30 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Terapkan Sistem Operasi Terpadu Presisi, Kawal Nataru, Polri Optimalkan CCTV

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Polri memiliki ambisi untuk meningkatkan standar pelaksanaan Operasi Lilin 2022. Operasi untuk mengamankan Natal dan Tahun Baru itu akan dilakukan dengan Sistem Operasi Terpadu Presisi. Bukan hanya kemacetan, penyebab macet pun bisa diketahui hingga bisa lebih cepat diurai. Pergerakan personel termonitor, sehingga bisa lebih cepat merespon setiap kejadian.

ASISTEN Bidang Operasi (Asops) Kapolri Irjen Agung Setya Imam Effendi menjelaskan, Kapolri memerintahkan agar n standar Operasi Lilin tahun ini ditingkatkan dan disamakan dengan standar pengamanan G20. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka digunakanlah Sistem Operasi Terpadu Presisi. “Peningkatan standar ini dengan menggunakan teknologi,” jelasnya.

Sistem tersebut menggunakan aplikasi yang terkoneksi dengan closed circuit television (CCTV) milik Polri dan institusi lainnya. Yang semua operasinya dikendalikan dari command center. “Dengan sistem tersebut semua terbaca,” ujarnya ditemui di Korlantas Polri kemarin.

Misalnya, terdapat kepadatan atau kemacetan di salah satu jalan tol. Akan ada peringatan berupa tanda kedip di monitor yang dipantau petugas. “Operator kemudian bisa mengecek penyebab kemacetan hanya dengan satu klik,” jelasnya.

Saat diklik itulah, muncul semua CCTV terdekat di lokasi kemacetan. Yang akhirnya, petugas bisa mengetahui apa penyebab kemacetan tersebut. “Selanjutnya, petugas akan secara langsung melaporkan ke Kaposko Command Center,” terangnya.

Kaposko Command Center ini yang akan memerintahkan kepada personil lapangan terdekat baik, dari Polda, Polres atau Polsek. Sehingga, personel terdekat itu bisa untuk melakukan tindakan menyelesaikan kemacetan. “Sistem Operasi Terpadu Presisi ini juga memonitor posisi setiap personel, jadi yang terdekat dan yang berwenang di wilayah itu bisa bergerak cepat,” paparnya.

Begitu pula saat terjadi kecelakaan, lanjutnya, penyebab kecelakaan itu bisa diketahui dari CCTV di sekitar lokasi secara langsung. Dia mengatakan, yang kemudian bisa lebih cepat dilakukan evakuasi atau penyelamatan. “Karena nyawa manusia itu sangat berharga,” jelasnya.

Berhubungan dengan kecelakaan, Polri juga telah menyediakan alat road accident rescue (RAR). Alat tersebut telah disediakan di Korlantas dan berbagai Polda. “Alat ini digunakan untuk mempercepat waktu evakuasi, misalnya korban kecelakaan terjepit,” ujarnya.

RAR bisa melakukan pemotongan badan kendaraan jauh lebih cepat dibanding dengan alat manual biasa. Memotong atap mobil, setir mobil dan berbagai body mobil bisa dilakukan alat tersebut. “Untuk penyelamatan korban lebih cepat dan mengurangi trauma korban,” terangnya.

Untuk Operasi Lilin tahun ini, Polri juga sedang mematangkan kerjasama dengan Google. Agung menuturkan bahwa Polri dan Google bekerjasama untuk mempermudah masyarakat yang sedang berkendara. “Misalnya soal rekayasa lalu lintas,” ujarnya.

Polri akan memberikan koordinat lokasi rekayasa lalu lintas tersebut, misalnya penutupan jalan, contraflow atau pun oneway. Dengan Google mendapatkan koordinat rekayasa lalu lintas tersebut, maka Google Map akan bisa mengarahkan masyarakat yang menggunakannya untuk menempuh jalur alternatif lainnya. “Saat ini sedang proses, dan dalam jangka panjang akan sangat bermanfaat bagi masyarakat,” terangnya.

