30 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Menteri Batal Buka Ramadan Fair IX

Pedagang: Lebih Buruk dari Tahun Lalu

BEDUG: Wali Kota Medan Rahudman Harahap  beserta tokoh Kota Medan memukul bedug sebagai tanda Ramadan IX dibuka, tadi malam.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POs
BEDUG: Wali Kota Medan Rahudman Harahap beserta tokoh Kota Medan memukul bedug sebagai tanda Ramadan IX dibuka, tadi malam.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POs

MEDAN-Pembukaan Ramadan Fair XI berlangsung tak sesuai harapan dan di luar rencana. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho yang dijadwalkan membuka even tahunan itu malah tak hadir.

Pembukaan Ramadan Fair yang digelar di Taman Sri Deli akhirnya ‘hanya’ dibuka Wali Kota Medan Rahudman Harahap,  Rabu (25/7) malam. Informasi yang diterima, Hatta sedang melakukan pertemuan kabinet dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Sementara, Gatot tidak diketahui alasan ketidakhadirannya.

“Even yang digelar setiap tahunnya ini merupakan wadah silaturahmi, dan interaksi sosial religius sekaligus menjadikan dunia usaha, khususnya UMKM dapat berkembang serta memperluas akses pasar produk-produk pasar  yang dihasilkan,” kata Wali Kota Medan Rahudman Harahap dalam sambutannya.

Sebelumnya Ketua Panitia Ramadan Fair yang juga Sekretaris Daerah Kota Medan, Syaiful Bahri mengatakan kegiatan Ramadan Fair diisi 175 anjungan UMKM  kuliner dan 275 stan UKM nonkuliner. Ramadan Fair ke IX, selain menggelar dagangan juga diadakan perlombaan religius seperti kaligrafi, azan dan busana muslim serta lomba beduk.

Sementara itu, Ketua DPRD Medan,Amiruddin mengatakan, Ramadan Fair bukan hanya untuk mencari keuntungan bisnis, tapi juga untuk syiar Islam. “Ramadan fair untuk mendorong ekonomi rakyat dengan ditampilkan produk kerajinan rakyat.yang diharapkan mampu meningkatkan ekonomi,” jelasnya.

Stan Dianggap tak Rapi dan Jorok
Acara pembukaan ini dilanjuti dengan hiburan dari artis ibu kota, Opick, yang melantunkan lagu-lagu religi. Meski terhibur dengan Opick, tanggapan miring muncul dari pedagang di kawasan itu. “Lihatlah stan Ramadan Fair tahun ini kurang tertata rapi dibandingkan tahun lalu.

Belum lagi lampu yang kurang terang yang diberikan pihak penyelenggara,” ucap Pak Udin seorang pedagang di Ramadan Fair IX.Menurut Pak Udin, tahun lalu petugas Disbudpar sering patroli mengecek stan. Tapi, tahun ini pihak Disbudpar malah tak menunjukkan hidung. Tidak itu saja, Ramadan Fair kali ini juga cenderung lebih jorok. “Lihat puntungan rokok dan sampah itu. Tahun lalu, petugas kebersihan standby saja di sini,” katanya.

“Hari kedua bulan puasa saya baru berjualan karena lampu dan listrik belum masuk. Tahun lalu, sepekan sebelum Ramadan Fair berlangsung sudah siap dan bisa digunakan oleh pedagang,” tambah Udin lagi sembari mengatakan pukul 00.00 pihak penyelenggara sudah mematikan aliran arus listrik sehingga banyak pengujung yang sedang makan harus bergelap-gelapan di lokasi.

Lain pedagang lain pula pengunjung. Beberapa pengunjung Ramadan Fair malah mengeluhkan harga makanan di even yang sudah digelar selama sembilan tahun itu. Misalnya Bana Situmorang, dia menganggap harga di tempat itu malah mencekik lehernya. Dia menjelaskan saat melaksanakan berbuka puasa di Ramadan Fair, dirinya bersama rekan memesan dua gelas teh manis dingin dan sepiring pisang bakar. Saat terjadi transaksi pembayaran, pramusaji membandrol harga makan dan minuman itu keluruhannya dengan harga Rp27.000. “Kalau di luar itu, tidak segitu harganya,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PD Muhammadiyah Kota Medan, Anwar, tak kalah tajam mengkritik even ini. “Ramadan Fair bukan lagi ajang solidaritas dan pasar yang Islami melainkan kapitalisme yang berlebih-lebihan,” tegasnya.

