25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Tambang Emas Batang Toru Gandeng USU

Serap 70 Persen Pekerja Lokal

MEDAN- Proyek Martabe yang memakan biaya investasi senilai 600 juta dolar AS, dengan prediksi menghasilkan emas sebanyak 250.000 troy ounce emas dan 2 sampai 2,5 juta troy ounce perak per tahun. Potensi produksi ini digaungkan PT Agincourt Resources selaku perusahaan penambang emas di Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan (Tapsel). Proyek yang dikenal dengan nama Martabe G-Resources ini akan mempekerjakan 70 persentenaga local dari Batangtoru sekitarnya.

Pernyataan itu dikemukakan Chief Executive Officer (CEO) PT Agincourt Resources Peter Albert, menjawab Sumut Pos,  usai penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan pihak Universitas Sumatera Utara (USU), di ruang Rektor USU Lantai III Gedung Rektorat USU, Jumat (23/9) “Dibutuhkan 1.500 karyawan. Dan 70 persennya adalah tenaga kerja lokal. Tahun lalu saat masih dalam tahapan konstruksi, telah bekerja sebanyak 2.500 orang tenaga kerja, yang bekerja selama 24 jam nonstop. Sabtu dan Minggu tetap kerja,” terang Peter Albert.


Peter Albert yang kemarin didampingi Communications Manager Katarina Hardono, Linda Sianpiar dan Washington Tambunan sebagai konsultan serta staf lainnya, yakin perusahaan ini akan memberikan efek ganda (multiplier effect) yang menguntungkan masyarakat dan tentu saja perusahaan. Selain ada sejumlah perusahaan pendukung yang menyangga segala kebutuhan PT Agincourt yang tentu saja menyerap pekerja, kegiatan ekonomi riel di wilayah produksi. Terutama saat proses produksi mulai berjalan perlahan di akhir kuartal pertama tahun depan.

Meski demikian manajemen PT Agincourt menyadari peluang konflik antara perusahaan dengan masyarakat yang bisa saja terjadi di lokasi tambang. Hal ini lah salah satu alasan PT Agincourt melakukan kerja sama dengan USU yang dikomandoi Prof Urip Harahap dari Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) USU.

“Diharapkan nantinya ada kerjasama untuk menjembatani antara perusahaan dengan masyarakat dengan menjalin hubungan dan komunikasi yang baik,” paparnya.
Selain menjadi mitra independen yang akan memberi rekomendasi maupun menjalankan community development (CD) dari perusahaan untuk masyarakat, USU diharapkan bisa mengarahkan bentuk dan penyerahan CD yang tepat sasaran.

Tak cukup hanya menggandeng USU, perusahaan yang terdaftar di pasar saham Hongkong ini juga sudah menggandeng Universitas Negeri Medan (Unimed) dan sejumlah lembaga independen lain. Sejumlah lembaga independen tersebut diharapkan bisa menjadi jembatan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait.
Secara khusus, pria yang sudah sekitar 30 tahun merasakan manis pahitnya industri logam mulia ini meminta semua pihak bersama-sama mewujudkan komunikasi yang sehat dan bermanfaat. “Seperti upaya MoU ini, diharapkan nantinya ada kerjasama untuk menjembatani antara perusahaan dengan masyarakat dengan menjalin hubungan dan komunikasi yang baik,” paparnya.

Mengenai wacana permintaan peningkatan share saham dari 5 persen yang diberikan kepada pemprovsu dan pemkab Tapsel, Peter Albert melalui Katarina Hardono menyatakan belum memikirkan hal itu. “Pemberian saham 5 persen merupakan inisiatif perusahaan saat penandatanganan kontrak karya 1997 lalu. Dari saham itu, akan ada deviden yang diharapkan dapat dinikmati masyarakat,” jawab Peter.

“Perusahaan ini telah menandatangani kontrak karya sejak 1997 lalu, dan saat ini merupakan generasi ke enam. Mengenai 5 persen saham itu, merupakan yang diberikan manajemen kepada pemda setempat. Dari share saham itu, diharapkan akan dapat deviden dan itu kembali ke masyarakat,” terangnya berdiplomasi.