Ditemui usai Exit Briefing dengan para personel TNI AL di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh Polri dalam tugas pengamanan Nataru. Dia mengakui, dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo telah disampaikan prediksi pergerakan orang selama Nataru sangat tinggi. Angkanya lebih dari 40 juta orang. “Tentunya dengan pergerakan itu kan perlu penebalan-penebalan keamanan yang di-BKO (bawah kendali operasi ke Polri,” ungkap Yudo.

Secara keseluruhan ada puluhan ribu personel TNI yang disiapkan untuk BKO ke Polri selama tugas pengamanan Nataru. “Kami siapkan kurang lebih 25 ribu prajurit,” kata pejabat kelahiran Madiun itu. Seluruh prajurit tersebut berasal dari tiga matra TNI. Baik yang bertugas di bawah kodam maupun pangkalan milik Angkatan Laut dan pangkalan milik Angkatan Udara. Mereka di sebar ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengantisipasi berbagai potensi ancaman. “Diteruskan ke daerah-daerah yang memiliki kerawanan tinggi,” jelas dia.

Lebih lanjut, Yudo menyampaikan bahwa TNI juga menyiagakan kapal-kapal milik Angkatan Laut untuk membantu PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). “Kemarin kami siapkan enam kapal LST (landing ship tank) untuk mem-back up,” imbuhnya. Kapal-kapal itu disiapkan untuk mengantisipasi bila ada kapal Pelni yang rusak atau jumlah penumpang melampaui kemampuan angkut kapal perusahaan BUMN tersebut. Selain itu, kapal rumah sakit milik TNI AL juga bersiaga selama Nataru.

Kapal rumah sakit milik TNI AL itu disiapkan untuk mengantisipasi terjadinya bencana. Sesuai dengan hasil rapat terbatas bersama presiden, kesiapsiagaan menghadapi terjadinya bencana alam juga mesti dipastikan. “Unsur-unsur operasional saya perintahkan untuk standby SAR, dari pergerakan sebanyak ini ya kita harus antisipasi semuanya,” beber dia. “Sudah saya sampaikan di dalam rapat terbatas untuk kesiapan TNI membantu Polri maupun membantu pemerintah setempat dalam rangka Nataru,” tambah Yudo. (idr/syn/jpg)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Polri memiliki ambisi untuk meningkatkan standar pelaksanaan Operasi Lilin 2022. Operasi untuk mengamankan Natal dan Tahun Baru itu akan dilakukan dengan Sistem Operasi Terpadu Presisi. Bukan hanya kemacetan, penyebab macet pun bisa diketahui hingga bisa lebih cepat diurai. Pergerakan personel termonitor, sehingga bisa lebih cepat merespon setiap kejadian.

ASISTEN Bidang Operasi (Asops) Kapolri Irjen Agung Setya Imam Effendi menjelaskan, Kapolri memerintahkan agar n standar Operasi Lilin tahun ini ditingkatkan dan disamakan dengan standar pengamanan G20. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka digunakanlah Sistem Operasi Terpadu Presisi. “Peningkatan standar ini dengan menggunakan teknologi,” jelasnya.

Sistem tersebut menggunakan aplikasi yang terkoneksi dengan closed circuit television (CCTV) milik Polri dan institusi lainnya. Yang semua operasinya dikendalikan dari command center. “Dengan sistem tersebut semua terbaca,” ujarnya ditemui di Korlantas Polri kemarin.

Misalnya, terdapat kepadatan atau kemacetan di salah satu jalan tol. Akan ada peringatan berupa tanda kedip di monitor yang dipantau petugas. “Operator kemudian bisa mengecek penyebab kemacetan hanya dengan satu klik,” jelasnya.

Saat diklik itulah, muncul semua CCTV terdekat di lokasi kemacetan. Yang akhirnya, petugas bisa mengetahui apa penyebab kemacetan tersebut. “Selanjutnya, petugas akan secara langsung melaporkan ke Kaposko Command Center,” terangnya.

Kaposko Command Center ini yang akan memerintahkan kepada personil lapangan terdekat baik, dari Polda, Polres atau Polsek. Sehingga, personel terdekat itu bisa untuk melakukan tindakan menyelesaikan kemacetan. “Sistem Operasi Terpadu Presisi ini juga memonitor posisi setiap personel, jadi yang terdekat dan yang berwenang di wilayah itu bisa bergerak cepat,” paparnya.

