28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Minum Nira Gratis, 15 Murid SD Tumbang

Medan-Sedikitnya 15 murid SD Negeri 066650 tidak bisa melanjutkan pelajaran, Rabu (25/1). Pasalnya, setelah pukul 11.00 WIB, mereka serentak tumbang. Mereka nyaris pingsan setelah minum air nira gratis saat jam istirahat.

Layaknya anak SD kebanyakan, ketika jam istirahat tiba, mereka menyerbu tempat jajanan. Ke-15 anak yang dimaksud menyerbu penjual nira yang baru pertama kali mereka lihat. Mereka penasaran. Penjual nira itu cukup menarik, dua bambu yang diikatkan di sepeda penjual begitu menggoda. Bentuknya seperti menara dan puncak yang tertutup plastik. “Kami ditawari uwak penjual es itu saat istirahat kedua dan uwak itu jualan di depan sekolah. Uwak itu jual esnya naik sepeda, di samping kanan kirinya ada dua bambu ditutup plastik,”aku Felix  D Sinaga (11), pelajar Kelas VI SD Negeri 066650.

Warga Jalan Santun No 136 ini merupakan satu dari tiga korban yang dirawat di Rumah Sakit Bahagia, Jalan Bahagia By Pass. Selain Felix, korban yang dirawat lainnya adalah Devani Anggia (12) warga Jalan Air Bersih dan Nadya Safitri (12) warga Jalan Pelajar Gang Balai Desa. Ketiganya duduk dibangku kelas VI SD.

Sebenarnya, Felix sempat menolak. Namun, penjual nira itu terus memaksanya untuk meminum nira itu secara gratis. “Tidak bayar Dek, minum saja dulu,” kata pedagang nira yang ditirukan Felix.

Felix menuturkan, sehabis meminum nira yang diberikan penjual nira, dia langsung pusing dan terjatuh. “Habis minum nira itu, kami pusing, pening dan langsung muntah,” jelasnya.

“Uwak itu bilang gratis dan kami tidak mau. Tapi, uwak itu memaksa kami dan kami minum sikit langsung muntah dan dibawa Ibu Guru ke sini langsung,” timpal Nadya Safitri.

Devani Anggia pun mengamini dua keterangan rekannya itu. “Belum habis awak minum, awak buang esnya di depan uwak yang jualan itu. Seperti tuak rasanya,” ucap Anggia. Anggia pun mengaku kata ‘tuak’ baru dia ketahui setelah kejadian.

Sementara Junaidi Lubis (41), ayah dari Devani Anggia mengaku, dia ditelepon sekolah dan langsung datang. Dia bersama dengan guru kelas langsung membawa anaknya ke RS Bahagia guna pertolongan pertama. “Ada sekitar 15 orang, namun, saya tidak tahu dibawa ke mana selebihnya dan yang dibawa ke sini hanya 3 orang termasuk anak saya,” ungkapnya.

R br Situmorang, guru kelas VI saat di RS Bahagia mengaku, kejadian tersebut saat istirahat kedua sekolah. Menurutnya, para murid saat masuk kembali ke dalam kelas sekolah langsung pingsan dan muntah-muntah. “Melihat itu, saya dan guru yang lain langsung membawa mereka ke rumah sakit,” jelasnya.

Lebih lanjut, ditambahkannya, sehabis membawa para murid ke rumah sakit, mereka langsung melaporkan hal itu ke Mapolsekta Medan Kota. Namun, ditegaskannya, penjual nira itupun sudah tidak ada lagi. “Saat kembali ke sekolah bersama dengan polisi, penjual Nira sudah tidak ada lagi. Kami pun keliling bersama dengan petugas tapi tak menemukan penjual nira itu. Saya pun ke rumah sakit untuk melihat anak didik kami ini,” jelasnya.
R br Situmorang mengatakan, murid yang keracunan ada 15 orang dan sisanya dibawa orangtua masing-masing ke rumah sakit yang mereka kehendaki. “Ada juga yang dibawa orangtuanya ke rumah mereka masing-masing,” sebutnya.

Mengenai identitas dan ciri-ciri penjual Nira, R br Situmorang menjelaskan, penjual nira itu baru pertama sekali berjualan di depan lokasi sekolah. “Sebelumnya kami tidak pernah melihat penjual nira,” terangnya.

Dr Yusrina yang menangi ketiga siswa SD di RS Bahagia itu menjelaskan, kondisi ketiganya sudah mulai stabil dan membaik. Diterangkannya, awalnya para murid mengalami mata merah dan pusing disertai dengan muntah. “Indikasi keracunan minuman, tapi kita belum tahu keracunan apa karena masih menunggu hasil laboratorium. Para murid sudah bisa dipulangkan karena sudah mulai membaik kondisi tubuhnya,” jelasnya.

Kanit Reskrim Polsek Medan Kota AKP S Mare-mare yang dikonfirmasi atas kejadian ini mengatakan pihaknya telah turun ke lokasi kejadian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan mengambil bekas-bekas minuman yang dibuang para murid. “Kita sudah mintai keterangan saksi-saksi. Kita telah mengambil sempel minuman yang membuat para murid merasa pusing dan mual,” ujar S Mare-mare. (jon/mag-5)

Medan-Sedikitnya 15 murid SD Negeri 066650 tidak bisa melanjutkan pelajaran, Rabu (25/1). Pasalnya, setelah pukul 11.00 WIB, mereka serentak tumbang. Mereka nyaris pingsan setelah minum air nira gratis saat jam istirahat.

