27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Massa Incar Depot Pertamina dan Bandara

Polisi-TNI Rapat Tertutup antisipasi Demo

MEDAN- Aksi unjuk rasa besar-besaran mahasiswa dan masyarakat menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), Senin (26/3) besok, tampaknya bukan gertak sambal. Massa pendemo sudah mengincar dua tempat vital, yakni Depot Pertamina Unit Pemasaran I Belawan dan Bandara Polonia.

Informasi itu langsung ditanggapi Polda Sumut dengan melakukan rapat koordinasi bersama Kodam I/BB dan Pemko Medan, Sabtu (24/3) di Mapolresta Medan. Dari hasil pertemuan  tertutup tersebut pihak TNI dari Kodam I/ BB sepakat membantu Polri menurunkan sebanyak 5.000 personel guna mengamankan Depot Pertamina Unit Pemasaran I Belawan dan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Diinformasikan, satu SPBU akan diamankan dua personel TNI dibantu beberapa personel Polri.

“Ada 88 SPBU di Kota Medan. Setiap SPBU akan dijaga dua personel TNI dibantu anggota Polri,” ungkap Kapolda Sumut Irjen Wisjnu Amat Sastro selepas pertemuan.

Menurut Wisjnu, polisi sudah melakukan koordinasi dengan TNI untuk menjaga kamtibmas di Kota Medan. “Kami sudah berkordinasi dengan TNI AD,  AU, dan AL untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Medan,” katanya.

Wisjnu menjelaskan 2.000 personel Polri akan diturunkan melakukan pengamanan langsung. Dia juga menyarankan agar massa bersikap tenang dalam menyampaikan orasi. Bila ada pendemo yang berlaku anarkis, dia menegaskan, Polri tidak akan segan-segan bertindak tegas. “Dipersilakan demo tapi jangan anarkis. Kalau anarkis akan kami tindak,” katanya.

Personel Polri, lebih lanjut dikatakan, akan melakukan apel bersama dengan pihak TNI di Lapangan Merdeka, Minggu (25/3) hari ini. Wisjnu menyabutkan TNI juga siap memback-up selama aksi berlangsung.

“Sekitar 5.000 personel sudah disiapkan untuk pengamanan. Kami berkoordinasi dengan Polri untuk memberikan keamanan saat unjuk rasa,” ungkap Kolonel Yana Tabi, Asisten Operasional Kodam I/BB.

Yana mengatakan TNI akan mengamankan perkantoran seperti Kantor Wali Kota Medan, DPRD Kota Medan, Kantor Gubsu, dan DPRD Sumut, serta lokasi yang menjadi titik unjuk rasa.

Menurut Yana TNI akan melakukan pengamanan hingga unjuk rasa dinyatakan selesai. “Keberadaan TNI dalam pengamanan aksi unjuk rasa untuk memberikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan berkoordinasi dengan Polri. Sikap TNI dalam pengamanan harus humanis dan netral,” katanya. Saat pengamanan, Yana menegaskan, personel TNI tidak dipersenjatai karena sifatnya hanya pengamanan biasa.

Secara terpisah, pihak Rektorat Universitas HKBP Nommensen (UHN) mengutuk aksi unjuk rasa yang berujung pengrusakan mobil plat merah di depan kampus Universitas HKBP Nommensen di Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan. “Kami mengutuk aksi demo yang berujung anarkis dan penyekapan mobil berplat merah. Itu bukan mahasiswa Universitas HKBP Nommensen tapi pihak luar yang melakukan aksi di depan kampus. Tindakan anarkis mereka mencoba menodai nama baik kampus ini,” tegas Wakil Rektor III Drs Maringan Panjaitan, MSi yang didampingi Wakil Rektor I Dr T Sihol Nababan, SE, kemarin (24/3).

Menurut Maringan, berdasarkan data yang dikumpulkan ditambah foto-foto aksi yang berhasil direkam bahwa aksi tersebut  bukan digerakkan mahasiswa UHN. “Kami keberatan bila itu menamakan kampus UHN. Kami tak suka membawa nama kampus. UHN anti dengan yang namanya demo anarkis. Bisa demo tapi dengan cara-cara yang beradab dan pihak kampus menemani setiap mahasiswa yang demo,” jelasnya. Maringan mengaku sangat prihatin dengan aksi demo yang berujung dengan anarkis. “Mohon polisi mengusutnya,” katanya. Dari hasil pertemuan dengan pihak rektorat, Maringan menegaskan, seluruh civitas akademika dan organisasi mahasiswa boleh saja menggelar demo. Pihak Rektorat sepakat dengan aksi penolakan kenaikan BBM, namun harus digelar secara tertib dan sesuai etika kemahasiswaan. ‘’Kami mengimbau mahasiswa agar waspada dengan orang luar yang mencoba masuk ke kampus,” pungkasnya. Maringan menegaskan pihak Rektorat sudah meneken nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU)

