SUMUTPOS.CO- Medan Plaza satu-satunya plaza tertua yang masih eksis dan berdiri di Kota Medan, dibalik eksistensinya, ada 2 ribuan pekerja yang bergantung hidup dengan plaza tersebut.
Selain ada yang menggantung, ternyata banyak kisah yang dimiliki setiap tokoh masyarakat di Kota Medan dan Sumut Dzulmi Eldin, Wali Kota Medan 2013-2015 mengunjungi pasca terbakarnya Medan Plaza. Di depan gedung itu, Eldin banyak berdialog dengan warga yang melihat terbakarnya salah satu mall kebanggaan warga Kota Medan.
Dalam dialognya bersama warga di sekitaran Medan Plaza, Minggu (23/8) sore, Eldin selalu menyapa para warga. Ada yang mengaku banyak kenangan di Medan Plaza, karyawan, pedagang hingga kepada jamaah Gereja Bethel Indonesia (GBI) Medan Plaza.
“Saya langsung berdialog dengan warga, ternyata Medan Plaza punya banyak kenangan. Ternyata sama seperti saya,” katanya.
Eldin mengaku, dulu sering membeli kaset lagu-lagu lawas di Medan Plaza di Et45, setelah itu menikmati buah potong yang dijajakan toko buah Strawberry. Kalau libur tugas, dulu sering ke Medan Plaza, apalagi masuk ke mall sangat bangga.
“Ya saya sampai sekarang masih sering beli buah di Strawberry. Ini saya gak tahu mau beli di mana, apakah Strawberry buka cabang lagi di tempat lain,” ucapnya sambil senyum-senyum kepada warga.
Saat Eldin hadir di tempat itu, ternyata api kecil masih ada di Medan Plaza. Tak lama, petugas dari Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan menurunkan dua armada untuk memadamkan api kecil tersebut.
“Reaksi cepat dari DP2K sangat baik, saya lihat secara peralatan dan personel memang butuh tambahan. Mengingat jumlah bangunan bertambah, dan pembangunan di Kota Medan sangat pesat,” katanya.
Mantan Sekda Kota Medan ini mengaku memiliki program khusus untuk mengaktifkan hydrant dan menambah armada pemadam kebakaran khusus di wilayah-wilayah Medan bagian Utara. Khusus untuk hydrant, hal ini memang diperlukan koordinasi lintas lembaga seperti dengan PDAM Tirtanadi mengenai debit air, di Kota Medan selama ini sudah ada puluhan titik hydrant, hanya saja hanya belasan saja yang aktif. Kondisi inilah yang semestinya perlu sama-sama kita antisipasi agar ke depan seluruh hydrant di Medan menjadi lebih Benar.
“Saya lihat rumah dan bangunan semacam swalayan sudah mulai banyak di kawasan Medan bagian Utara, saya pikir perlu penambahan. Insya Allah nanti akan saya tambah bila mendapat amanah dari masyarakat,” sebutnya.
Hal lainnya, dia menyebutkan, personel DP2K juga harus mendapatkan pelatihan rutin dan ada pembatasan usia, khususnya untuk petugas di lapangan. Pasalnya, pekerjaan di DP2K sangat memiliki resiko tinggi. Sehingga dibutuhkan fisik yang kuat dan ketelitian.
“Ke depannya, pelatihan fisik dan melatih ketelitian menjadi hal penting dalam pelatihan ini. Karena inilah yang bisa meminimalkan resiko saat berhadapan saat memadamkan api,” ujarnya. (ril/rbb)