26.7 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Astagaa.. Tujuh Bulan Selang Kateter Bersarang di Perut

Foto: Wiwin/PM Pasien batu ginjal, Yeni Mariani, yang pingsan setelah kateter tinggal di perutnya.
Foto: Wiwin/PM
Pasien batu ginjal, Yeni Mariani, yang pingsan setelah kateter tinggal di perutnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Yeni Mariani (43), pegawai lepas di gedung DPRD Medan tiba-tiba pingsan menahan sakit di perutnya saat tengah membersihkan lantai, Rabu (25/11). Tak pelak kehebohan pun terjadi di sana.

Saat ditemui, semula Yeni enggan bicara. Tapi karena terus dibujuk, akhirnya ia pun menyerah dengan dalih tak sanggup menahan beban hidup sendirian.

Ternyata rasa sakit yang tak tertahankan itu berasal dari perutnya. Menurut Yeni, 7 bulan ini ada benda berwujud selang di perutnya. Selang tersebut berada di ginjal menuju saluran kandungan kemih. Hal ini baru ia ketahui dua minggu lalu saat ia melakukan rontgen di klinik Bunda Thamrin, Medan.

”Ada selang kateter yang masih tertinggal di perut saya. Dari ginjal ke saluran kencing. 7 bulan selang itu ada di perut saya. Pantaslah saya terus merasa sakit perut ini sejak operasi batu ginjal,” ujar Yeni disaksikan teman kerjanya di DPRD Medan.

Yeni bercerita, pada April 2015 lalu ia menjalani operasi pengangkatan batu ginjal di RSUD Pirngadi Medan. Sebelumnya ia juga telah melakukan rontgen di RS Martha Friska.

Hasil diagnosa dokter Yeni mengalami batu ginjal. Diagnosa yang sama juga ia terima dari RSUD Pirngadi Medan. Ia memilih RSUD Pirngadi karena jaraknya dekat dengan rumahnya di Jalan Tempuling Medan. Lalu ia ditangani oleh dokter bedah, dr.Marahkim Lumban Tobing, SpB. Operasi pun dilakukan 2 hari kemudian dan berjalan lancar. Selang kateter untuk ia mengeluarkan air seni serta darah kotor pasca operasi juga terpasang.

Dua minggu pasca operasi, selang kateter itu pun dicabut oleh dokter bedah tersebut. Namun entah mengapa, rasa sakit luar biasa dari perutnya terus dideritanya. Apa yang dikerjakannya serba salah. “Naik kereta (sepeda motor) salah. Mau kerja salah. Sakit kalilah pokoknya perut ini. Ini saya baru sama dokternya saya bilang kalau saya udah ga mens lagi. Kapan mau dicabut selangnya,”ujarnya lirih.

Lalu dua minggu lalu ia pun menyambangi klinik dokter Marahakim di kawasan Jalan Menteng, Medan. Saat itu ia mempertanyakan perihal rasa sakitnya yang tak kunjung usai. Saat itulah sang dokter menyarankannya untuk melakukan rontgen, mana tahu ada batu ginjal yang tersisa. Mengetahui hasil rontgen, dokter Marahakim kata Yeni lupa mencabut selang tersebut. Solusinya, sang dokter akan mengambil selang tersebut melalui pintu belakang alias diam-diam.

Pengambilan selang akan dilakukan dari saluran kelaminnya (tanpa operasi bedah).”Kata dokternya, saya lupa cabutnya. Saya tanya juga berapa dananya dok, Rp 2,5 juta katanya. Tapi saya kan enggak ada uang. Ya udah dibilangnya, nanti saya bilang sama dokter itu (dokter lain yang menangani Yeni nantinya) kalau kamu saudara saya. Tapi masuk dari belakang katanya,”ujar Yeni lalu menunjukkan luka jahitan di perut bagian kanannya.

Yeni tidak mengetahui jelas apakah rasa sakit yang dideritanya karena selang yang ada di perutnya atau karena hal lain. Pasien BPJS kelas 2 itu hanya berharap ada solusi dari apa yang dideritanya. Yeni pun mengaku tidak mengerti apakah selang harus ada di perutnya atau tidak. Ia mengatakan tidak diberikan informasi soal keberadaan selang kateter di perutnya. Padahal korban rutin memeriksa kondisi kesehatannya di klinik dokter Marahakim yang beralamat di Kawasan Medan Tenggara (Menteng).