dengan Poldasu  untuk mengizinkan polisi masuk kampus sejauh itu berkorelasi dengan tugas-tugas  kepolisian.  “Polisi boleh masuk kampus menangkap misalnya ada mahasiswa yang diduga terlibat sebagai pengedar narkoba,  pelaku tindakan anarkis atau pelaku tindak kriminal lainnya,’’ ungkapnya.
Sementara itu, hingga Sabtu (24/3), sejumlah manajemen perhotelan belum menambah personel keamanan mereka. Pihak manajemen hotel yakin aksi demo pada Senin (26.3) akan berjalan damai dan jauh dari tindakan anarkis.

Public Relation Officer Hotel Grand Aston Medan, Cindy Lailani, menyatakan, pihaknya belum meminta tambahan personel Polri untuk berjaga-jaga di sekitar hotel.  “Dalam menghadapi isu demo besar-besaran Senin ini kami hanya memaksimalkan tenaga sekuriti,’’ katanya. Kendfati begitu, Cindy mengaku, manajemen hotel sudah berkoordinasi dengan jajaran Polresta Medan. Di lain pihak, Director of Sales dari Hotel Aryaduta Medan, Fifin Erdiady, menyatakan sudah berkoordinasi dengan Polsekta Medan Baru. “Sejak dua hari lalu kami sudah menjalin komunikasi dengan Polsek Medan Baru. Paling tidak membahas kemungkinan situasi terburuk yang bakal terjadi,” tukasnya. Dia mengakui ada penambahan personel keamanan, namun hingga ini masih mempelajari situasi. Fifin menyatakan isu demo besar-besaran di Medan ini tidak berpengaruh pada jumlah pemesanan kamar hotel. Akan halnya Hotel Santika Premiere Dyandra Medan juga menyatakan belum berpikir untuk menambah personel keamanan. ‘’Kami lihat situasi saja,’’ kata Manager Hotel, Gledy Simanjuntak

Ceng Beng Jalan Terus

Sementara itu, momen Ceng Beng pada etnis Tionghoa di Medan yang dirayakan sejak Minggu (25/3) hingga Sabtu (4/4) dipastikan tak terpengaruh rencana aksi besar-besaran menolak rencana kenaikan BBM, Senin (26/3). Anggota DPRD Medan asal etnis Tionghoa, Hasyim, menuturkan, aksi besar-besaran itu lebih fokus di kantor-kantor pemerintahan seperti kantor Gubsu, Gedung DPRD Sumut, Balai Kota Medan, dan Gedung DPRD Medan. “Perayaannya selama 20 hari dari 25 Maret sampai 14 April. Ini kedua yang terbesar setelah Imlek. Jadi, tidak ada pengaruh karena hanya sebatas di kantor dewan dan pemerintahan dan gedung dewan,” ungkapnya. Begitupun Hasyim berharapn aksi demo tersebut tidak berakhir anarkis. Pasalnya aksi anarkisme boleh jadi tidak menutup keinginan warga etnis Tionghoa dari luar kota menjadi batal mudik.

“Kami harap demo ini berjalan damai. Mereka yang pulang nanti bukan tak mungkin akan berinvestasi di Medan. Tradisinya yang mudik itu sudah cukup berhasil di perantauan dan ingin kembali ke Medan untuk merayakan Ceng Beng. Kalau anarkis, tidak jadilah orang itu berinvestasi di sini,” tukasnya. Lebih lanjut, Hasyim menjelaskan, perayaan Ceng Beng  merupakan ritual sembahyang kubur. “Ini perayaan untuk membersihkan kuburan leluhur. Tujuannya agar bersih diri dan bersih pikiran. Dalam perayaan itu ada juga ritual silaturahmi dengan keluarga dan tetangga,” ujarnya. Anggota DPRD Sumut lainnya dari etnis Tionghoa, Brillian Moktar, menegaskan tak ada korelasi pengaruh antara aksi besar-besaran tanggal 26 Maret mendatang dengan perayaan Ceng Beng. “Hari H Ceng Beng jatuh pada 4 Maret. Tradisi ini boleh dilakukan satu minggu sebelum dan satu minggu sesudahnya. Saya pikir tidak akan terganggu, apa lagi lokasi demo ini kan berpusat di inti kota,” ucapnya. (gus/ari/jon/ram)

Polisi-TNI Rapat Tertutup antisipasi Demo

MEDAN- Aksi unjuk rasa besar-besaran mahasiswa dan masyarakat menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), Senin (26/3) besok, tampaknya bukan gertak sambal. Massa pendemo sudah mengincar dua tempat vital, yakni Depot Pertamina Unit Pemasaran I Belawan dan Bandara Polonia.