Sebelumnya, Kabid Promosi Disbudpar Kota Medan Agus Suriyono mengimbau pendagang agar menyesuaikan harga makan dan minuman yang dijual sesuai dengan harga pemerataan yang ditetapkan oleh Disbudpar Kota Medan. “Jadi tidak ada dibenarkan untuk menjual harga yang lebih mahal dari harga yang ditetapkan,” sebutnya. (gus)

Pedagang: Lebih Buruk dari Tahun Lalu

BEDUG: Wali Kota Medan Rahudman Harahap  beserta tokoh Kota Medan memukul bedug sebagai tanda Ramadan IX dibuka, tadi malam.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POs
BEDUG: Wali Kota Medan Rahudman Harahap beserta tokoh Kota Medan memukul bedug sebagai tanda Ramadan IX dibuka, tadi malam.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POs

MEDAN-Pembukaan Ramadan Fair XI berlangsung tak sesuai harapan dan di luar rencana. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho yang dijadwalkan membuka even tahunan itu malah tak hadir.

Pembukaan Ramadan Fair yang digelar di Taman Sri Deli akhirnya ‘hanya’ dibuka Wali Kota Medan Rahudman Harahap,  Rabu (25/7) malam. Informasi yang diterima, Hatta sedang melakukan pertemuan kabinet dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Sementara, Gatot tidak diketahui alasan ketidakhadirannya.

“Even yang digelar setiap tahunnya ini merupakan wadah silaturahmi, dan interaksi sosial religius sekaligus menjadikan dunia usaha, khususnya UMKM dapat berkembang serta memperluas akses pasar produk-produk pasar  yang dihasilkan,” kata Wali Kota Medan Rahudman Harahap dalam sambutannya.

Sebelumnya Ketua Panitia Ramadan Fair yang juga Sekretaris Daerah Kota Medan, Syaiful Bahri mengatakan kegiatan Ramadan Fair diisi 175 anjungan UMKM  kuliner dan 275 stan UKM nonkuliner. Ramadan Fair ke IX, selain menggelar dagangan juga diadakan perlombaan religius seperti kaligrafi, azan dan busana muslim serta lomba beduk.

Sementara itu, Ketua DPRD Medan,Amiruddin mengatakan, Ramadan Fair bukan hanya untuk mencari keuntungan bisnis, tapi juga untuk syiar Islam. “Ramadan fair untuk mendorong ekonomi rakyat dengan ditampilkan produk kerajinan rakyat.yang diharapkan mampu meningkatkan ekonomi,” jelasnya.

Stan Dianggap tak Rapi dan Jorok
Acara pembukaan ini dilanjuti dengan hiburan dari artis ibu kota, Opick, yang melantunkan lagu-lagu religi. Meski terhibur dengan Opick, tanggapan miring muncul dari pedagang di kawasan itu. “Lihatlah stan Ramadan Fair tahun ini kurang tertata rapi dibandingkan tahun lalu.

Belum lagi lampu yang kurang terang yang diberikan pihak penyelenggara,” ucap Pak Udin seorang pedagang di Ramadan Fair IX.Menurut Pak Udin, tahun lalu petugas Disbudpar sering patroli mengecek stan. Tapi, tahun ini pihak Disbudpar malah tak menunjukkan hidung. Tidak itu saja, Ramadan Fair kali ini juga cenderung lebih jorok. “Lihat puntungan rokok dan sampah itu. Tahun lalu, petugas kebersihan standby saja di sini,” katanya.

“Hari kedua bulan puasa saya baru berjualan karena lampu dan listrik belum masuk. Tahun lalu, sepekan sebelum Ramadan Fair berlangsung sudah siap dan bisa digunakan oleh pedagang,” tambah Udin lagi sembari mengatakan pukul 00.00 pihak penyelenggara sudah mematikan aliran arus listrik sehingga banyak pengujung yang sedang makan harus bergelap-gelapan di lokasi.

Lain pedagang lain pula pengunjung. Beberapa pengunjung Ramadan Fair malah mengeluhkan harga makanan di even yang sudah digelar selama sembilan tahun itu. Misalnya Bana Situmorang, dia menganggap harga di tempat itu malah mencekik lehernya. Dia menjelaskan saat melaksanakan berbuka puasa di Ramadan Fair, dirinya bersama rekan memesan dua gelas teh manis dingin dan sepiring pisang bakar. Saat terjadi transaksi pembayaran, pramusaji membandrol harga makan dan minuman itu keluruhannya dengan harga Rp27.000. “Kalau di luar itu, tidak segitu harganya,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PD Muhammadiyah Kota Medan, Anwar, tak kalah tajam mengkritik even ini. “Ramadan Fair bukan lagi ajang solidaritas dan pasar yang Islami melainkan kapitalisme yang berlebih-lebihan,” tegasnya.

Sebelumnya, Kabid Promosi Disbudpar Kota Medan Agus Suriyono mengimbau pendagang agar menyesuaikan harga makan dan minuman yang dijual sesuai dengan harga pemerataan yang ditetapkan oleh Disbudpar Kota Medan. “Jadi tidak ada dibenarkan untuk menjual harga yang lebih mahal dari harga yang ditetapkan,” sebutnya. (gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/