MEDAN, SUMUTPOS.CO – Paparan cahaya ponsel android dan laptop atau komputer bisa mendatangkan efek buruk pada kesehatan mata. Bahkan, lebih parahnya lagi bisa menyebabkan kerusakan permanen pada mata hingga kebutaan.
Menurut dr Delfi SpM(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran USU, dalam kehidupan sehari-hari saat ini tidak mungkin bisa lepas dari gadget. Apalagi, dalam kondisi pandemi ini mengharuskan jaga jarak, tidak melakukan kegiatan berkerumun sehingga mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi tersebut. Contohnya, kegiatan belajar-mengajar maupun perkuliahan melalui daring atau lewat aplikasi. Karena itu, masyarakat harus bijak menyikapinya.
“Penggunaan ponsel android maupun laptop biasanya dihubungkan dengan blue light atau sinar biru, dengan panjang gelombang sekitar 415-455 nanometer. Sinar biru ini bisa merusak makula retina mata dan kebanyakan pada usia produktif. Dari beberapa laporan banyak negara, disampaikan bahwa makula retina ini menjadi faktor utama terjadinya kebutaan pada usia produktif,” ungkap dr Delvi melalui akun youtube Prof Delfitri Munir saat ngobrol sehat belum lama ini.
Dijelaskan Delfi, gejala makula retina mata adalah terjadi gangguan penglihatan terhadap mata. Misalnya, penglihatan kabur, mata berair, mata merah, mata berkedut-kedut. “Makula retina mata ini merupakan reseptor untuk melihat. Kalau ini rusak, maka penglihatan pasti akan rusak pula,” ujarnya.
Oleh sebab itu, agar tidak terjadi gangguan terhadap mata, Delfi menyarankan mengurangi intensitas paparan sinar ponsel android maupun laptop. “Misalnya, menggunakan kacamata yang sesuai ukuran dan fungsinya sehingga tidak menambah lagi kelelahan mata akibat paparan blue light tersebut. Selain itu, bisa juga menggunakan lensa fotokromik. Lensa ini dapat menyaring sinar tersebut,” katanya.
Menurut Delfi, ketika menggunakan gadget biasanya orang jarang berkedip karena sudah fokus. Dan, ini bisa berdampak terjadi gangguan pada kornea mata mulai dari yang ringan sampai yang berat. Padahal, kalau mata berkedip, maka membasahi kornea mata. “Yang dikhawatirkan terjadi gangguan berat sampai permanen hingga kemudian penglihatan bisa terganggu. Ini sering dikaitkan dengan penelitian sekarang yaitu tentang degenerasi makula. Kalau sudah seperti itu (degenerasi makula), yang bisa kita lakukan mengurangi progresivitasnya. Karena, dikatakan bahwa itu sangat fatal dan termasuk ancaman kebutaan pada kasus degenarasi makula. Apalagi, pada tipe basah,” terangnya.
Delfi juga menyarankan agar jangan berlama-lama menggunakan gadget dengan mata telanjang atau tanpa kacamata pelindung. Artinya, berikan waktu istirahat kepada mata secara berkala. “Istirahat berkala, misalnya pada umumnya kita melihat gadget sekitar 20 menit. Maka, disarankan mengistirahatkan mata sekira 20-30 detik. Dengan kata lain, ketika melihat gadget maka disarankan mata tidak berakomodasi secara terus-menerus. Sebagai contoh, ketika bekerja di depat laptop atau komputer sekitar 1 sampai 2 jam maka disarankan mengistirahatkan mata sekira 5 hingga 10 menit,” imbau dia.
Sementara, Prof Delfitri Munir menuturkan, paparan sinar dari ponsel atau laptop bisa merusak mata. Dampak yang diakibat cukup serius terhadap kesehatan, karena bisa menyebabkan kebutaan. “Memang kita terpaksa mengikuti perkembangan teknologi, mulai dari anak-anak hingga orang tua sekalipun menggunakan gadget. Walau demikian, bijaklah menggunakanya dengan mengantisipasi terjadinya gangguan pada mata,” pesannya. (ris/ila)