Informasi itu langsung ditanggapi Polda Sumut dengan melakukan rapat koordinasi bersama Kodam I/BB dan Pemko Medan, Sabtu (24/3) di Mapolresta Medan. Dari hasil pertemuan  tertutup tersebut pihak TNI dari Kodam I/ BB sepakat membantu Polri menurunkan sebanyak 5.000 personel guna mengamankan Depot Pertamina Unit Pemasaran I Belawan dan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Diinformasikan, satu SPBU akan diamankan dua personel TNI dibantu beberapa personel Polri.

“Ada 88 SPBU di Kota Medan. Setiap SPBU akan dijaga dua personel TNI dibantu anggota Polri,” ungkap Kapolda Sumut Irjen Wisjnu Amat Sastro selepas pertemuan.

Menurut Wisjnu, polisi sudah melakukan koordinasi dengan TNI untuk menjaga kamtibmas di Kota Medan. “Kami sudah berkordinasi dengan TNI AD,  AU, dan AL untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Medan,” katanya.

Wisjnu menjelaskan 2.000 personel Polri akan diturunkan melakukan pengamanan langsung. Dia juga menyarankan agar massa bersikap tenang dalam menyampaikan orasi. Bila ada pendemo yang berlaku anarkis, dia menegaskan, Polri tidak akan segan-segan bertindak tegas. “Dipersilakan demo tapi jangan anarkis. Kalau anarkis akan kami tindak,” katanya.

Personel Polri, lebih lanjut dikatakan, akan melakukan apel bersama dengan pihak TNI di Lapangan Merdeka, Minggu (25/3) hari ini. Wisjnu menyabutkan TNI juga siap memback-up selama aksi berlangsung.

“Sekitar 5.000 personel sudah disiapkan untuk pengamanan. Kami berkoordinasi dengan Polri untuk memberikan keamanan saat unjuk rasa,” ungkap Kolonel Yana Tabi, Asisten Operasional Kodam I/BB.

Yana mengatakan TNI akan mengamankan perkantoran seperti Kantor Wali Kota Medan, DPRD Kota Medan, Kantor Gubsu, dan DPRD Sumut, serta lokasi yang menjadi titik unjuk rasa.

Menurut Yana TNI akan melakukan pengamanan hingga unjuk rasa dinyatakan selesai. “Keberadaan TNI dalam pengamanan aksi unjuk rasa untuk memberikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan berkoordinasi dengan Polri. Sikap TNI dalam pengamanan harus humanis dan netral,” katanya. Saat pengamanan, Yana menegaskan, personel TNI tidak dipersenjatai karena sifatnya hanya pengamanan biasa.

Secara terpisah, pihak Rektorat Universitas HKBP Nommensen (UHN) mengutuk aksi unjuk rasa yang berujung pengrusakan mobil plat merah di depan kampus Universitas HKBP Nommensen di Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan. “Kami mengutuk aksi demo yang berujung anarkis dan penyekapan mobil berplat merah. Itu bukan mahasiswa Universitas HKBP Nommensen tapi pihak luar yang melakukan aksi di depan kampus. Tindakan anarkis mereka mencoba menodai nama baik kampus ini,” tegas Wakil Rektor III Drs Maringan Panjaitan, MSi yang didampingi Wakil Rektor I Dr T Sihol Nababan, SE, kemarin (24/3).

Menurut Maringan, berdasarkan data yang dikumpulkan ditambah foto-foto aksi yang berhasil direkam bahwa aksi tersebut  bukan digerakkan mahasiswa UHN. “Kami keberatan bila itu menamakan kampus UHN. Kami tak suka membawa nama kampus. UHN anti dengan yang namanya demo anarkis. Bisa demo tapi dengan cara-cara yang beradab dan pihak kampus menemani setiap mahasiswa yang demo,” jelasnya. Maringan mengaku sangat prihatin dengan aksi demo yang berujung dengan anarkis. “Mohon polisi mengusutnya,” katanya. Dari hasil pertemuan dengan pihak rektorat, Maringan menegaskan, seluruh civitas akademika dan organisasi mahasiswa boleh saja menggelar demo. Pihak Rektorat sepakat dengan aksi penolakan kenaikan BBM, namun harus digelar secara tertib dan sesuai etika kemahasiswaan. ‘’Kami mengimbau mahasiswa agar waspada dengan orang luar yang mencoba masuk ke kampus,” pungkasnya. Maringan menegaskan pihak Rektorat sudah meneken nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU)