Sebelumnya, Rektor USU Prof Syahril Pasaribu seusai penandatanganan MoU tersebut mengingatkan, ciri sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Perusahaan yang baik itu yang bermanfaat bagi masyarakat. Di Sumut ini, salah sedikit saja akan terus-terusan disalahkan atau dikritik. Yang terpenting adalah dengan munculnya proyek ini,bisa memberi perubahan nyata kepada masyarakat. Jangan seperti di Aceh, kaya dengan pupuk dan sebagainya tetapi terjadi kesenjangan,” tegasnya. (ari)

Serap 70 Persen Pekerja Lokal

MEDAN- Proyek Martabe yang memakan biaya investasi senilai 600 juta dolar AS, dengan prediksi menghasilkan emas sebanyak 250.000 troy ounce emas dan 2 sampai 2,5 juta troy ounce perak per tahun. Potensi produksi ini digaungkan PT Agincourt Resources selaku perusahaan penambang emas di Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan (Tapsel). Proyek yang dikenal dengan nama Martabe G-Resources ini akan mempekerjakan 70 persentenaga local dari Batangtoru sekitarnya.

Pernyataan itu dikemukakan Chief Executive Officer (CEO) PT Agincourt Resources Peter Albert, menjawab Sumut Pos,  usai penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan pihak Universitas Sumatera Utara (USU), di ruang Rektor USU Lantai III Gedung Rektorat USU, Jumat (23/9) “Dibutuhkan 1.500 karyawan. Dan 70 persennya adalah tenaga kerja lokal. Tahun lalu saat masih dalam tahapan konstruksi, telah bekerja sebanyak 2.500 orang tenaga kerja, yang bekerja selama 24 jam nonstop. Sabtu dan Minggu tetap kerja,” terang Peter Albert.


Peter Albert yang kemarin didampingi Communications Manager Katarina Hardono, Linda Sianpiar dan Washington Tambunan sebagai konsultan serta staf lainnya, yakin perusahaan ini akan memberikan efek ganda (multiplier effect) yang menguntungkan masyarakat dan tentu saja perusahaan. Selain ada sejumlah perusahaan pendukung yang menyangga segala kebutuhan PT Agincourt yang tentu saja menyerap pekerja, kegiatan ekonomi riel di wilayah produksi. Terutama saat proses produksi mulai berjalan perlahan di akhir kuartal pertama tahun depan.

Meski demikian manajemen PT Agincourt menyadari peluang konflik antara perusahaan dengan masyarakat yang bisa saja terjadi di lokasi tambang. Hal ini lah salah satu alasan PT Agincourt melakukan kerja sama dengan USU yang dikomandoi Prof Urip Harahap dari Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) USU.

“Diharapkan nantinya ada kerjasama untuk menjembatani antara perusahaan dengan masyarakat dengan menjalin hubungan dan komunikasi yang baik,” paparnya.
Selain menjadi mitra independen yang akan memberi rekomendasi maupun menjalankan community development (CD) dari perusahaan untuk masyarakat, USU diharapkan bisa mengarahkan bentuk dan penyerahan CD yang tepat sasaran.

Tak cukup hanya menggandeng USU, perusahaan yang terdaftar di pasar saham Hongkong ini juga sudah menggandeng Universitas Negeri Medan (Unimed) dan sejumlah lembaga independen lain. Sejumlah lembaga independen tersebut diharapkan bisa menjadi jembatan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait.
Secara khusus, pria yang sudah sekitar 30 tahun merasakan manis pahitnya industri logam mulia ini meminta semua pihak bersama-sama mewujudkan komunikasi yang sehat dan bermanfaat. “Seperti upaya MoU ini, diharapkan nantinya ada kerjasama untuk menjembatani antara perusahaan dengan masyarakat dengan menjalin hubungan dan komunikasi yang baik,” paparnya.

Mengenai wacana permintaan peningkatan share saham dari 5 persen yang diberikan kepada pemprovsu dan pemkab Tapsel, Peter Albert melalui Katarina Hardono menyatakan belum memikirkan hal itu. “Pemberian saham 5 persen merupakan inisiatif perusahaan saat penandatanganan kontrak karya 1997 lalu. Dari saham itu, akan ada deviden yang diharapkan dapat dinikmati masyarakat,” jawab Peter.

“Perusahaan ini telah menandatangani kontrak karya sejak 1997 lalu, dan saat ini merupakan generasi ke enam. Mengenai 5 persen saham itu, merupakan yang diberikan manajemen kepada pemda setempat. Dari share saham itu, diharapkan akan dapat deviden dan itu kembali ke masyarakat,” terangnya berdiplomasi.


Sebelumnya, Rektor USU Prof Syahril Pasaribu seusai penandatanganan MoU tersebut mengingatkan, ciri sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Perusahaan yang baik itu yang bermanfaat bagi masyarakat. Di Sumut ini, salah sedikit saja akan terus-terusan disalahkan atau dikritik. Yang terpenting adalah dengan munculnya proyek ini,bisa memberi perubahan nyata kepada masyarakat. Jangan seperti di Aceh, kaya dengan pupuk dan sebagainya tetapi terjadi kesenjangan,” tegasnya. (ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/