SUMUTPOS.CO – Ketersediaan beras medium di Kota Medan saat ini mulai menipis. Kondisi ini menyebabkan harga beras medium melonjak melampaui harga eceran tertinggi (HET). Sementara untuk beras premium, stok masih stabil dan dijual sesuai harga HET.
HAL ini terungkap saat Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Medan bersama Satgas Pangan melakukan sidak ke sejumlah pasar, baik pasar tradisional maupun pasar ritel modern. Kepala DKP3 Kota Medan Gelora K Ginting mengatakan, ada tiga hal yang menjadi fokus mereka saat melakukan sidak. Khususnya saat melakukan sidak ke distributor modern di Kota Medan seperti Indogrosir, Lottemart, dan Maju Bersama.
“Monitoring tersebut kita lakukan ke distributor modern untuk tiga hal. Pertama, soal ketersediaan beras. Kedua, soal harga beras. Dan ketiga, soal pemeriksaan beras oplosan,” kata Gelora K Ginting kepada Sumut Pos, Jumat (25/7).
Diterangkan Gelora, saat ini masalah ketersediaan beras yang minim di Kota Medan masih menjadi isu yang berkembang, sehingga harga beras di lapangan menjadi mahal dan tidak lagi mudah untuk didapatkan. “Untuk beras premium, kondisi ketersediaannya masih cukup baik. Sementara beras medium, itu hanya dijual di pasar-pasar tradisional dan memang ketersediaannya menurun,” terangnya.
Terkait harga beras, Gelora mengatakan, saat ini harga beras premium pada ketiga distributor modern tersebut dan sejumlah distributor modern lainnya masih sesuai HET. Sementara untuk beras medium, harga beras di pasaran memang sudah melampaui HET. “Kalau Indogrosir, Lottemart, Maju Bersama, harga beras premium masih sesuai HET. Kalau beras medium, harga beras di pasaran memang sudah melampaui HET karena ketersediaannya memang menurun,” ujarnya.
Terkait beras oplosan, Gelora mengatakan, pihaknya masih menemukan merek beras yang terindikasi oplosan berdasarkan rilis Kementerian Pertanian. “Kita temukan ada satu merk beras yang diindikasikan sebagai salah satu merek beras oplosan dari yang dirilis Menteri Pertanian. Tapi sebagian besar memang tidak ada lagi merek beras oplosan, karena sebagian sudah ditarik dan sebagian lagi sudah habis terjual,” katanya.
Untuk itu, lanjut Gelora, pihaknya bersama Satgas Pangan sudah langsung mengambil sampel dari merek beras tersebut dan tengah melakukan pengujian terhadap sampel beras yang diambil. “Nanti akan kita lihat hasilnya. Kalau memang terbukti oplosan, tentu akan ditindaklanjuti. Kemarin dari Polrestabes Medan juga ikut dalam monitoring tersebut,” lanjutnya.
Terkait harga beras medium yang mahal, sambung Gelora, Pemko Medan terus berkoordinasi dengan Bulog agar pendistribusian Beras SPHP dapat didistribusikan secara lebih masih di pasaran. “Kita sudah koordinasi dengan Bulog supaya dipercepat penjualan beras SPHP, penjualan beras SPHP ini sedang kita gencarkan. Kemudian ini juga sedang proses penyaluran bantuan pangan,” pungkasnya.
Ada Beras Dikemas tanpa Label Mutu
Sementara, Tim Satgas Pangan Sumut bersama Dinas Perindag ESDM Sumut, Dinas Ketahanan Pangan Sumut, dan KPPU Kanwil I Sumut, melakukan sidak ke dua kilang padi di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, yaitu Kilang Bintang Jaya dan Kilang Horas, Jumat (25/7). Sidak ini bertujuan, mengawasi ketersediaan stok, stabilitas harga, serta memastikan mutu beras yang beredar di pasaran sesuai ketentuan.