dengan Poldasu  untuk mengizinkan polisi masuk kampus sejauh itu berkorelasi dengan tugas-tugas  kepolisian.  “Polisi boleh masuk kampus menangkap misalnya ada mahasiswa yang diduga terlibat sebagai pengedar narkoba,  pelaku tindakan anarkis atau pelaku tindak kriminal lainnya,’’ ungkapnya.
Sementara itu, hingga Sabtu (24/3), sejumlah manajemen perhotelan belum menambah personel keamanan mereka. Pihak manajemen hotel yakin aksi demo pada Senin (26.3) akan berjalan damai dan jauh dari tindakan anarkis.

Public Relation Officer Hotel Grand Aston Medan, Cindy Lailani, menyatakan, pihaknya belum meminta tambahan personel Polri untuk berjaga-jaga di sekitar hotel.  “Dalam menghadapi isu demo besar-besaran Senin ini kami hanya memaksimalkan tenaga sekuriti,’’ katanya. Kendfati begitu, Cindy mengaku, manajemen hotel sudah berkoordinasi dengan jajaran Polresta Medan. Di lain pihak, Director of Sales dari Hotel Aryaduta Medan, Fifin Erdiady, menyatakan sudah berkoordinasi dengan Polsekta Medan Baru. “Sejak dua hari lalu kami sudah menjalin komunikasi dengan Polsek Medan Baru. Paling tidak membahas kemungkinan situasi terburuk yang bakal terjadi,” tukasnya. Dia mengakui ada penambahan personel keamanan, namun hingga ini masih mempelajari situasi. Fifin menyatakan isu demo besar-besaran di Medan ini tidak berpengaruh pada jumlah pemesanan kamar hotel. Akan halnya Hotel Santika Premiere Dyandra Medan juga menyatakan belum berpikir untuk menambah personel keamanan. ‘’Kami lihat situasi saja,’’ kata Manager Hotel, Gledy Simanjuntak

Ceng Beng Jalan Terus

Sementara itu, momen Ceng Beng pada etnis Tionghoa di Medan yang dirayakan sejak Minggu (25/3) hingga Sabtu (4/4) dipastikan tak terpengaruh rencana aksi besar-besaran menolak rencana kenaikan BBM, Senin (26/3). Anggota DPRD Medan asal etnis Tionghoa, Hasyim, menuturkan, aksi besar-besaran itu lebih fokus di kantor-kantor pemerintahan seperti kantor Gubsu, Gedung DPRD Sumut, Balai Kota Medan, dan Gedung DPRD Medan. “Perayaannya selama 20 hari dari 25 Maret sampai 14 April. Ini kedua yang terbesar setelah Imlek. Jadi, tidak ada pengaruh karena hanya sebatas di kantor dewan dan pemerintahan dan gedung dewan,” ungkapnya. Begitupun Hasyim berharapn aksi demo tersebut tidak berakhir anarkis. Pasalnya aksi anarkisme boleh jadi tidak menutup keinginan warga etnis Tionghoa dari luar kota menjadi batal mudik.

“Kami harap demo ini berjalan damai. Mereka yang pulang nanti bukan tak mungkin akan berinvestasi di Medan. Tradisinya yang mudik itu sudah cukup berhasil di perantauan dan ingin kembali ke Medan untuk merayakan Ceng Beng. Kalau anarkis, tidak jadilah orang itu berinvestasi di sini,” tukasnya. Lebih lanjut, Hasyim menjelaskan, perayaan Ceng Beng  merupakan ritual sembahyang kubur. “Ini perayaan untuk membersihkan kuburan leluhur. Tujuannya agar bersih diri dan bersih pikiran. Dalam perayaan itu ada juga ritual silaturahmi dengan keluarga dan tetangga,” ujarnya. Anggota DPRD Sumut lainnya dari etnis Tionghoa, Brillian Moktar, menegaskan tak ada korelasi pengaruh antara aksi besar-besaran tanggal 26 Maret mendatang dengan perayaan Ceng Beng. “Hari H Ceng Beng jatuh pada 4 Maret. Tradisi ini boleh dilakukan satu minggu sebelum dan satu minggu sesudahnya. Saya pikir tidak akan terganggu, apa lagi lokasi demo ini kan berpusat di inti kota,” ucapnya. (gus/ari/jon/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/