30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

15 Tahun Hadapi Mayat, Sering jadi Sasaran Emosi

Sungkunan Panjaitan, PNS Penjaga Kamar Mayat RSU Adam Malik Medan

Pekerjaan apapun, jika dilakukan dengan ikhlas pasti akan menyenangkan. Termasuk, menjadi petugas instalasi jenazah atau kamar mayat. Seperti pekerjaan Sungkunan Panjaitan, pegawai negeri sipil (PNS) yang sudah 15 tahun menjaga kamar mayat di RSU Adam Malik Medan.

M. Hafiz Iskandar, Medan

Pria kelahiran Porsea 17 September 1963, ini sangat bersahaja. Wajahnya tak pernah murung. Saban hari terlihat ceria dan tampak begitu menikmati pekerjaannya sebagai penjaga kamar mayat di rumah sakit milik pemerintah tersebut.

PNS: Sungkunan Panjaitan, PNS  bertugas  kamar mayat RSU Adam Malik Medan.
PNS: Sungkunan Panjaitan, PNS yang bertugas di kamar mayat RSU Adam Malik Medan.

Ya, sejak tahun 1998, Sungkunan Panjaitan sudah ditempatkan bertugas di kamar mayat. Meski sudah 15 tahun lamanya, tapi ia tak pernah mengeluh akan pekerjaannya sebagai Staf Instansi Kehakiman di Instalasi jenazah. “Sehari-harinya saya biasa tidur dan menjaga kamar mayat. Saya harus stanby di kamar mayat untuk bersiap-siap menerima mayat yang masuk kapanpun, walau di tengah malam,” ujar pria lulusan sekolah farmasi ini.

Tak jarang, ia sering dibangunkan di tengah malam oleh suara telepon yang memberitahu kalau bakal ada mayat masuk, baik mayat tanpa identitas yang ditemukan terapung di sungai, mayat pembunuhan, mayat kecelakaan lalulintas, mayat remuk akibat ditabrak kereta api atau kematian lainnya.
“Itulah kewajiban,  saya harus standby kapanpun. Saya tak pernaa mengeluh, saya ikhlas menjalaninya. Meski kadang-kadang saya baru saja ternyenyak tidur malam, ya harus bangun karena bersiap-siap akan menerima mayat yang akan masuk,” ujarnya kepada wartawan koran ini.

Suami dari Lorena Br Ginting (42) ini mengaku, istrinya juga sangat mengerti akan pekerjaannya. Makanya, meski jarang berkumpul dengan keluarga karena terpaksa harus tidur di kamar mayat, hal itu dimaklumi istri dan kedua anaknya, Natalia Br Panjaitan (13) dan Novi Br Panjaitan (9). “Keluarga saya sangat mengerti pekerjaan saya, makanya saya juga tetap bersunguh-sungguh dengan pekerjaan saya. Saya tak ingin waktu yang sudah saya korbankan menjadi sia-sia bila saya tidak menjalankannya dengan ikhlas,” tuturnya.

Tapi tentu saja banyak suka duka yang telah ia lalui selama 15 tahun bertugas di kamar mayat. Untuk sukanya, apa yang ia lakukan sebagai bentuk sosial menolong orang-orang yang meninggal, menghargai orang yang meninggal dan berharap bisa diberi pahala oleh Tuhan.

Dibanding suka, cerita dukanya lebih banyak dialami Sungkunan. Misalnya saja, saat masuk mayat dari Ormas atau OKP, ia sering menjadi sasaran emosi mereka karena tak sabar menunggu saat dirinya tengah mengurus mayat Ormas atau OKP itu. “Saya dibentak-bentak. Saya dipaksa harus cepat menangani mayatnya, didesak-desak. Tapi saya tetap sabar dan tidak mau emosi. Saya hargai mayat itu sehingga saya tidak bisa sembarangan menanganinya, tak bisa terburu-buru,” kata dia.

Ada lagi cerita pahit yang keluar dari bibirnya. Setahun lalu, ada mayat tanpa identitas dikirim ke RSU Adam Malik Medan. Demi menolong sang mayat agar identitasnya terungkap, Sungkunan lalu meminta tolong media di Medan agar menerbitkan berita mayat tanpa identitas itu sekaligus memfoto wajah si mayat. Upaya itu dilakukan agar pembaca media bisa mengenali si mayat, yang siapa tahu merupakan anggota keluarganya.