Layaknya anak SD kebanyakan, ketika jam istirahat tiba, mereka menyerbu tempat jajanan. Ke-15 anak yang dimaksud menyerbu penjual nira yang baru pertama kali mereka lihat. Mereka penasaran. Penjual nira itu cukup menarik, dua bambu yang diikatkan di sepeda penjual begitu menggoda. Bentuknya seperti menara dan puncak yang tertutup plastik. “Kami ditawari uwak penjual es itu saat istirahat kedua dan uwak itu jualan di depan sekolah. Uwak itu jual esnya naik sepeda, di samping kanan kirinya ada dua bambu ditutup plastik,”aku Felix  D Sinaga (11), pelajar Kelas VI SD Negeri 066650.

Warga Jalan Santun No 136 ini merupakan satu dari tiga korban yang dirawat di Rumah Sakit Bahagia, Jalan Bahagia By Pass. Selain Felix, korban yang dirawat lainnya adalah Devani Anggia (12) warga Jalan Air Bersih dan Nadya Safitri (12) warga Jalan Pelajar Gang Balai Desa. Ketiganya duduk dibangku kelas VI SD.

Sebenarnya, Felix sempat menolak. Namun, penjual nira itu terus memaksanya untuk meminum nira itu secara gratis. “Tidak bayar Dek, minum saja dulu,” kata pedagang nira yang ditirukan Felix.

Felix menuturkan, sehabis meminum nira yang diberikan penjual nira, dia langsung pusing dan terjatuh. “Habis minum nira itu, kami pusing, pening dan langsung muntah,” jelasnya.

“Uwak itu bilang gratis dan kami tidak mau. Tapi, uwak itu memaksa kami dan kami minum sikit langsung muntah dan dibawa Ibu Guru ke sini langsung,” timpal Nadya Safitri.

Devani Anggia pun mengamini dua keterangan rekannya itu. “Belum habis awak minum, awak buang esnya di depan uwak yang jualan itu. Seperti tuak rasanya,” ucap Anggia. Anggia pun mengaku kata ‘tuak’ baru dia ketahui setelah kejadian.

Sementara Junaidi Lubis (41), ayah dari Devani Anggia mengaku, dia ditelepon sekolah dan langsung datang. Dia bersama dengan guru kelas langsung membawa anaknya ke RS Bahagia guna pertolongan pertama. “Ada sekitar 15 orang, namun, saya tidak tahu dibawa ke mana selebihnya dan yang dibawa ke sini hanya 3 orang termasuk anak saya,” ungkapnya.

R br Situmorang, guru kelas VI saat di RS Bahagia mengaku, kejadian tersebut saat istirahat kedua sekolah. Menurutnya, para murid saat masuk kembali ke dalam kelas sekolah langsung pingsan dan muntah-muntah. “Melihat itu, saya dan guru yang lain langsung membawa mereka ke rumah sakit,” jelasnya.

Lebih lanjut, ditambahkannya, sehabis membawa para murid ke rumah sakit, mereka langsung melaporkan hal itu ke Mapolsekta Medan Kota. Namun, ditegaskannya, penjual nira itupun sudah tidak ada lagi. “Saat kembali ke sekolah bersama dengan polisi, penjual Nira sudah tidak ada lagi. Kami pun keliling bersama dengan petugas tapi tak menemukan penjual nira itu. Saya pun ke rumah sakit untuk melihat anak didik kami ini,” jelasnya.
R br Situmorang mengatakan, murid yang keracunan ada 15 orang dan sisanya dibawa orangtua masing-masing ke rumah sakit yang mereka kehendaki. “Ada juga yang dibawa orangtuanya ke rumah mereka masing-masing,” sebutnya.

Mengenai identitas dan ciri-ciri penjual Nira, R br Situmorang menjelaskan, penjual nira itu baru pertama sekali berjualan di depan lokasi sekolah. “Sebelumnya kami tidak pernah melihat penjual nira,” terangnya.

Dr Yusrina yang menangi ketiga siswa SD di RS Bahagia itu menjelaskan, kondisi ketiganya sudah mulai stabil dan membaik. Diterangkannya, awalnya para murid mengalami mata merah dan pusing disertai dengan muntah. “Indikasi keracunan minuman, tapi kita belum tahu keracunan apa karena masih menunggu hasil laboratorium. Para murid sudah bisa dipulangkan karena sudah mulai membaik kondisi tubuhnya,” jelasnya.

Kanit Reskrim Polsek Medan Kota AKP S Mare-mare yang dikonfirmasi atas kejadian ini mengatakan pihaknya telah turun ke lokasi kejadian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan mengambil bekas-bekas minuman yang dibuang para murid. “Kita sudah mintai keterangan saksi-saksi. Kita telah mengambil sempel minuman yang membuat para murid merasa pusing dan mual,” ujar S Mare-mare. (jon/mag-5)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/