“Di pamflet kliniknya memang bukan nama dokter Marahakim tapi nama anaknya dokter Zainuddin. Tapi yang periksa dokter Marahakim. Makin hari makin stres aku mikiri ini. Makin naik tensi darahku,”ujarnya sembari mengatakan suaminya adalah seorang buruh. Namun saat dikonfirmasi, dr Marahakim membantah telah melakukan malpraktek terhadap korban. Marahakim mengatakan, selang tersebut memang sengaja ditinggalkan sebagai alat bantu memperlancar mengeluarkan cairan dari ginjal pasien.

“Hal tersebut lumrah dilakukan kepada setiap pasien yang melakukan operasi batu ginjal. Apalagi batu ginjal pasien telah infeksi. Makanya sengaja dipasang selang tersebut, agar bisa mengeluarkan cairan seperti nanah, dan cairan lainnya,” ujar Marahakim, Rabu (25/11). Mengenai keluhan sakit yang diderita pasien karena masalah selang tersebut Marahakim mengatakan hal tersebut memang biasa. Menurut Marahakim, setiap pasien yang didalamnya ditanam selang pasti akan mengeluhkan sakit.

“Pasti sakitlah namanya dalam tubuhnya diletakkan selang, harusnya 2 bulan setelah dilakukan operasi pertama, pasien tersebut sudah dapat dioperasi lagi untuk diambil selangnya. Namun pasien jarang datang untuk mengontrol, saat ditanya pasien mengaku sibuk kerja dan tidak sempat memeriksakan diri dan lebih memilih kontrol di klinik-klinik, jadi disini bagian mana yang dikatakan malpraktik,” tandas Marahakim.

Mengenai langkah tindakan selanjutnya terhadap pasien, Marahakim mengatakan, pihaknya sudah mengajukan untuk melakukan operasi untuk pencabutan selang tersebut. Namun dikarenakan pasien mengaku sedang dalam menstruasi, maka operasinya ditunda dulu. “Sudah kami anjurkan untuk dilakukan operasi, namun pasien lagi mens, jadi belum bisa dilakukan, jadi sekali lagi saya katakan, tidak ada saya melakukan malpraktik terhadap pasien tersebut. Tindakan tersebut sudah sesuai prosedur untuk kebaikan pasien tersebut juga,” tandansya. (win/deo)

Foto: Wiwin/PM Pasien batu ginjal, Yeni Mariani, yang pingsan setelah kateter tinggal di perutnya.
Foto: Wiwin/PM
Pasien batu ginjal, Yeni Mariani, yang pingsan setelah kateter tinggal di perutnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Yeni Mariani (43), pegawai lepas di gedung DPRD Medan tiba-tiba pingsan menahan sakit di perutnya saat tengah membersihkan lantai, Rabu (25/11). Tak pelak kehebohan pun terjadi di sana.

Saat ditemui, semula Yeni enggan bicara. Tapi karena terus dibujuk, akhirnya ia pun menyerah dengan dalih tak sanggup menahan beban hidup sendirian.

Ternyata rasa sakit yang tak tertahankan itu berasal dari perutnya. Menurut Yeni, 7 bulan ini ada benda berwujud selang di perutnya. Selang tersebut berada di ginjal menuju saluran kandungan kemih. Hal ini baru ia ketahui dua minggu lalu saat ia melakukan rontgen di klinik Bunda Thamrin, Medan.

”Ada selang kateter yang masih tertinggal di perut saya. Dari ginjal ke saluran kencing. 7 bulan selang itu ada di perut saya. Pantaslah saya terus merasa sakit perut ini sejak operasi batu ginjal,” ujar Yeni disaksikan teman kerjanya di DPRD Medan.

Yeni bercerita, pada April 2015 lalu ia menjalani operasi pengangkatan batu ginjal di RSUD Pirngadi Medan. Sebelumnya ia juga telah melakukan rontgen di RS Martha Friska.

Hasil diagnosa dokter Yeni mengalami batu ginjal. Diagnosa yang sama juga ia terima dari RSUD Pirngadi Medan. Ia memilih RSUD Pirngadi karena jaraknya dekat dengan rumahnya di Jalan Tempuling Medan. Lalu ia ditangani oleh dokter bedah, dr.Marahkim Lumban Tobing, SpB. Operasi pun dilakukan 2 hari kemudian dan berjalan lancar. Selang kateter untuk ia mengeluarkan air seni serta darah kotor pasca operasi juga terpasang.

