28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Kualanamu Dilengkapi Ruang Terbuka Hijau

Bandara Kualanamu adalah bandara baru yang dibangun untuk menggantikan Bandara Polonia di Kota Medan, yang telah cukup lama mengalami kelebihan beban pelayanan (over capacity).  Bandara Kualanamu akan dilengkapi  dua runway paralel, apron seluas 30 ha berkapasitas maximum 33 pesawat, terminal kargo seluas 13.000 m2 dengan kapasitas 3 pesawat (65.000 ton/ tahun), area parkir berkapasitas sekitar 1400 kendaraann roda empat taxi.

Untuk aksesibilitas, Bandara Kualanamu yang dilengkapi 10 gerbang masuk. Kualanamu menjadi bandara pertama di Indonesia pembangunannya  menggunakan dana seutuhnya milik anak negeri. Bandara Kualanamu memiliki daya tarik tersediri. Di dalam bandara ada ruang terbuka hijau yang di tanami dengan berbagai jenis bunga dengan berbagai warna yang menarik hati saat dilihat. Kualanamu bisa dikatakan pertama dalam penggunaan teknologi bandara di Indonesia. Misalnya, dalam sistem penggunaan X-Ray, dimana seutuhnya teknologi penyinaran berada di pembagasian, atau yang biasa disebut dengan Bagage Handling System (BHS) yang berasal dari Belanda. Pada umumnya, bandara internasional yang besar menggunakan sistem ini. Sebut saja, Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA), Changi Airport, Hongkong Airport, dan lain sebagainya.

Sistem ini yang paling mencolok perbedaannya bila dibandingkan dengan Polonia, apalagi dengan bandara lain. Pada umumnya, saat memasuki kawasan check in, tentengan atau tas penumpang terlebih dahulu akan memasuki sistem X-Ray, dengan tujuan agar barang-barang yang dilarang masuk atau di bawa via bandara tidak ada. Begitu juga untuk memasuki kawasan “Ruang Tunggu” bandara yang harus melewati sistem penyinaran.   Di  Kualanamu, tidak akan ada X-Ray saat memasuki terminal keberangkatan, baik domestik maupun internasional.  Untuk  X-Ray   akan dilakukan saat melakukan check in,   penyinaran berada di carousel atau konveyer yang akan menyalurkan barang penumpang ke pesawat. Sensor di konveyer ini sebesar 360 derajat. Sehingga, lebih akurat dalam pemeriksaan tas penumpang.  Sistem BHS ini, Kualanamu masih menggunakan level III. Sedangkan untuk Changi level BHS nya sudah mencapai level 5. Tetapi,  sistem ini bisa dikatakan termasuk tinggi.

Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP II), Tri S Susnoko menyatakan, Kualanamu dibangun dengan berbagai fasilitas yang mengutamakan keamanan dalam penerbangan. Karena akan menjadikan Kualanamu sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat.  “Kita ingin menjadikan Kualanamu sebagai bandara percontohan di Indonesia,” ujarnya.   (ram/btr)

Bandara Kualanamu adalah bandara baru yang dibangun untuk menggantikan Bandara Polonia di Kota Medan, yang telah cukup lama mengalami kelebihan beban pelayanan (over capacity).  Bandara Kualanamu akan dilengkapi  dua runway paralel, apron seluas 30 ha berkapasitas maximum 33 pesawat, terminal kargo seluas 13.000 m2 dengan kapasitas 3 pesawat (65.000 ton/ tahun), area parkir berkapasitas sekitar 1400 kendaraann roda empat taxi.

Untuk aksesibilitas, Bandara Kualanamu yang dilengkapi 10 gerbang masuk. Kualanamu menjadi bandara pertama di Indonesia pembangunannya  menggunakan dana seutuhnya milik anak negeri. Bandara Kualanamu memiliki daya tarik tersediri. Di dalam bandara ada ruang terbuka hijau yang di tanami dengan berbagai jenis bunga dengan berbagai warna yang menarik hati saat dilihat. Kualanamu bisa dikatakan pertama dalam penggunaan teknologi bandara di Indonesia. Misalnya, dalam sistem penggunaan X-Ray, dimana seutuhnya teknologi penyinaran berada di pembagasian, atau yang biasa disebut dengan Bagage Handling System (BHS) yang berasal dari Belanda. Pada umumnya, bandara internasional yang besar menggunakan sistem ini. Sebut saja, Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA), Changi Airport, Hongkong Airport, dan lain sebagainya.

Sistem ini yang paling mencolok perbedaannya bila dibandingkan dengan Polonia, apalagi dengan bandara lain. Pada umumnya, saat memasuki kawasan check in, tentengan atau tas penumpang terlebih dahulu akan memasuki sistem X-Ray, dengan tujuan agar barang-barang yang dilarang masuk atau di bawa via bandara tidak ada. Begitu juga untuk memasuki kawasan “Ruang Tunggu” bandara yang harus melewati sistem penyinaran.   Di  Kualanamu, tidak akan ada X-Ray saat memasuki terminal keberangkatan, baik domestik maupun internasional.  Untuk  X-Ray   akan dilakukan saat melakukan check in,   penyinaran berada di carousel atau konveyer yang akan menyalurkan barang penumpang ke pesawat. Sensor di konveyer ini sebesar 360 derajat. Sehingga, lebih akurat dalam pemeriksaan tas penumpang.  Sistem BHS ini, Kualanamu masih menggunakan level III. Sedangkan untuk Changi level BHS nya sudah mencapai level 5. Tetapi,  sistem ini bisa dikatakan termasuk tinggi.

Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP II), Tri S Susnoko menyatakan, Kualanamu dibangun dengan berbagai fasilitas yang mengutamakan keamanan dalam penerbangan. Karena akan menjadikan Kualanamu sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat.  “Kita ingin menjadikan Kualanamu sebagai bandara percontohan di Indonesia,” ujarnya.   (ram/btr)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/