25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mahasiswa & Anggota DPRD Dipukuli

AMANKAN: Polisi berpakaian preman mengamankan warga yang diduga mahasiswa, Selasa (24/9).
Agusman/Sumut Pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Unjukrasa ribuan mahasiswa yang berujung bentrok dengan aparat kepolisian, membuat suasana di Jalan Kejaksaan dan seputaran Pengadilan Negeri (PN) Medan, mencekam, Selasa (24/9) sore. Pasalnya, polisi berpakaian preman bertindak brutal menangkapi warga yang diduga mahasiswa.

Amatan Sumut Pos, polisi berpakaian preman yang terlihat masih muda-muda, melakukan penyisiran di sejumlah titik berkumpulnya mahasiswa. Bahkan, warga yang sedang duduk di warung kopi (warkop) belakang PN Medan, turut diamankan.

“Kau mahasiswa yang demo tadi ya? Kenapa ada putih-putih di muka mu, kau salah satu dari mereka (mahasiswa) ya?” bentak polisi yang mengerumuni warga tersebut.

Tanpa mendengarkan penjalasan pemuda tersebut, kerumunan polisi langsung memiting leher pemuda itu dan mengamankannya. Sesekali, kawanan polisi memukuli wajah dan tubuh pemuda naas itu.

Kontan saja, pemilik warkop dan pelanggan mendadak ketakutan. Sementara, warga yang tidak mempunyai tanda putih di wajahnya, disuruh bubar oleh polisi tersebut.

“Bubar-bubar kalian. Ngapain di sini,” senggak polisi tersebut.

Tak cukup sampai disitu, penyisiran juga dilakukan oleh polisi hingga ke Jalan Candi Prambanan. Setiap pemuda yang dicurigai sebagai mahasiswa, langsung diamankan. Mereka mengintimidasi dengan pukulan-pukulan membabi buta.

“Kau mahasiswa, ngapain kalian di situ. Mana dompetmu? Pasti mahasiswa kalian,” ucap puluhan petugas kepada dua pemuda yang mengendarai sepedamotor.

Keributan kembali muncul, manakala puluhan polisi berpakaian preman menyebut anggotanya dipukuli oleh sejumlah orang. “Woy…woy anggota (polisi) dipukuli itu,” celetuk polisi, yang kemudian beramai-ramai menuju lokasi yang dimaksud.

Walhasil, dua warga sekitar yang berkumpul melihat-lihat demonstrasi menjadi sasarannya. Bogem mentah pun melayang, hingga dua pemuda naas itu tersungkur dipijak-pijak polisi.

Lantas, rekan-rekan kedua pemuda yang diamankan tadi, langsung menjemput untuk membebaskannya. “Kami tidak ikut dalam demo ini, bebaskan rekan kami,” ucap seorang pemuda kepada kerumunan polisi tersebut.

Anggota Dewan Dipukuli Polisi

Tak hanya mahasiswa, seorang diduga anggota DPRD pun ikut kena pukul oknum diduga aparat.

Berawal ketika aparat kepolisian yang bersiaga mengawal aksi demo mahasiswa, berhasil membubarkan massa, Selasa sore. Setelah massa kucar-kacir karena disiram dengan water cannon dan tembakan gas air mata, satu per satu mahasiswa yang tidak berhasil kabur, terlihat mulai ditangkapi aparat.

Kurang lebih pukul 16.50 WIB, petugas kepolisian terlihat menarik paksa seseorang berpakaian safari coklat lengan panjang. Kerah bajunya ditarik dan dipiting erat dari sisi kanan. Dari arah basement hendak dimasukkan ke tempat penampungan para tertangkap yang berada di ruang kaca di sebelah box ATM Bank Sumut.

Dalam kondisi dipiting, sebelum disatukan dengan mahasiswa, oleh Intel yang menangkapnya, anggota DPRD yang kemudian diketahui bernama Pintor Sitorus (dari Partai Gerindra), dihujani pukulan.

Sekretaris Fraksi Gerindra, Gusmiyadi, yang menyaksikan pemukulan, berusaha menghentikan. Dijelaskannya bahwa yang ditangkap dan dipukuli itu adalah anggota DPRD Sumut.

Seketika intel yang memukuli Pintor menghentikan tindakannya. Sejumlah sekuriti juga datang melerai.

Namun oknum diduga intel itu balik memukuli salah seorang sekuriti. Namun oleh sekuriti lain, si oknum berusaha diserang.

Melihat gelagat bahwa dia akan dikeroyok, si oknum berusaha melarikan diri dibantu temannya sesama intel.

Anggota Fraksi Gerindra lainnya, Benny Harianto Sihotang, yang menyaksikan usaha si oknum melarikan diri, segera berteriak: “Tangkap…, tangkap dulu.. Itu ‘kan anggota dewan, kok dipukuli,” teriaknya memerintahkan para sekuriti .

Benny sempat berusaha mengejar Intel tersebut hingga ke bagian belakang gedung DPRD. Namun kemudian terhenti.

Pintor kemudian dibawa ke ruang fraksi. Namun saat hendak diwawancarai tidak lagi terlihat.

Disebutkan, dia ditangkap intel akibat merekam peristiwa penangkapan oleh kepolisian terhadap para mahasiswa. Para anggota DPRD Sumut yang coba diwawancarai perihal penangkapan Pintor enggan menanggapi.