Dari sidak itu diketahui, Kilang Bintang Jaya memproduksi beras medium dan premium dengan harga Rp135.500-Rp152.000 per 10Kg. Stok beras sedikitnya 6 ton, gabah sedikitnya 5 ton. Sedangkan Kilang Horas memproduksi beras kemasan 5 Kg – 30 Kg, dengan harga Rp75.000 – Rp410.000. Stok beras dan gabah masing-masing sedikitnya 8 ton. Kedua kilang itu membeli gabah dengan harga di kisaran Rp8.200/Kg – Rp8.300/Kg.
“Kami telah mengambil sampel beras dari produsen untuk diuji di laboratorium. Beberapa pihak juga sudah kami mintai keterangan. Hasilnya akan kami sampaikan secara terbuka begitu pemeriksaan selesai,” kata Kasubdit I/Indagsus Ditreskrimsus Polda Sumut, AKBP Edryan Wiguna.
Sementara, Kepala KPPU Kanwil I Sumut Ridho Pamungkas mencermati dugaan praktik beras oplosan, yakni beras medium dikemas dan dijual seolah-olah beras premium. “Dari pengamatan kami, masih ditemukan kemasan tanpa label mutu, tanggal produksi, dan alamat produsen. Kami juga mengecek berat isi kemasan, yang meskipun masih dalam toleransi, perlu tetap diawasi. Selain itu, kami imbau masyarakat tidak panik karena pasokan akan kembali normal saat panen raya pertengahan Agustus,” katanya.
Kabid Pengembangan Dalam Negeri dan Tertib Niaga Disperindag Sumut, Charles Situmorang juga memberikan arahan agar produsen melengkapi informasi wajib di kemasan. “Kami mengimbau produsen beras agar selalu melakukan uji kalibrasi secara berkala terhadap peralatan UTTP (Ukuran, Takaran, Timbangan, dan Perlengkapannya) maupun alat-alat produksi yang digunakan, serta melakukan pengujian di laboratorium yang terakreditasi atau berstandar, guna menjamin ketepatan takaran, menjaga mutu produk, serta mendukung tertib niaga dan perlindungan konsumen,” kata Charles.
Namun demikian, tim mencatat, stok bahan baku gabah saat ini mulai menipis akibat pasokan dari petani berkurang. Hal ini dikhawatirkan dapat memengaruhi kelancaran produksi beras dalam waktu dekat. Dinas Perindag Sumut akan terus memantau perkembangan produksi dan distribusi beras, serta memperkuat koordinasi dengan Satgas Pangan untuk mencegah potensi penyimpangan di lapangan baik di Pasar Tradisional, Ritel Modern maupun di produsen. “Kami juga telah berkoordinasi dengan Bulog Wilayah Sumatera Utara dalam rangka percepatan pendistribusian Beras SPHP ke masyarakat sesuai arahan Bapak Gubernur Sumatera Utara,” pungkasnya.
Polres Langkat Panggil Pemilik Kilang
Sementara, di tengah hangatnya isu beras oplosan, beredar video yang menghebohkan dunia maya di Kabupaten Langkat. Adapun video dimaksud berupa penampakan beras yang diduga tak layak dikonsumsi masyarakat.
Bahkan diduga, beras dalam video itu juga dioplos. Tak ayal, kondisi itu menghebohkan masyarakat. Beras itu diduga berasal dari salah satu kilang di Kecamatan Secanggang. Video 17 detik itu menampilkan kondisi beras yang diduga dioplos dalam kemasan goni ukuran 5 kilogram. “Beras apa yang diambil orang ini,” ujar seorang pria di dalam video dengan nada kesal.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Langkat, Ikhsan Aprija belum dapat memberi komentar lebih jauh. “Maaf, saya lagi rapat. Konfirmasi ke kabid ya,” ujar Ikhsan, Jum’at (25/7/2025).
Terpisah, Polres Langkat juga sudah mengetahui informasi tersebut melalui video yang beredar di media sosial. Kasat Reskrim Polres Langkat, AKP Pandu Batubara menyebut, sudah mengetahui kabar tersebut. “Sudah kami panggil (pemilik kilang) untuk hadir ke Polres Langkat pada Senin (28/7/2025) nanti. Baru panggilan pertama,” tandasnya. (map/dwi/san/ted)