Dua minggu pasca operasi, selang kateter itu pun dicabut oleh dokter bedah tersebut. Namun entah mengapa, rasa sakit luar biasa dari perutnya terus dideritanya. Apa yang dikerjakannya serba salah. “Naik kereta (sepeda motor) salah. Mau kerja salah. Sakit kalilah pokoknya perut ini. Ini saya baru sama dokternya saya bilang kalau saya udah ga mens lagi. Kapan mau dicabut selangnya,”ujarnya lirih.

Lalu dua minggu lalu ia pun menyambangi klinik dokter Marahakim di kawasan Jalan Menteng, Medan. Saat itu ia mempertanyakan perihal rasa sakitnya yang tak kunjung usai. Saat itulah sang dokter menyarankannya untuk melakukan rontgen, mana tahu ada batu ginjal yang tersisa. Mengetahui hasil rontgen, dokter Marahakim kata Yeni lupa mencabut selang tersebut. Solusinya, sang dokter akan mengambil selang tersebut melalui pintu belakang alias diam-diam.

Pengambilan selang akan dilakukan dari saluran kelaminnya (tanpa operasi bedah).”Kata dokternya, saya lupa cabutnya. Saya tanya juga berapa dananya dok, Rp 2,5 juta katanya. Tapi saya kan enggak ada uang. Ya udah dibilangnya, nanti saya bilang sama dokter itu (dokter lain yang menangani Yeni nantinya) kalau kamu saudara saya. Tapi masuk dari belakang katanya,”ujar Yeni lalu menunjukkan luka jahitan di perut bagian kanannya.

Yeni tidak mengetahui jelas apakah rasa sakit yang dideritanya karena selang yang ada di perutnya atau karena hal lain. Pasien BPJS kelas 2 itu hanya berharap ada solusi dari apa yang dideritanya. Yeni pun mengaku tidak mengerti apakah selang harus ada di perutnya atau tidak. Ia mengatakan tidak diberikan informasi soal keberadaan selang kateter di perutnya. Padahal korban rutin memeriksa kondisi kesehatannya di klinik dokter Marahakim yang beralamat di Kawasan Medan Tenggara (Menteng).

“Di pamflet kliniknya memang bukan nama dokter Marahakim tapi nama anaknya dokter Zainuddin. Tapi yang periksa dokter Marahakim. Makin hari makin stres aku mikiri ini. Makin naik tensi darahku,”ujarnya sembari mengatakan suaminya adalah seorang buruh. Namun saat dikonfirmasi, dr Marahakim membantah telah melakukan malpraktek terhadap korban. Marahakim mengatakan, selang tersebut memang sengaja ditinggalkan sebagai alat bantu memperlancar mengeluarkan cairan dari ginjal pasien.

“Hal tersebut lumrah dilakukan kepada setiap pasien yang melakukan operasi batu ginjal. Apalagi batu ginjal pasien telah infeksi. Makanya sengaja dipasang selang tersebut, agar bisa mengeluarkan cairan seperti nanah, dan cairan lainnya,” ujar Marahakim, Rabu (25/11). Mengenai keluhan sakit yang diderita pasien karena masalah selang tersebut Marahakim mengatakan hal tersebut memang biasa. Menurut Marahakim, setiap pasien yang didalamnya ditanam selang pasti akan mengeluhkan sakit.

“Pasti sakitlah namanya dalam tubuhnya diletakkan selang, harusnya 2 bulan setelah dilakukan operasi pertama, pasien tersebut sudah dapat dioperasi lagi untuk diambil selangnya. Namun pasien jarang datang untuk mengontrol, saat ditanya pasien mengaku sibuk kerja dan tidak sempat memeriksakan diri dan lebih memilih kontrol di klinik-klinik, jadi disini bagian mana yang dikatakan malpraktik,” tandas Marahakim.

Mengenai langkah tindakan selanjutnya terhadap pasien, Marahakim mengatakan, pihaknya sudah mengajukan untuk melakukan operasi untuk pencabutan selang tersebut. Namun dikarenakan pasien mengaku sedang dalam menstruasi, maka operasinya ditunda dulu. “Sudah kami anjurkan untuk dilakukan operasi, namun pasien lagi mens, jadi belum bisa dilakukan, jadi sekali lagi saya katakan, tidak ada saya melakukan malpraktik terhadap pasien tersebut. Tindakan tersebut sudah sesuai prosedur untuk kebaikan pasien tersebut juga,” tandansya. (win/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/