Begitu pula saat terjadi kecelakaan, lanjutnya, penyebab kecelakaan itu bisa diketahui dari CCTV di sekitar lokasi secara langsung. Dia mengatakan, yang kemudian bisa lebih cepat dilakukan evakuasi atau penyelamatan. “Karena nyawa manusia itu sangat berharga,” jelasnya.

Berhubungan dengan kecelakaan, Polri juga telah menyediakan alat road accident rescue (RAR). Alat tersebut telah disediakan di Korlantas dan berbagai Polda. “Alat ini digunakan untuk mempercepat waktu evakuasi, misalnya korban kecelakaan terjepit,” ujarnya.

RAR bisa melakukan pemotongan badan kendaraan jauh lebih cepat dibanding dengan alat manual biasa. Memotong atap mobil, setir mobil dan berbagai body mobil bisa dilakukan alat tersebut. “Untuk penyelamatan korban lebih cepat dan mengurangi trauma korban,” terangnya.

Untuk Operasi Lilin tahun ini, Polri juga sedang mematangkan kerjasama dengan Google. Agung menuturkan bahwa Polri dan Google bekerjasama untuk mempermudah masyarakat yang sedang berkendara. “Misalnya soal rekayasa lalu lintas,” ujarnya.

Polri akan memberikan koordinat lokasi rekayasa lalu lintas tersebut, misalnya penutupan jalan, contraflow atau pun oneway. Dengan Google mendapatkan koordinat rekayasa lalu lintas tersebut, maka Google Map akan bisa mengarahkan masyarakat yang menggunakannya untuk menempuh jalur alternatif lainnya. “Saat ini sedang proses, dan dalam jangka panjang akan sangat bermanfaat bagi masyarakat,” terangnya.

Ditemui usai Exit Briefing dengan para personel TNI AL di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh Polri dalam tugas pengamanan Nataru. Dia mengakui, dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo telah disampaikan prediksi pergerakan orang selama Nataru sangat tinggi. Angkanya lebih dari 40 juta orang. “Tentunya dengan pergerakan itu kan perlu penebalan-penebalan keamanan yang di-BKO (bawah kendali operasi ke Polri,” ungkap Yudo.

Secara keseluruhan ada puluhan ribu personel TNI yang disiapkan untuk BKO ke Polri selama tugas pengamanan Nataru. “Kami siapkan kurang lebih 25 ribu prajurit,” kata pejabat kelahiran Madiun itu. Seluruh prajurit tersebut berasal dari tiga matra TNI. Baik yang bertugas di bawah kodam maupun pangkalan milik Angkatan Laut dan pangkalan milik Angkatan Udara. Mereka di sebar ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengantisipasi berbagai potensi ancaman. “Diteruskan ke daerah-daerah yang memiliki kerawanan tinggi,” jelas dia.

Lebih lanjut, Yudo menyampaikan bahwa TNI juga menyiagakan kapal-kapal milik Angkatan Laut untuk membantu PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). “Kemarin kami siapkan enam kapal LST (landing ship tank) untuk mem-back up,” imbuhnya. Kapal-kapal itu disiapkan untuk mengantisipasi bila ada kapal Pelni yang rusak atau jumlah penumpang melampaui kemampuan angkut kapal perusahaan BUMN tersebut. Selain itu, kapal rumah sakit milik TNI AL juga bersiaga selama Nataru.

Kapal rumah sakit milik TNI AL itu disiapkan untuk mengantisipasi terjadinya bencana. Sesuai dengan hasil rapat terbatas bersama presiden, kesiapsiagaan menghadapi terjadinya bencana alam juga mesti dipastikan. “Unsur-unsur operasional saya perintahkan untuk standby SAR, dari pergerakan sebanyak ini ya kita harus antisipasi semuanya,” beber dia. “Sudah saya sampaikan di dalam rapat terbatas untuk kesiapan TNI membantu Polri maupun membantu pemerintah setempat dalam rangka Nataru,” tambah Yudo. (idr/syn/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/