu aku lakukan bukan untuk meloloskan diri, tetapi untuk membantu si Iskandar yang sudah berkelahi itu,” katanya yang sehari-hari mengaku berprofesi sebagai teknisi listrik.
Sementara, pengakuan Iskandar Zulkarnain (42) alias Karnen sebelum menjadi bandar sabu-sabu berprofesi sebagai pedagang kambing. Namun, karena tak cukup menafkahi istri dan tiga anaknya sehingga membuatnya nekat menjadi bandar sabu-sabu.
“Aku dulu dagang kambing. Karena nggak cukup untuk menafkahi istri dan ketiga anak aku. Terpaksa aku beralih ke bisnis sabu,” kata Karnen.
Semenjak menjadi bandar sabu-sabu, lanjutnya, tak membuatnya bahagia. Biarpun dengan penghasilan besar, akan tetapi istrinya meninggalkannya.
“Setahun yang lalu kami pisah. Pisahnya karena saya terlalu kasar dengan istri dan terkadang main pukul. Dan akhirnya aku dilaporkan dan sempat ditahan di Polsekta Medan Barat.
Semenjak cerai, Karnen yang semula menyewa rumah di Komplek Bumi Asri ini pun pindah kembali ke Jalan Sekata tempat dimana dirinya dibesarkan. Nah, di sana dirinya kembali menemukan pujaan hatinya dan ketemu dengan Yeni dan mereka pun menikah.
“Aku baru setahun menikah lagi dan belum punya anak. Tapi, ketiga anakku dia yang rawat,” ucapnya lagi yang mengaku pernah bekerja di rumah Rumah Potong Hewan (RPH) Mabar. (adl)