Upaya itu lalu berhasil. Berselang dua hari setelah pemberitaan mayat tanpa identias itu terbit di koran, lalu datanglah masyarakat yang mengaku sebagai keluarganya. Hati Sungkunan pun senang. Tapi bukannya rasa terimakasih yang diterima Sungkunan, ia malah didampat pihak keluarga mayat tanpa identitas itu. Ia dituding tak becus mengurusi mayat itu sehingga mengeluarkan aroma busuk. Padahal, Sungkunan  sudah berupaya membersihkan mayat agar tidak bau. “Saya dimaki-maki, dimarahi, dibentak-bentak. Air mata saya hampir jatuh waktu itu. Tapi saya ikhlas, biar Tuhan saja yang tahu kalau saya sudah menolong mayat itu agar terungkap identitasnya,” kata Sungkunan mengenang.

Tidak hanya soal cerita pahit, soal penghasilanpun Sungkunan masih merana. Meski bekerja siang malam atau sampai larut malam, ia tidak memperoleh insentif atau tambahan gaji. Tapi ia tak mau ‘ngemis’ menuntut tambahan gajinya. Iapun berupaya mencari tambahan penghasilan dengan menjadi sopir angkot di saat ada waktu luang. “Pekerjaan sopir angkot halal kok, jadi saya cari tambahan jadi sopir angkot. Mudah-mudahan Tuhan tetap memberi saya rezeki dengan pekerjaan halal yang saya lakukan,” ujarnya bersyukur.

Meski penghasilannya minim sebagai PNS di kamar mayat, tapi ia tak punya keinginan pindah ke staf lain. Ia ingin tetap bekerja di kamar mayat hingga pensiun nanti. “Pekerjaan di kamar mayat ini indah. Indah rasanya karena saya memberikan tenaga saya untuk menolong jenazah. Tiap hari saya menghadapi mayat, tiap hari pula membuat saya ingat dengan Tuhan kalau saya juga bakal menjadi mayat. Saya tetap ingin berbuat baik dan tetap bersyukur,” ucapnya penuh semangat. (*)

Sungkunan Panjaitan, PNS Penjaga Kamar Mayat RSU Adam Malik Medan

Pekerjaan apapun, jika dilakukan dengan ikhlas pasti akan menyenangkan. Termasuk, menjadi petugas instalasi jenazah atau kamar mayat. Seperti pekerjaan Sungkunan Panjaitan, pegawai negeri sipil (PNS) yang sudah 15 tahun menjaga kamar mayat di RSU Adam Malik Medan.

M. Hafiz Iskandar, Medan

Pria kelahiran Porsea 17 September 1963, ini sangat bersahaja. Wajahnya tak pernah murung. Saban hari terlihat ceria dan tampak begitu menikmati pekerjaannya sebagai penjaga kamar mayat di rumah sakit milik pemerintah tersebut.

PNS: Sungkunan Panjaitan, PNS  bertugas  kamar mayat RSU Adam Malik Medan.
PNS: Sungkunan Panjaitan, PNS yang bertugas di kamar mayat RSU Adam Malik Medan.

Ya, sejak tahun 1998, Sungkunan Panjaitan sudah ditempatkan bertugas di kamar mayat. Meski sudah 15 tahun lamanya, tapi ia tak pernah mengeluh akan pekerjaannya sebagai Staf Instansi Kehakiman di Instalasi jenazah. “Sehari-harinya saya biasa tidur dan menjaga kamar mayat. Saya harus stanby di kamar mayat untuk bersiap-siap menerima mayat yang masuk kapanpun, walau di tengah malam,” ujar pria lulusan sekolah farmasi ini.

Tak jarang, ia sering dibangunkan di tengah malam oleh suara telepon yang memberitahu kalau bakal ada mayat masuk, baik mayat tanpa identitas yang ditemukan terapung di sungai, mayat pembunuhan, mayat kecelakaan lalulintas, mayat remuk akibat ditabrak kereta api atau kematian lainnya.
“Itulah kewajiban,  saya harus standby kapanpun. Saya tak pernaa mengeluh, saya ikhlas menjalaninya. Meski kadang-kadang saya baru saja ternyenyak tidur malam, ya harus bangun karena bersiap-siap akan menerima mayat yang akan masuk,” ujarnya kepada wartawan koran ini.

