26.1 C
Medan
Wednesday, March 26, 2025

Peristiwa di Jalan Gaperta Dicurigai untuk Galang Dana

Selang sehari Densus 88 menggeledah dua rumah dan satu ruko itu adalah milik terduga teroris Rizky Gunawan, Medan kembali dikejutkann
kejadian menggemparkan. Dua mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Jalan Gaperta dirampok. Tak pelak, hal ini menimbulkan kecurigaan kalau dua kejadian tersebut berkaitan.

Seperti diketahui, Rizky diduga merupakan sosok penyandang dana bagi gerakan teroris di Indonesia melalui internet. Dengan perampokan kemarin,
bukan tidak mungkin pihak teroris melakukan gerakan lain dalam usaha mencari dana seperti yang pernah dilakukan pada 2010 lalu saat melakukan perampokan di Bank CIMB Niaga. Kapolri saat itu, Jenderal Bambang Hendarso Danuri, menyebutkan perampokan tersebut untuk mencari dana dengan tujuan membantu kegiatan terorisme.

“Dari pengamatan kami, ini belum mengarah ke sana,” ujar Direktur Intelijen Keamanan (Dir Intelkam) Poldasu, Kombes Pol Bambang Sutjahyo, tadi malam.

Namun, Bambang tidak menutup kemungkinan kalau indikasinya ada mengarah ke sana. “Untuk saat ini saya belum bisa memastikan kan pelakunya belum tertangkap,” sebut Bambang, sembari mengatakan pihaknya masih fokus untuk menangkap pelakunya.

Semenjak ditangkapnya Rizky memang terkuak cara baru mencari dana bagi gerakan teroris. Merampok sudah dianggap ketinggalan zaman. “Telah terjadi revolusi besar dana aktivitas kelompok terorisme di Indonesia,” ungkap Direktur Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen (Pol) Petrus R Golose, beberapa hari lalu.

Pernyataan ini seakan mengatakan kalau merampok bukan lagi zamannya. Namun, ketika ‘keahlian baru’ mereka sudah diketahui, bukan tidak mungkin mereka kembali ke gaya ‘tradisional’. Dan, perampokan kemarin selang sehari saja dari penggeledahan rumah Rizky. “Untuk saat ini saya belum bisa memastikan pelaku perampokan itu apakah jaringan teroris atau tidak,” kata Bambang lagi.

Gerakan Teroris Belum Mati

Sebelumnya diberitakan, Medan dan Sumatera Utara pada umumnya telah menjadi basis dana teroris di Indonesia. Hal ini tentunya tak lepas dari regerasi. Nah, dengan tertangkapnya Rizky dkk, beberapa kalangan mengungkapkan gerakan teroris di Indonesia mulai ‘melempem’. Pemikiran itu langsung dibantah peneliti terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie. Kepada BBC, dia mengatakan penangkapan tersebut malah pertanda bahwa kelompok-kelompok teroris kecil atau sempalan dari kelompok besar seperti Jemaah Islamiyah masih tetap ada di Indonesia, meski tokoh-tokoh utama sudah ditangkap atau terbunuh dalam operasi antiteror.

“Belum ada situasi yang menunjukkan kelompok-kelompok teroris mengalami kelemahan dan vakum tetapi mereka hanya sebatas mengalami hibernasi, dan itu pun hanya terjadi pada kelompok-kelompok besar seperti JI tapi kalau kelompok-kelompok sempalan lain, mereka terus tumbuh sepanjang waktu,” kata Taufik pada BBC Indonesia.

Ia juga menekankan bahwa jaringan teroris di Indonesia tidak pernah sepenuhnya ‘mati’. “Teroris di Sumatera kemarin (Kamis lalu) bukan berarti ada kebangkitan kembali, mereka tetap ada meski tidak melakukan serangan dan keberadaannya mudah dideteksi, penangkapan kemarin kebetulan bersamaan dengan vonis Umar Patek,” kata dia lagi.

Perakit bom yang digunakan dalam serangan bom Bali 2002, Umar Patek divonis 20 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
Selain menangkap tersangka teroris, operasi di Sumatra Utara juga berhasil menyita aset sekitar Rp8 miliar milik jaringan terorisme.

Seiring waktu, modus yang digunakan oleh jaringan teroris baik dalam menggalang dana atau mencari anggota baru semakin modern. Menurut Taufik, hal ini dikarenakan para anggotanya kebanyakan berusia muda. Mereka direkrut oleh anggota senior dan dilatih dengan tujuan regenerasi. “Regenerasi selalu terjadi, ini yang luput dari jangkauan pemerintah dan aparat negara. Seringkali yang namanya prestasi adalah penangkapan DPO atau tokoh-tokoh penting dan pengungkapan kasus sehingga seringkali lupa bahwa dalam insiden terorisme, selalu ada satu atau dua orang yang tidak berhasil ditangkap,” kata Taufik. (bbc/mag-12)

Selang sehari Densus 88 menggeledah dua rumah dan satu ruko itu adalah milik terduga teroris Rizky Gunawan, Medan kembali dikejutkann
kejadian menggemparkan. Dua mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Jalan Gaperta dirampok. Tak pelak, hal ini menimbulkan kecurigaan kalau dua kejadian tersebut berkaitan.

