MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Kereta Api Indonesia (KAI) hingga kini belum juga membuka portal yang menutup Jalan Aloha, Lingkungan II, Kelurahan Martubung, Medan Labuhan. Akibatnya, usaha bengkel mobil milik warga terpaksa tutup karena tak ada mobil yang bisa melewati jalan tersebut. Bahkan, vihara di sekitar kawasan tersebut juga tidak dapat difungsikan lagi.
“Mobil ke bengkel tak bisa keluar masuk, begitu juga ke vihara dan gedung pertemuan. Tepaksa usaha bengkel kami tutup total dan pekerja dirumahkan,” kata Herlian, pemilik bengkel kepada wartawan, Jumat (23/4).
Didampingi warga lainnya, Herlian meminta Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution untuk memperhatikan keluhan mereka. “Akibat penutupan jalan ini, mematikan perekonomian usaha rakyat,” keluh Herlian.
Warga lainnya, Aulia mengatakan, akibat penutupan Jalan Aloha, orang yang meninggal dunia pun jadi tidak bisa diantar dengan menggunakan ambulans menuju pekuburan Islam. “Kalau ada orang meninggal, terpaksa ditandu karena akses jalan ditutup,” terangnya.
Aulia bersama masyarakat lainnya pun menyayangkan PT KAI yang menutup secara permanen Jalan Aloha dengan portal besi hanya karena alasan sering terjadi kecelakaan lalu lintas. “Ini jalan umum. Maunya dipasang plang buka tutup dan dijaga petugas. Kalau mau bebas dan tidak terjadi kecelakaan, buat saja rel dari atas atau bawah tanah,” kesalnya.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPRD Medan, Mulia Asri Rambe sangat menyayangkan PT KAI yang tidak mengindahkan hasil rapat Komisi I DPRD Medan beberapa waktu lalu. Padahal, hasil rapat Komisi I dengan PT KAI dan Dishub Medan sudah merekomendasikan pembongkaran portal tersebut.
“Kita berharap pimpinan di DPRD Medan berkenan menindaklanjuti hasil rapat, sehingga lembaga dewan punya marwah di lembaga lain. Pemko dan DPRD Medan harus mengayomi rakyatnya dari ketidakadilan,” tegas politisi Golkar yang akrab disapa Bayek ini.
Ditambahkannya, pihaknya dapat memahami penderitaan warga akibat dampak penutupan portal oleh PT KAI. Warga yang hendak melakukan aktivitas sehari-hari, menjadi terganggu akses keluar masuknya. “Yang sangat kita khawatirkan bila terjadi kebakaran atau warga sakit. bagaimana akses ke sana? Apa bisa PT KAI yang bertanggungjawab?” tandasnya. (map)