Suami dari Lorena Br Ginting (42) ini mengaku, istrinya juga sangat mengerti akan pekerjaannya. Makanya, meski jarang berkumpul dengan keluarga karena terpaksa harus tidur di kamar mayat, hal itu dimaklumi istri dan kedua anaknya, Natalia Br Panjaitan (13) dan Novi Br Panjaitan (9). “Keluarga saya sangat mengerti pekerjaan saya, makanya saya juga tetap bersunguh-sungguh dengan pekerjaan saya. Saya tak ingin waktu yang sudah saya korbankan menjadi sia-sia bila saya tidak menjalankannya dengan ikhlas,” tuturnya.

Tapi tentu saja banyak suka duka yang telah ia lalui selama 15 tahun bertugas di kamar mayat. Untuk sukanya, apa yang ia lakukan sebagai bentuk sosial menolong orang-orang yang meninggal, menghargai orang yang meninggal dan berharap bisa diberi pahala oleh Tuhan.

Dibanding suka, cerita dukanya lebih banyak dialami Sungkunan. Misalnya saja, saat masuk mayat dari Ormas atau OKP, ia sering menjadi sasaran emosi mereka karena tak sabar menunggu saat dirinya tengah mengurus mayat Ormas atau OKP itu. “Saya dibentak-bentak. Saya dipaksa harus cepat menangani mayatnya, didesak-desak. Tapi saya tetap sabar dan tidak mau emosi. Saya hargai mayat itu sehingga saya tidak bisa sembarangan menanganinya, tak bisa terburu-buru,” kata dia.

Ada lagi cerita pahit yang keluar dari bibirnya. Setahun lalu, ada mayat tanpa identitas dikirim ke RSU Adam Malik Medan. Demi menolong sang mayat agar identitasnya terungkap, Sungkunan lalu meminta tolong media di Medan agar menerbitkan berita mayat tanpa identitas itu sekaligus memfoto wajah si mayat. Upaya itu dilakukan agar pembaca media bisa mengenali si mayat, yang siapa tahu merupakan anggota keluarganya.

Upaya itu lalu berhasil. Berselang dua hari setelah pemberitaan mayat tanpa identias itu terbit di koran, lalu datanglah masyarakat yang mengaku sebagai keluarganya. Hati Sungkunan pun senang. Tapi bukannya rasa terimakasih yang diterima Sungkunan, ia malah didampat pihak keluarga mayat tanpa identitas itu. Ia dituding tak becus mengurusi mayat itu sehingga mengeluarkan aroma busuk. Padahal, Sungkunan  sudah berupaya membersihkan mayat agar tidak bau. “Saya dimaki-maki, dimarahi, dibentak-bentak. Air mata saya hampir jatuh waktu itu. Tapi saya ikhlas, biar Tuhan saja yang tahu kalau saya sudah menolong mayat itu agar terungkap identitasnya,” kata Sungkunan mengenang.

Tidak hanya soal cerita pahit, soal penghasilanpun Sungkunan masih merana. Meski bekerja siang malam atau sampai larut malam, ia tidak memperoleh insentif atau tambahan gaji. Tapi ia tak mau ‘ngemis’ menuntut tambahan gajinya. Iapun berupaya mencari tambahan penghasilan dengan menjadi sopir angkot di saat ada waktu luang. “Pekerjaan sopir angkot halal kok, jadi saya cari tambahan jadi sopir angkot. Mudah-mudahan Tuhan tetap memberi saya rezeki dengan pekerjaan halal yang saya lakukan,” ujarnya bersyukur.

Meski penghasilannya minim sebagai PNS di kamar mayat, tapi ia tak punya keinginan pindah ke staf lain. Ia ingin tetap bekerja di kamar mayat hingga pensiun nanti. “Pekerjaan di kamar mayat ini indah. Indah rasanya karena saya memberikan tenaga saya untuk menolong jenazah. Tiap hari saya menghadapi mayat, tiap hari pula membuat saya ingat dengan Tuhan kalau saya juga bakal menjadi mayat. Saya tetap ingin berbuat baik dan tetap bersyukur,” ucapnya penuh semangat. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/