MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain pelaku usaha, rumah sakit juga mengalami penurunan jumlah pasien selama pandemi Covid-19. Penurunan yang terjadi sangat besar, mencapai 30 hingga 40 persen. Akibatnya, pendapatan juga menurun drastis.
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Sumut, dr Azwan Hakmi Lubis, menyatakan prihatin dengan kondisi rumah sakit di Kota Medan. Menurut dia, diperkirakan sebanyak 70 rumah sakit di Medan tidak akan bertahan jika tidak segera beradaptasi dengan melakukan terobosan.
“Di Medan ini ada 70 rumah sakit, kalau tidak mengambil tindakan maka akan tidak bertahan,” ujar Azwan dihubungi wartawan, Rabu (24/2).
Disebutkan dia, pada masa pandemi ini pasien-pasien yang non Covid-19 mengalami penurunan 30 hingga 40 persen. “Biasanya ‘kan rumah sakit banyak perawatan pasien non Covid-19. Tapi sekarang ini pasien takut ke rumah sakit. Akibatnya, pendapatan rumah sakit menurun dan berdampak pada operasional, seperti biaya perawatan gedung, gaji dan lain sebagainya. Dengan berkurangnya pemasukan, bagaimana bisa membayar itu semua?” kata Azwan.
Oleh sebab itu, lanjut dia, salahsatu upaya manajemen rumah sakit agar bisa bertahan di antaranya harus kreatif dan punya inovasi. Artinya, berpikir mencari cara untuk menutup pendapatan yang telah hilang.
“Kalau biasanya rumah sakit bisa mendapat, misalnya Rp100 miliar per bulannya, sekarang hanya dapat sekitar Rp50 miliar sampai Rp60 miliar. Ini jelas menjadi masalah. Karena itu RS dituntut kreatif untuk bertahan. Dengan kata lain, harus bisa mencari sumber-sumber pendapatan lain,” paparnya.
Azwan mencontohkan, upaya yang harus dilakukan manajemen seperti merawat pasien Covid-19, punya laboratorium PCR (Polymerase Chain Reaction). Dengan demikian, dapat memperoleh sumber pendapatan baru.
Bahkan kalau bias, kata dia, rumah sakit berinovasi dengan telemedicine, yaitu berobat dengan menggunakan teknologi. Misalnya pasien dapat berobat via telepon, whatsapp, atau video call. “Ini sistem berobat bagi pasien yang takut ke rumah sakit. Kalau enggak ada kreasi dan inovasi, maka akan sulit bertahan,” jelas dia.
Ia menambahkan, hal terparah jika tidak kreatif atau tidak ada inovasi saat pandemi ini yaitu rumah sakit bisa tutup. “Di Medan ada 70 rumah sakit, namun hanya beberapa saja yang bisa bertahan dan kreatif,” pungkasnya.
RS Adam Malik Turun 20 Persen
Diketahui, pandemi berdampak terhadap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik (HAM) Medan yang mengalami penurunan pendapatan. Direktur Utama RSUP HAM, dr Zainal Safri SpPD-KKV, SpPJ (K) mengatakan, pendapatan rumah sakit menurun 20 persen pada tahun 2020.
“Pandemi Covid-19 berdampak kepada kunjungan pasien yang berobat. Akibatnya, target pendapatan rumah sakit tahun 2020 menurun sekitar 20 persen,” ujar dr Zainal Safri kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Ia mengaku, penurunan pemasukan rumah sakit untuk tahun ini tidak mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapatan rumah sakit kebanyakan dari klaim BPJS, pasien umum, asuransi swasta, dan lainnya. “Kita juga setiap tahun melaporkan ke pusat (Kementerian Kesehatan) berapa pendapatan rumah sakit selama setahun. Ya tahun ini pendapatan terjadi penurunan 20 persen dari target,” kata Zainal.
Menurut Zainal, pada awal 2020 direksi rumah sakit sudah menyusun rencana strategi bisnis untuk 5 tahun ke depan. Salah satu rencana tersebut, yaitu membuat rumah sakit tersebut menjadi pusat unggulan jantung dan layanan onkologi.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan di awal bulan Maret ternyata terjadi pandemi Covid-19. Karena itu, persiapan rencana strategis itu tertunda. “Segala dana dialihkan ke penanganan Covid-19,” ucap dia. (ris)