BELAWAN, SUMUTPOS.CO- Normalisasi drainase PJKA sepanjang satu kilometer di Lingkungan 17 Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan, sebagai upaya untuk mengatasi banjir di Simpang Kantor, terpaksa dihentikan. Pasalnya, lurah bersama warga yang membersihkan rerimbunan pohon keladi serta tumpukan batu rel perlintasan kereta api di dalam drainase, mengalami gatal-gatal terkena air saluran drainase yang kotor, Kamis (23/10) kemarin.
Lurah Sei Mati, H Thamrin Lubis mengatakan, ada sekitar 10 orang warga yang melakukan gotong royong membersihkan saluran drainase PJKA tiba-tiba mengalami penyakit gatal-gatal pada bagian tubuhnya. Kemungkinan, warga yang sudah dua hari melakukan upaya normalisasi untuk mengatasi banjir, menderita gatal-gatal setelah terkena air kotor bercampur getah keladi yang mengalir pada saluran drainase.
“Normalisasi drainase sepanjang satu kilometer ini terpaksa dihentikan, karena saat bergotong royong tiba-tiba ada warga kita yang mengalami sakit gatal-gatal pada bagian kulitnya, saat ini warga yang menjadi korban telah mendapat penanganan dari petugas medis,” ujar, Thamrin.
Camat Medan Labuhan, Zain Noval S.STP sebelumnya menjelaskan, jalan satu-satunya untuk mengatasi banjir di Kelurahan Martubung, Sei Mati dan Pekan Labuhan dengan melakukan normalisasi saluran gorong-gorong dan drainase PJKA. Apalagi, kondisi saluran berhubungan langsung dengan 3 kelurahan yang kapasitas lebar diharapkan bisa menampung debit air dalam jumlah besar.
UPT PU Bina Marga Kota Medan, Basrun mengatakan, sempitnya akses jalan menuju ke lokasi saluran drainase PJKA yang akan di normalisasi menjadi kendala pihaknya untuk memasukan alat berat. Karena kapasitas alat berat yang besar dan lebar tidak dapat melintasi kawasan jalan tersbut. (rul/ila)
“Standart lebar jalan yang dibutuhkan untuk memasukan beko itu sekitar 5 meter. Kalau ukuran lebar 3 meter di pinggiran rel perlintasan kereta api, justru akan menyulitkan alat berat kita melakukan manuver nantinya,” ucap, Basrun. (rul)