27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Ada Bekas Borgol di Jasad Tersangka

MEDAN-Penembakan terhadap Ramadhan Puda Kesuma di Grand Aston City Hall Medan Hotel, Selasa (23/4) menimbulkan sekian tanda tanya. Selain pengakuan pihak Grand Aston yang mengatakan tidak ada penembakan di tempat mereka, di jasad Ramadhan juga ditemukan bekas borgol.

Soal bekas borgol ini diungkapkan abang Ramadhan yang bernama Cecep. Dia mengatakan, bekas borgol itu terlihat ketika keluarga memandikan jenazah Ramadhan.

“Ada dugaan kuat dia ditembak dalam kondisi diborgol,” terangnya, kemarin di rumah duka yang berada di Jalan Karya Lingkungan VII No 246 Medan Barat. Cecep juga menjelaskan luka tembak di tubuh Ramadhan berada di daerah ulu hati yang tembus ke belakang dan satu lagi di bagian pinggang yang tembus ke jantung.

Menurut Cecep, kalaulah adiknya memang seorang gembong narkoba, harusnya dilumpuhkan saja. “Kan kalau dia gembong besar, bisa dijadikan informan untuk pengembangan lebih lanjut. Tapi, kenapa ditembak mati ?” ucapnya.
Dengan keganjilan ini, pihak keluarga akan memprotes tindakan polisi.”Untuk saat ini pihak keluarga masih merembukkan tentang kasus ini,” ucapnya.

Luka tembak lebih parah terlihat di jasad Kiki alias Seli Satria Apriyanto yang ditembak mati di Perumahan Bukit Hijau Regency, Medan Selayang. Sepupu Kiki yang ngotot tak mau menyebutkan namanya menceritakan kalau di tubuh Kiki cukup banyak luka tembak. “Sekitar 7 tembusan. Ada yang di kaki, leher, jantung, perut, tangan. Aneh juga banyak kali tembakan itu,” ucapnya.
Persis dengan keluarga Ramadhan, pihak keluarga Kiki pun mempertanyakan soal penembakan tersebut. “Maunya dilumpuhkan saja. Kan polisi bisa pengembangan lebih lanjut,” tambahnya.

Fakta yang diungkapkan pihak keluarga berbeda dengan informasi yang didapat saat kejadian. Saat itu dikabarkan, Ramadhan menerima luka tembak di bagian dada kiri dan tulang rusuk sebelah kiri. Ramadhan ditembak karena melakukan perlawanan dengan pisau belati. Artinya, dalam posisi bebas atau tidak diborgol. Sementara Kiki, ditembak dengan luka di bagian dada kiri.

Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri masih terus melakukan pengembangan atas peredaran narkoba dari Malaysia masuk Sumatera Utara (Sumut) melalui pelabuhan yang berada di Tanjung Balai, dikarenakan masih banyak pelaku memasok barang tersebut.

“Sekarang tim masih melakukan serangkai tindakkan di Tajung Balai, Asahan untuk pengungkapan pelaku yang lain,”ungkap Brigjen Pol Arman Depari, Direktur IV Bareskrim Mabes Polri, saat jumpa pers, di halaman Hotel Grand Aston Medan, Rabu (24/4) pagi sekitar Pukul 10.00 WIB.

Didalam pengembangan ini, polisi juga melibati DM, untuk mengungkap pelaku yang masih buron yang diketahui berinsial WNR dan Encek, termasuk warga Malaysia bernama Mursal alias Ever.”Kita terus kembangi dengan pelaku yang berhasil kita tangkan berjumlah 6 orang, 2 tewas, 3 disini, 1 tersangka (DM,red) ikut dalam pengembangan,”sebutnya.
Saat ditanya dua pelaku yang tewas Ramdhan Puda Kesuma danSelly Satria Aprianto alias Kiki, sudah berapa lama menjalani bisnis haramnya ini, Arman mengatakan belum dapat keterangan dari pelaku, dikeranakan pelaku duluan tewas saat dibekuk.”Tidak tahu, pelaku sudah tewas,”ungkapnya dengan singkat.

Dengan letak geografis yang strategis, Sumatera Utara (Sumut), khusus Medan, daerah transit peredaran Narkoba untuk dilakukan pendistribusian kedaerah yang lain di Indonesia, untuk Mabes Polri menjadi pusat perhatiannya untuk pemberantas Narkoba.”Tidak ada kata konfromi dengan Narkoba, Polri akan memantau Sumatera Utara dalam khususnya dengan peredaran narkoba,”ujarnya.
Hal ini, dikarenakan Sumut sangat dengan negara lain yakni Malaysia, dimana Malaysia menjadi negara produksi Narkoba yang dikirim ke Indonesia.”Karena sumut dekat dengan negara yang lain, jadi mudah masuk,”ujarnya.

Arman mengharap Untuk mengatasi dan memberantas Narkoba, semua instansi harus terlibat, tidak tugas polisi saja.”Harus terlibat semua di Tajung Balai, bukan tugas Polisi, tapi tugas semua pihak ini untuk mengatasi dan memberantas Narkoba,”Imbuhnya.
Untuk di Kota Medan, pengedar Narkoba dengan jumlah besar banyak melakukan transaksi dihotel berbintang lima di kota terbesar nomor tiga di Indonesia, terakhir ini, di Hotel Grand Aston, untuk polisi dari Direktorat Res Narkoba Polda Sumut dan Sat Res Polresta Medan akan melakukan pengawasan dan Razia.”Setelah kita lakukan operasi ini kerjasama, tempat ini (Hotel Grand Aston,red) hanya lokasi transaksi, namun belum ditemukan keterkaitannya didalamnya,”sebutnya.

X-Ray Bandara Polonia Medan ‘Buta’
Dengan lokasi strategis, Kota Medan sudah dikenal kota transit pendistribusian Narkoba dari luar negeri termasuk Malaysia melalui udara bagi kalangan pembisnis barang haram ini, bisa dilihat terakhir transaksi berupa narkoba yang lolos dari pantauan X-Ray Bandara Polonia Medan menggunakan maskapai City Link menuju ke Banjarmasin, namun tidak tahu transit didaerah mana.

Untuk diketahui, sebelumnya, pada tanggal 16 April 2013, DM merupakan warga Banjarmasin ini, ditelpon oleh FR yang saat ini buron menjadi daftar pencari orang (DPO), untuk menerima barang berupa narkoba dengan jenis Sabu-sabu seberat 7 kilogram dan Happy Five sebanyak 6.785 butir, barang tersebut diterima dari Ramdhan Puda Kesuma dan Selly Satria Aprianto alias Kiki, yang kedua tewas ditembak polisi.

Kemudian setelah dilakukan transaksi disebuah tempat di Kota Medan, selang sehari pada tanggal 18 April 2013, DM tolak ke Banjarmasin dari Bandara Polonia Medan dengan menumpang maskapai City Link, entah bagaimana DM mengemasnya hingga tidak terpantau oleh petugas keamanan Bandara Polonia Medan atau ada permainan yang dilakukan pihak keamanan Bandara Polonia Medan hingga bebas dibawa melalui udara.

“Tanyakan pada pihak Bandara, kenapa sabu itu bisa lolos dari Polonia, pada tanggal 18 April yang lalu, naik pesawat City Link Barangnya,” ujar AKBP. Hendra Jhony, Kepala Tim Khusus (Katimsus), Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, saat ditemui Sumutpos, di Lobby Hotel Grand Aston Medan, Rabu (24/4) siang.

Perwira menyandang melati dua ini mengungkapkan untuk peredaran narkoba dikendalikan dari Kota Medan awal daerah pendistribusian kedaerah yang lain di Indonesia.”Medan mengendalikan indonesia wilyah barat dan wilayah yang lain,”katanya.
Disebutkanya, Banjarmasin saat ini menjadi pilihan utama bandar sabu untuk peredaran dibagian timur wilayah Indonesia.

”Sabu sudah seperti kacang goreng disana. Kebanyakan para pemakainya adalah pekerja tambang. Selain itu, bandar di Banjarmasin ini juga mengedarkan sabu dibeberapa wilayah bagian timur Indonesia. Namun, sumber sabu di Banjarmasin itu, berasal dari Medan.” ungkapnya.

Sedang, di Tanjung Balai lemah penjagaan keamanan yang dilakukan pihak terkait, jadi barang haram tersebut banyak dibawa dari Malaysia melalui laut dengan menumpang kapal yang dibawa oleh Nakoda dan anak buah kapal (ABK) dengan upah yang cukup mahal.”Datang dari Malaysia melalui kapal, dibawa nakoda dan ABK,”tuturnya.

Kemudian, bisnis haram dengan putaran uangan dengan cepat dan meraih keuntungan besar, pelaku bisnis Narkoba ini 60 persen dari warga Kota Medan keturunan tianghoa.”Bisnis yang mengiyurkan dengan keuntungan besar, lihat pelakunya ini, 60 persen cina kota Medan, di Jakarta di LP (lembaga pemasyarakatan) banyak warga orang Cina dari Medan,”ungkapnya.

Untuk seluruh pelaku yang diamankan akan diboyong ke Mabes Polri, Jakarta, kemarin, Petang sekitar Pukul 19.00 WIB.”Ada 11 orang dari Mabes, dibawa hari ini (kemarin,red) juga dibawa, ada juga anggota yang tinggal untuk dilakukan pengembangan, karena ada pelaku yang mau dikejar di kawasan jawa sana,”pungkasnya.(gus)

MEDAN-Penembakan terhadap Ramadhan Puda Kesuma di Grand Aston City Hall Medan Hotel, Selasa (23/4) menimbulkan sekian tanda tanya. Selain pengakuan pihak Grand Aston yang mengatakan tidak ada penembakan di tempat mereka, di jasad Ramadhan juga ditemukan bekas borgol.

Soal bekas borgol ini diungkapkan abang Ramadhan yang bernama Cecep. Dia mengatakan, bekas borgol itu terlihat ketika keluarga memandikan jenazah Ramadhan.

“Ada dugaan kuat dia ditembak dalam kondisi diborgol,” terangnya, kemarin di rumah duka yang berada di Jalan Karya Lingkungan VII No 246 Medan Barat. Cecep juga menjelaskan luka tembak di tubuh Ramadhan berada di daerah ulu hati yang tembus ke belakang dan satu lagi di bagian pinggang yang tembus ke jantung.

Menurut Cecep, kalaulah adiknya memang seorang gembong narkoba, harusnya dilumpuhkan saja. “Kan kalau dia gembong besar, bisa dijadikan informan untuk pengembangan lebih lanjut. Tapi, kenapa ditembak mati ?” ucapnya.
Dengan keganjilan ini, pihak keluarga akan memprotes tindakan polisi.”Untuk saat ini pihak keluarga masih merembukkan tentang kasus ini,” ucapnya.

Luka tembak lebih parah terlihat di jasad Kiki alias Seli Satria Apriyanto yang ditembak mati di Perumahan Bukit Hijau Regency, Medan Selayang. Sepupu Kiki yang ngotot tak mau menyebutkan namanya menceritakan kalau di tubuh Kiki cukup banyak luka tembak. “Sekitar 7 tembusan. Ada yang di kaki, leher, jantung, perut, tangan. Aneh juga banyak kali tembakan itu,” ucapnya.
Persis dengan keluarga Ramadhan, pihak keluarga Kiki pun mempertanyakan soal penembakan tersebut. “Maunya dilumpuhkan saja. Kan polisi bisa pengembangan lebih lanjut,” tambahnya.

Fakta yang diungkapkan pihak keluarga berbeda dengan informasi yang didapat saat kejadian. Saat itu dikabarkan, Ramadhan menerima luka tembak di bagian dada kiri dan tulang rusuk sebelah kiri. Ramadhan ditembak karena melakukan perlawanan dengan pisau belati. Artinya, dalam posisi bebas atau tidak diborgol. Sementara Kiki, ditembak dengan luka di bagian dada kiri.

Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri masih terus melakukan pengembangan atas peredaran narkoba dari Malaysia masuk Sumatera Utara (Sumut) melalui pelabuhan yang berada di Tanjung Balai, dikarenakan masih banyak pelaku memasok barang tersebut.

“Sekarang tim masih melakukan serangkai tindakkan di Tajung Balai, Asahan untuk pengungkapan pelaku yang lain,”ungkap Brigjen Pol Arman Depari, Direktur IV Bareskrim Mabes Polri, saat jumpa pers, di halaman Hotel Grand Aston Medan, Rabu (24/4) pagi sekitar Pukul 10.00 WIB.

Didalam pengembangan ini, polisi juga melibati DM, untuk mengungkap pelaku yang masih buron yang diketahui berinsial WNR dan Encek, termasuk warga Malaysia bernama Mursal alias Ever.”Kita terus kembangi dengan pelaku yang berhasil kita tangkan berjumlah 6 orang, 2 tewas, 3 disini, 1 tersangka (DM,red) ikut dalam pengembangan,”sebutnya.
Saat ditanya dua pelaku yang tewas Ramdhan Puda Kesuma danSelly Satria Aprianto alias Kiki, sudah berapa lama menjalani bisnis haramnya ini, Arman mengatakan belum dapat keterangan dari pelaku, dikeranakan pelaku duluan tewas saat dibekuk.”Tidak tahu, pelaku sudah tewas,”ungkapnya dengan singkat.

Dengan letak geografis yang strategis, Sumatera Utara (Sumut), khusus Medan, daerah transit peredaran Narkoba untuk dilakukan pendistribusian kedaerah yang lain di Indonesia, untuk Mabes Polri menjadi pusat perhatiannya untuk pemberantas Narkoba.”Tidak ada kata konfromi dengan Narkoba, Polri akan memantau Sumatera Utara dalam khususnya dengan peredaran narkoba,”ujarnya.
Hal ini, dikarenakan Sumut sangat dengan negara lain yakni Malaysia, dimana Malaysia menjadi negara produksi Narkoba yang dikirim ke Indonesia.”Karena sumut dekat dengan negara yang lain, jadi mudah masuk,”ujarnya.

Arman mengharap Untuk mengatasi dan memberantas Narkoba, semua instansi harus terlibat, tidak tugas polisi saja.”Harus terlibat semua di Tajung Balai, bukan tugas Polisi, tapi tugas semua pihak ini untuk mengatasi dan memberantas Narkoba,”Imbuhnya.
Untuk di Kota Medan, pengedar Narkoba dengan jumlah besar banyak melakukan transaksi dihotel berbintang lima di kota terbesar nomor tiga di Indonesia, terakhir ini, di Hotel Grand Aston, untuk polisi dari Direktorat Res Narkoba Polda Sumut dan Sat Res Polresta Medan akan melakukan pengawasan dan Razia.”Setelah kita lakukan operasi ini kerjasama, tempat ini (Hotel Grand Aston,red) hanya lokasi transaksi, namun belum ditemukan keterkaitannya didalamnya,”sebutnya.

X-Ray Bandara Polonia Medan ‘Buta’
Dengan lokasi strategis, Kota Medan sudah dikenal kota transit pendistribusian Narkoba dari luar negeri termasuk Malaysia melalui udara bagi kalangan pembisnis barang haram ini, bisa dilihat terakhir transaksi berupa narkoba yang lolos dari pantauan X-Ray Bandara Polonia Medan menggunakan maskapai City Link menuju ke Banjarmasin, namun tidak tahu transit didaerah mana.

Untuk diketahui, sebelumnya, pada tanggal 16 April 2013, DM merupakan warga Banjarmasin ini, ditelpon oleh FR yang saat ini buron menjadi daftar pencari orang (DPO), untuk menerima barang berupa narkoba dengan jenis Sabu-sabu seberat 7 kilogram dan Happy Five sebanyak 6.785 butir, barang tersebut diterima dari Ramdhan Puda Kesuma dan Selly Satria Aprianto alias Kiki, yang kedua tewas ditembak polisi.

Kemudian setelah dilakukan transaksi disebuah tempat di Kota Medan, selang sehari pada tanggal 18 April 2013, DM tolak ke Banjarmasin dari Bandara Polonia Medan dengan menumpang maskapai City Link, entah bagaimana DM mengemasnya hingga tidak terpantau oleh petugas keamanan Bandara Polonia Medan atau ada permainan yang dilakukan pihak keamanan Bandara Polonia Medan hingga bebas dibawa melalui udara.

“Tanyakan pada pihak Bandara, kenapa sabu itu bisa lolos dari Polonia, pada tanggal 18 April yang lalu, naik pesawat City Link Barangnya,” ujar AKBP. Hendra Jhony, Kepala Tim Khusus (Katimsus), Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, saat ditemui Sumutpos, di Lobby Hotel Grand Aston Medan, Rabu (24/4) siang.

Perwira menyandang melati dua ini mengungkapkan untuk peredaran narkoba dikendalikan dari Kota Medan awal daerah pendistribusian kedaerah yang lain di Indonesia.”Medan mengendalikan indonesia wilyah barat dan wilayah yang lain,”katanya.
Disebutkanya, Banjarmasin saat ini menjadi pilihan utama bandar sabu untuk peredaran dibagian timur wilayah Indonesia.

”Sabu sudah seperti kacang goreng disana. Kebanyakan para pemakainya adalah pekerja tambang. Selain itu, bandar di Banjarmasin ini juga mengedarkan sabu dibeberapa wilayah bagian timur Indonesia. Namun, sumber sabu di Banjarmasin itu, berasal dari Medan.” ungkapnya.

Sedang, di Tanjung Balai lemah penjagaan keamanan yang dilakukan pihak terkait, jadi barang haram tersebut banyak dibawa dari Malaysia melalui laut dengan menumpang kapal yang dibawa oleh Nakoda dan anak buah kapal (ABK) dengan upah yang cukup mahal.”Datang dari Malaysia melalui kapal, dibawa nakoda dan ABK,”tuturnya.

Kemudian, bisnis haram dengan putaran uangan dengan cepat dan meraih keuntungan besar, pelaku bisnis Narkoba ini 60 persen dari warga Kota Medan keturunan tianghoa.”Bisnis yang mengiyurkan dengan keuntungan besar, lihat pelakunya ini, 60 persen cina kota Medan, di Jakarta di LP (lembaga pemasyarakatan) banyak warga orang Cina dari Medan,”ungkapnya.

Untuk seluruh pelaku yang diamankan akan diboyong ke Mabes Polri, Jakarta, kemarin, Petang sekitar Pukul 19.00 WIB.”Ada 11 orang dari Mabes, dibawa hari ini (kemarin,red) juga dibawa, ada juga anggota yang tinggal untuk dilakukan pengembangan, karena ada pelaku yang mau dikejar di kawasan jawa sana,”pungkasnya.(gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/