Ambruknya Jembatan Titidua Sicanang Kecamatan Medan Belawan menuai isu tidak sedap. Selain terkesan dibangun asal jadi, sejumlah masyarakat menuding adanya permainan dalam proses tender.
Akibatnya, jembatan yang sudah masuk tahap proses pengerjaan itu putus total. Sehingga, lebih kurang 11 ribu jiwa masyatakat terisolir. Tokoh Pemuda Belawan, Togu Silaen, Senin (22/10), mengatakan, pembangunan jembatam yang kini dikerjakan oleh PT Jaya Sukses Prima dengan anggaran sebesar Rp13 miliar, adalah orang yang sama dengan pemenang tender pada tahun 2016 dan 2017.
Hanya saja pada Tahun 2016 orang yang sama menggunakan PT Jaya Star Utama dengan anggaran senilai Rp8 miliar dan pada Tahun 2017 menggunakan PT Pillaren dengan anggaran senilai Rp10 miliar.
Artinya, Pemko Medan melalui Dinas Bina Marga selaku penyelenggara tender tetap mempercayakan proyek itu kepada yang reputasinya sudah pernah gagal. Karena, pada tahun sebelumnya, jembatan itu sudah dua kali amblas, sehingga pengerjaan kembali terlaksana. “Mungkin ada permainan selama tender, lihatlah yang mengerjakan tetap orang yang sama.
da apa ini? Sudah tahu kualitas pemenang proyek itu buruk, kita belajar dari pengalaman yang sudah. Tapi, kenapa masih dipercayakan untuk mengerjakan proyek ini lagi,” ungkap Togu.
Ketua Laskar Merah Putih Belawan, sangat menyayangkan sikap Pemerintah Kota (Pemko) Medan memberikan kepercayaan kepada pemenang tender yang tak punya kemampuan.
ehingga, kondisi jembatan terbengkalai hingga terputus. “Ini akibat yang mengerjakan proyek itu tidak punya ahli dalam melihat kondisi wilayah, sehingga bagian sisi jembatan amblas. Musibah itu bukan faktor alam tapi memang yang mengerjakan tidak punya potensi,” tegas Togu.
Sementara Anggota DPRD Medan HT Bahrumsyah menyayangkan sikap Pemko Medan telah memberikan kepercayaan kerja kepada orang yang sudah pernah gagal. Seharusnya, pembangunan itu sudah rampung di Tahun 2016. “Ini terkesan, Pemko Medan tidak serius membangun infrastruktur di Medan Utara. Jadi, pembangunan itu asal jadi, lihatlah proyek yang dikerjakan oleh orang yang tak punya potensi, hasilnya tidak berkualitas,” ungkap Bahrum.
Kata Ketua Fraksi PAN DPRD Medan ini, pihaknya menegaskan kepada inspektorat agar melakukan pemeriksaan kepada bada penyelenggara lelang di Dinas Bina Marga. Karena, proses tender terkesan ada permainan dan pembekingan oknum pejabat. Buktinya, pembangunan itu tetap dipercayakan kepada pemenang tender yang sudah gagal di tahun 2016 dan 2017.
Untuk itu, peristiwa yang sudah terjadi, menjadi catatan untuk dilakukan evaluasi kepada pemenang tender. “Bagaimana percepatan pembangunan di Medan Utara terlaksana, kalau pengerjaannya asal jadi. Apalagi ada permainan dalam tender. Kita minta dengan tegas penegak hukum dari kejaksaan dan kepolisian untuk mengusut ini,” tegas Bahrum.