Seperti diketahui, Rizky diduga merupakan sosok penyandang dana bagi gerakan teroris di Indonesia melalui internet. Dengan perampokan kemarin,
bukan tidak mungkin pihak teroris melakukan gerakan lain dalam usaha mencari dana seperti yang pernah dilakukan pada 2010 lalu saat melakukan perampokan di Bank CIMB Niaga. Kapolri saat itu, Jenderal Bambang Hendarso Danuri, menyebutkan perampokan tersebut untuk mencari dana dengan tujuan membantu kegiatan terorisme.

“Dari pengamatan kami, ini belum mengarah ke sana,” ujar Direktur Intelijen Keamanan (Dir Intelkam) Poldasu, Kombes Pol Bambang Sutjahyo, tadi malam.

Namun, Bambang tidak menutup kemungkinan kalau indikasinya ada mengarah ke sana. “Untuk saat ini saya belum bisa memastikan kan pelakunya belum tertangkap,” sebut Bambang, sembari mengatakan pihaknya masih fokus untuk menangkap pelakunya.

Semenjak ditangkapnya Rizky memang terkuak cara baru mencari dana bagi gerakan teroris. Merampok sudah dianggap ketinggalan zaman. “Telah terjadi revolusi besar dana aktivitas kelompok terorisme di Indonesia,” ungkap Direktur Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen (Pol) Petrus R Golose, beberapa hari lalu.

Pernyataan ini seakan mengatakan kalau merampok bukan lagi zamannya. Namun, ketika ‘keahlian baru’ mereka sudah diketahui, bukan tidak mungkin mereka kembali ke gaya ‘tradisional’. Dan, perampokan kemarin selang sehari saja dari penggeledahan rumah Rizky. “Untuk saat ini saya belum bisa memastikan pelaku perampokan itu apakah jaringan teroris atau tidak,” kata Bambang lagi.

Gerakan Teroris Belum Mati

Sebelumnya diberitakan, Medan dan Sumatera Utara pada umumnya telah menjadi basis dana teroris di Indonesia. Hal ini tentunya tak lepas dari regerasi. Nah, dengan tertangkapnya Rizky dkk, beberapa kalangan mengungkapkan gerakan teroris di Indonesia mulai ‘melempem’. Pemikiran itu langsung dibantah peneliti terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie. Kepada BBC, dia mengatakan penangkapan tersebut malah pertanda bahwa kelompok-kelompok teroris kecil atau sempalan dari kelompok besar seperti Jemaah Islamiyah masih tetap ada di Indonesia, meski tokoh-tokoh utama sudah ditangkap atau terbunuh dalam operasi antiteror.

“Belum ada situasi yang menunjukkan kelompok-kelompok teroris mengalami kelemahan dan vakum tetapi mereka hanya sebatas mengalami hibernasi, dan itu pun hanya terjadi pada kelompok-kelompok besar seperti JI tapi kalau kelompok-kelompok sempalan lain, mereka terus tumbuh sepanjang waktu,” kata Taufik pada BBC Indonesia.

Ia juga menekankan bahwa jaringan teroris di Indonesia tidak pernah sepenuhnya ‘mati’. “Teroris di Sumatera kemarin (Kamis lalu) bukan berarti ada kebangkitan kembali, mereka tetap ada meski tidak melakukan serangan dan keberadaannya mudah dideteksi, penangkapan kemarin kebetulan bersamaan dengan vonis Umar Patek,” kata dia lagi.

Perakit bom yang digunakan dalam serangan bom Bali 2002, Umar Patek divonis 20 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
Selain menangkap tersangka teroris, operasi di Sumatra Utara juga berhasil menyita aset sekitar Rp8 miliar milik jaringan terorisme.

Seiring waktu, modus yang digunakan oleh jaringan teroris baik dalam menggalang dana atau mencari anggota baru semakin modern. Menurut Taufik, hal ini dikarenakan para anggotanya kebanyakan berusia muda. Mereka direkrut oleh anggota senior dan dilatih dengan tujuan regenerasi. “Regenerasi selalu terjadi, ini yang luput dari jangkauan pemerintah dan aparat negara. Seringkali yang namanya prestasi adalah penangkapan DPO atau tokoh-tokoh penting dan pengungkapan kasus sehingga seringkali lupa bahwa dalam insiden terorisme, selalu ada satu atau dua orang yang tidak berhasil ditangkap,” kata Taufik. (bbc/mag-12)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru