30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Mimpi Besar Direksi PDAM Tirtanadi Sumut Ingin Jadi Panutan Bisnis Air di Indonesia

SAMPAIKAN: Direktur Utama PDAM Tirtanadi Sumut, Trisno Sumantri (tengah), Direktur Air Minum Joni Mulyadi, Direktur Air Limbah, Fauzan Nasution, Sekretaris Perusahaan Jumirin, Kabid Publikasi dan Komunikasi, Oktavia Anggraini menyampaikan keterangan kepada wartawan. di kantor PDAM Tirtanadi, Jl. Sisingamangaraja Medan, Senin (23/9) sore.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Sumatera Utara punya mimpi besar menjadikan BUMD milik Pemprov Sumut menjadi panutan bisnis pengelolaan air di Indonesia.

Saat ini, PDAM Tirtanadi terus berupaya ke arah itu, di mana antara lain dengan memperbaiki sumber daya manusia dan transformasi sistem layanan air bersih kepada masyarakat.

“Ini cita-cita kami, menjadikan PDAM Tirtanadi sebagai role model (panutan) bisnis air di Indonesia. Salah satunya dengan membangun museum air yang sudah lama berdiri sebagai ikon Medan dan Sumut, yang berada di depan kantor kami,” ujar Dirut PDAM Tirtanadi Sumut, Trisno Sumantri didampingi Direktur Air Minum Joni Mulyadi, Direktur Air Limbah, Fauzan Nasution, Sekretaris Perusahaan Jumirin, dan Kabid Publikasi dan Komunikasi, Oktavia Anggraini kepada wartawan di kantor PDAM Tirtanadi, Jalan Sisingamangaraja Medan, Senin (23/9) sore.

Pihaknya mengaku tidak pernah mau berhenti untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan di semua sektor. Bahkan sebagai alarm atau pengingat seluruh jajaran guna selalu meningkatkan kinerja, diakui Trisno profile picture (PP) grup WhatsApp mereka sengaja dipasang gambar air menetes. Isinya kira-kira berbunyi; netes (air) sama dengan rupiah hilang.

“Supaya semua orang itu fokus, jadi kami ini tidak main-main. Meski demikian di sana-sini masih banyak juga kelemahan kami. Terutama pada titik-titik tertentu dimana tekanan air masih lemah. Inilah yang terus kami perbaiki dan tingkatkan,” katanya.

Alasan membangun museum pada ikonik Kota Medan dan Sumut itu, lanjut Trisno, bukan tanpa alasan. Menara air Tirtanadi yang dibangun sejak 1908 tersebut masih berdiri megah sampai dengan saat ini. Dan di Indonesia, sebutnya bahkan belum ada memiliki museum air seperti rencana pihaknya.

“Ikon ini yang harus kita pelihara. Dan saat ini kita tak punya museum air di Indonesia. Ini semua bukan konsep main-main. Dan insyallah banyak teman-teman yang mendukung, seperti dari Gramedia. Bahkan perwakilan Belanda waktu datang ke pemprov, mereka mau bantu mencari peta besarnya. Inikan bisa menjadi informasi juga nantinya,” katanya.

Di samping itu pihaknya kini sedang fokus membenahi SDM dan transformasi digital sistem pelayanan air bersih. Di mana, sekitar 100 hari kerja mereka sebagai jajaran direksi, telah melakukan nota kesepahaman bersama dengan pihak-pihak terkait. Yakni melibatkan perguruan-perguruan tinggi negeri. Sementara untuk transformasi sistem, pihaknya melibatkan PT Telkom. Untuk kompetensi karyawan, dikerjasamakan dengan sebuah Yayasan Tirta Karya Perpamsi dan Akademi Tirta Magelang untuk pendidikan keairan.

“Tiga hal inilah jadi konsern kami dari banyak hal yang mau dibenahi. Tapi secara bertahap akan kita lakukan untuk perubahan yang positif. Sehingga ‘Sumut Bermartabat’ yang menjadi visi misi gubernur dan wakil gubernur kita, tidak sekadar slogan semata,” katanya.

PDAM Tirtanadi juga sedang melakukan sinergi dengan investor untuk peningkatan kapasitas produksi 500 liter/detik dan 1.500 liter/detik. Saat ini sinergi itu berproses agar berjalan sesuai rencana dan tujuan perusahaan dan agar berjalan sesuai ketentuan.

Menurutnya, Tirtanadi tidak asal menggandeng investor karena harus dipastikan sama-sama berniat bagus membangun Sumut dari sektor air minum. “Banyak juga dari pihak-pihak lain yang menawarkan sistem hibah, tetapi harus kita pelajari kembali,” sebut Trisno.

Karenanya koordinasi-koordinasi aktif dilakukan pihaknya ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, khususnya yang menangani air minum dan air limbah, yakni soal dana-dana hibah yang bisa dibawa ke Sumut. (prn/ila)

“Pengajuan-pengajuan kita selalu direspon baik oleh Kementerian PUPR, antara lain hibah pasang baru, hibah pembiayaan dan banyak hal. Alhamdulillah ini yang selalu kita giring untuk meningkatkan kinerja kita,” katanya.

Sedangkan soal tingat kebocoran (losses) air Tirtanadi yang saat ini mencapai 30% dari kapasitas produksi 6.400 liter/detik, juga menjadi salah satu fokus. “Kebocoran juga butuh investasi yang tidak sedikit. Kebocoran 30%, ini ibarat WTP (water treatment plant/instalasi pengolahan air) yang baru, ini yang harus kita kelola,” katanya.

Tidak hanya soal pelayanan air minum, sambung Trisno, Tirtanadi pun fokus untuk air limbah. Salah satunya soal limbah rumah tangga yang disedot lalu diolah menjadi air bersih. Saat ini Tirtanadi memiliki pengolahan limbah rumah tangga di kawasan Cemara, Deliserdang. Karenanya, program 100-0-100 SDGs, yakni 100% melayani air, 0% pemukiman kumuh dan 100% untuk sanitasi, tetap menjadi sasaran Tirtanadi ke depan.

“Ini bolak-balik ke Jakarta, kalau kita diam, kita nggak dapat apa-apa. Kalau kita harapkan dari dana Pemprov Sumut bukan tidak ada, tetapi kan harus dibagi rata (banyak program pembangunan yang harus dibiayai),” ujarnya. (prn/ila)

SAMPAIKAN: Direktur Utama PDAM Tirtanadi Sumut, Trisno Sumantri (tengah), Direktur Air Minum Joni Mulyadi, Direktur Air Limbah, Fauzan Nasution, Sekretaris Perusahaan Jumirin, Kabid Publikasi dan Komunikasi, Oktavia Anggraini menyampaikan keterangan kepada wartawan. di kantor PDAM Tirtanadi, Jl. Sisingamangaraja Medan, Senin (23/9) sore.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Sumatera Utara punya mimpi besar menjadikan BUMD milik Pemprov Sumut menjadi panutan bisnis pengelolaan air di Indonesia.

Saat ini, PDAM Tirtanadi terus berupaya ke arah itu, di mana antara lain dengan memperbaiki sumber daya manusia dan transformasi sistem layanan air bersih kepada masyarakat.

“Ini cita-cita kami, menjadikan PDAM Tirtanadi sebagai role model (panutan) bisnis air di Indonesia. Salah satunya dengan membangun museum air yang sudah lama berdiri sebagai ikon Medan dan Sumut, yang berada di depan kantor kami,” ujar Dirut PDAM Tirtanadi Sumut, Trisno Sumantri didampingi Direktur Air Minum Joni Mulyadi, Direktur Air Limbah, Fauzan Nasution, Sekretaris Perusahaan Jumirin, dan Kabid Publikasi dan Komunikasi, Oktavia Anggraini kepada wartawan di kantor PDAM Tirtanadi, Jalan Sisingamangaraja Medan, Senin (23/9) sore.

Pihaknya mengaku tidak pernah mau berhenti untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan di semua sektor. Bahkan sebagai alarm atau pengingat seluruh jajaran guna selalu meningkatkan kinerja, diakui Trisno profile picture (PP) grup WhatsApp mereka sengaja dipasang gambar air menetes. Isinya kira-kira berbunyi; netes (air) sama dengan rupiah hilang.

“Supaya semua orang itu fokus, jadi kami ini tidak main-main. Meski demikian di sana-sini masih banyak juga kelemahan kami. Terutama pada titik-titik tertentu dimana tekanan air masih lemah. Inilah yang terus kami perbaiki dan tingkatkan,” katanya.

Alasan membangun museum pada ikonik Kota Medan dan Sumut itu, lanjut Trisno, bukan tanpa alasan. Menara air Tirtanadi yang dibangun sejak 1908 tersebut masih berdiri megah sampai dengan saat ini. Dan di Indonesia, sebutnya bahkan belum ada memiliki museum air seperti rencana pihaknya.

“Ikon ini yang harus kita pelihara. Dan saat ini kita tak punya museum air di Indonesia. Ini semua bukan konsep main-main. Dan insyallah banyak teman-teman yang mendukung, seperti dari Gramedia. Bahkan perwakilan Belanda waktu datang ke pemprov, mereka mau bantu mencari peta besarnya. Inikan bisa menjadi informasi juga nantinya,” katanya.

Di samping itu pihaknya kini sedang fokus membenahi SDM dan transformasi digital sistem pelayanan air bersih. Di mana, sekitar 100 hari kerja mereka sebagai jajaran direksi, telah melakukan nota kesepahaman bersama dengan pihak-pihak terkait. Yakni melibatkan perguruan-perguruan tinggi negeri. Sementara untuk transformasi sistem, pihaknya melibatkan PT Telkom. Untuk kompetensi karyawan, dikerjasamakan dengan sebuah Yayasan Tirta Karya Perpamsi dan Akademi Tirta Magelang untuk pendidikan keairan.

“Tiga hal inilah jadi konsern kami dari banyak hal yang mau dibenahi. Tapi secara bertahap akan kita lakukan untuk perubahan yang positif. Sehingga ‘Sumut Bermartabat’ yang menjadi visi misi gubernur dan wakil gubernur kita, tidak sekadar slogan semata,” katanya.

PDAM Tirtanadi juga sedang melakukan sinergi dengan investor untuk peningkatan kapasitas produksi 500 liter/detik dan 1.500 liter/detik. Saat ini sinergi itu berproses agar berjalan sesuai rencana dan tujuan perusahaan dan agar berjalan sesuai ketentuan.

Menurutnya, Tirtanadi tidak asal menggandeng investor karena harus dipastikan sama-sama berniat bagus membangun Sumut dari sektor air minum. “Banyak juga dari pihak-pihak lain yang menawarkan sistem hibah, tetapi harus kita pelajari kembali,” sebut Trisno.

Karenanya koordinasi-koordinasi aktif dilakukan pihaknya ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, khususnya yang menangani air minum dan air limbah, yakni soal dana-dana hibah yang bisa dibawa ke Sumut. (prn/ila)

“Pengajuan-pengajuan kita selalu direspon baik oleh Kementerian PUPR, antara lain hibah pasang baru, hibah pembiayaan dan banyak hal. Alhamdulillah ini yang selalu kita giring untuk meningkatkan kinerja kita,” katanya.

Sedangkan soal tingat kebocoran (losses) air Tirtanadi yang saat ini mencapai 30% dari kapasitas produksi 6.400 liter/detik, juga menjadi salah satu fokus. “Kebocoran juga butuh investasi yang tidak sedikit. Kebocoran 30%, ini ibarat WTP (water treatment plant/instalasi pengolahan air) yang baru, ini yang harus kita kelola,” katanya.

Tidak hanya soal pelayanan air minum, sambung Trisno, Tirtanadi pun fokus untuk air limbah. Salah satunya soal limbah rumah tangga yang disedot lalu diolah menjadi air bersih. Saat ini Tirtanadi memiliki pengolahan limbah rumah tangga di kawasan Cemara, Deliserdang. Karenanya, program 100-0-100 SDGs, yakni 100% melayani air, 0% pemukiman kumuh dan 100% untuk sanitasi, tetap menjadi sasaran Tirtanadi ke depan.

“Ini bolak-balik ke Jakarta, kalau kita diam, kita nggak dapat apa-apa. Kalau kita harapkan dari dana Pemprov Sumut bukan tidak ada, tetapi kan harus dibagi rata (banyak program pembangunan yang harus dibiayai),” ujarnya. (prn/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/