“Enggak tahu saya siapa orangnya dan bagaimana peristiwanya,” kata Sekretaris Fraksi Nusantara, Zeira Salim Ritonga. (man/bbs)

AMANKAN: Polisi berpakaian preman mengamankan warga yang diduga mahasiswa, Selasa (24/9).
Agusman/Sumut Pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Unjukrasa ribuan mahasiswa yang berujung bentrok dengan aparat kepolisian, membuat suasana di Jalan Kejaksaan dan seputaran Pengadilan Negeri (PN) Medan, mencekam, Selasa (24/9) sore. Pasalnya, polisi berpakaian preman bertindak brutal menangkapi warga yang diduga mahasiswa.

Amatan Sumut Pos, polisi berpakaian preman yang terlihat masih muda-muda, melakukan penyisiran di sejumlah titik berkumpulnya mahasiswa. Bahkan, warga yang sedang duduk di warung kopi (warkop) belakang PN Medan, turut diamankan.

“Kau mahasiswa yang demo tadi ya? Kenapa ada putih-putih di muka mu, kau salah satu dari mereka (mahasiswa) ya?” bentak polisi yang mengerumuni warga tersebut.

Tanpa mendengarkan penjalasan pemuda tersebut, kerumunan polisi langsung memiting leher pemuda itu dan mengamankannya. Sesekali, kawanan polisi memukuli wajah dan tubuh pemuda naas itu.

Kontan saja, pemilik warkop dan pelanggan mendadak ketakutan. Sementara, warga yang tidak mempunyai tanda putih di wajahnya, disuruh bubar oleh polisi tersebut.

“Bubar-bubar kalian. Ngapain di sini,” senggak polisi tersebut.

Tak cukup sampai disitu, penyisiran juga dilakukan oleh polisi hingga ke Jalan Candi Prambanan. Setiap pemuda yang dicurigai sebagai mahasiswa, langsung diamankan. Mereka mengintimidasi dengan pukulan-pukulan membabi buta.

“Kau mahasiswa, ngapain kalian di situ. Mana dompetmu? Pasti mahasiswa kalian,” ucap puluhan petugas kepada dua pemuda yang mengendarai sepedamotor.

Keributan kembali muncul, manakala puluhan polisi berpakaian preman menyebut anggotanya dipukuli oleh sejumlah orang. “Woy…woy anggota (polisi) dipukuli itu,” celetuk polisi, yang kemudian beramai-ramai menuju lokasi yang dimaksud.

Walhasil, dua warga sekitar yang berkumpul melihat-lihat demonstrasi menjadi sasarannya. Bogem mentah pun melayang, hingga dua pemuda naas itu tersungkur dipijak-pijak polisi.

Lantas, rekan-rekan kedua pemuda yang diamankan tadi, langsung menjemput untuk membebaskannya. “Kami tidak ikut dalam demo ini, bebaskan rekan kami,” ucap seorang pemuda kepada kerumunan polisi tersebut.

Anggota Dewan Dipukuli Polisi

Tak hanya mahasiswa, seorang diduga anggota DPRD pun ikut kena pukul oknum diduga aparat.

Berawal ketika aparat kepolisian yang bersiaga mengawal aksi demo mahasiswa, berhasil membubarkan massa, Selasa sore. Setelah massa kucar-kacir karena disiram dengan water cannon dan tembakan gas air mata, satu per satu mahasiswa yang tidak berhasil kabur, terlihat mulai ditangkapi aparat.

Kurang lebih pukul 16.50 WIB, petugas kepolisian terlihat menarik paksa seseorang berpakaian safari coklat lengan panjang. Kerah bajunya ditarik dan dipiting erat dari sisi kanan. Dari arah basement hendak dimasukkan ke tempat penampungan para tertangkap yang berada di ruang kaca di sebelah box ATM Bank Sumut.

Dalam kondisi dipiting, sebelum disatukan dengan mahasiswa, oleh Intel yang menangkapnya, anggota DPRD yang kemudian diketahui bernama Pintor Sitorus (dari Partai Gerindra), dihujani pukulan.

Sekretaris Fraksi Gerindra, Gusmiyadi, yang menyaksikan pemukulan, berusaha menghentikan. Dijelaskannya bahwa yang ditangkap dan dipukuli itu adalah anggota DPRD Sumut.

Seketika intel yang memukuli Pintor menghentikan tindakannya. Sejumlah sekuriti juga datang melerai.

Namun oknum diduga intel itu balik memukuli salah seorang sekuriti. Namun oleh sekuriti lain, si oknum berusaha diserang.

Melihat gelagat bahwa dia akan dikeroyok, si oknum berusaha melarikan diri dibantu temannya sesama intel.

Anggota Fraksi Gerindra lainnya, Benny Harianto Sihotang, yang menyaksikan usaha si oknum melarikan diri, segera berteriak: “Tangkap…, tangkap dulu.. Itu ‘kan anggota dewan, kok dipukuli,” teriaknya memerintahkan para sekuriti .

Benny sempat berusaha mengejar Intel tersebut hingga ke bagian belakang gedung DPRD. Namun kemudian terhenti.

Pintor kemudian dibawa ke ruang fraksi. Namun saat hendak diwawancarai tidak lagi terlihat.

Disebutkan, dia ditangkap intel akibat merekam peristiwa penangkapan oleh kepolisian terhadap para mahasiswa. Para anggota DPRD Sumut yang coba diwawancarai perihal penangkapan Pintor enggan menanggapi.

“Enggak tahu saya siapa orangnya dan bagaimana peristiwanya,” kata Sekretaris Fraksi Nusantara, Zeira Salim Ritonga. (man/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/