30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Pasien Non-Covid-19 Berkurang, RS Swasta Ikut Merawat Pasien Corona

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di Sumatera Utara, telah melibatkan belasan RS milik swasta. Pasalnya, pasien non Covid-19 terus berkurang, sehingga pendapatan RS menurun drastis.

“Semua rumah sakit termasuk milik swasta juga ikut merawat pasien corona. Rumah sakit swasta juga terpaksa ikut menangani pasien corona karena pasien non Covid-19 sudah mulai berkurang,” ujar Kepala Dinkes Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan saat diwawancarai di Medan baru-baru ini.

Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut membentuk tim untuk mengawasi rumah sakit yang menangani pasien corona. Sebab, rumah sakit menjadi salah satu tempat yang sangat berpotensi menularkan virus. Pengawasan mulai dari standar operasional prosedur, sarana, prasarana, kelengkapan alat pelindung diri dan lainnya yang menyangkut pelayanan pasien Covid-19 di rumah sakitn

“Keinginan pemerintah provinsi, ada zona di rumah sakit yang menangani pasien Covid-19. Artinya, tidak bercampur penanganan pasien Covid-19 dan non Covid-19. Maka dari itu, dibuat rumah sakit khusus yang menangani pasien terinfeksi corona,” ungkapnya.

Ia menyatakan, rumah sakit yang menangani pasien Covid-19, paling tidak areanya diblok dan tidak boleh sembarangan orang masuk. Dengan kata lain, dibedakan fasilitas pelayanan untuk pasien Covid-19 dengan non Covid-19 dan tidak boleh bercampur-campur pelayanan maupun fasilitasnya.

Pembentukan tim pengawasan rumah sakit karena tingkat paparan virus corona cukup tinggi, termasuk terhadap tenaga kesehatan. Apabila ini tidak diawasi, akan muncul persoalan baru lagi karena tenaga kesehatan bisa tertular virus itu semua.

“Kalau begini kondisinya, siapa yang mau diandalkan untuk menangani pasien corona? Makanya, paling tidak rumah sakit yang melayani pasien Covid-19 harus sesuai standar. Jika tidak sesuai standar, maka tak dibenarkan atau dilarang menangani pasien Covid-19,” katanya.

Alwi menyebutkan, pengawasan yang dilakukan ini juga sebagai pemetaan terhadap rumah sakit di Sumut yang memenuhi standar pelayanan pasien terinfeksi virus corona. “Saat ini, Sumut berada dalam urutan ke-7 secara nasional, provinsi dalam jumlah kasus Covid-19 terbanyak. Namun, sebelumnya berada di posisi ke-5. Akan tetapi, kalau dilihat lagi dari proporsi atau jumlah terpapar per 100.000 penduduk, Sumut berada di peringkat jauh (20 besar). Maka dari itu, kondisi tersebut jangan hanya melihat dari satu sisi saja penanganan Covid-19 yang dilakukan di Sumut,” tandasnya.

Alwi mengatakan, penanganan Covid-19 yang dilakukan dengan 3 T. “Tahapan testing, kita sudah meningkatkan kapasitas kemampuan untuk tes swab. Di awal, kita hanya mampu melakukan testing sekitar 350 hingga 400 test. Setelah digenjot, kapasitasnya meningkat menjadi 1.100 test. Namun, target sebenarnya menurut WHO adalah minimal 2.100 test. Makanya, ini terus ditingkatkan kapasitasnya dan mudah-mudahan bisa sesuai target atau bahkan lebih. Testing yang dilakukan sangat membantu untuk memutus mata rantai penularan virus corona. Kalau rantainya tidak diputus, maka persoalan ini tidak akan selesai. Untuk itu, target 2.100 test ini harus segera dan terus dilakukan,” ungkapnya.

Untuk tahapan tracing, sebut Alwi, dilakukan dengan menelusuri kontak erat dari orang yang terinfeksi Covid-19. Selanjutnya, dimasukkan ke tempat isolasi terpusat. Termasuk, hotel-hotel yang sedang disiapkan oleh BNPB menjadi tempat isolasi penderita Covid-19 tanpa gejala.

Sedangkan treatment memperbaiki pengobatan terhadap pasien Covid-19 yang ada di rumah sakit. (ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di Sumatera Utara, telah melibatkan belasan RS milik swasta. Pasalnya, pasien non Covid-19 terus berkurang, sehingga pendapatan RS menurun drastis.

“Semua rumah sakit termasuk milik swasta juga ikut merawat pasien corona. Rumah sakit swasta juga terpaksa ikut menangani pasien corona karena pasien non Covid-19 sudah mulai berkurang,” ujar Kepala Dinkes Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan saat diwawancarai di Medan baru-baru ini.

Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut membentuk tim untuk mengawasi rumah sakit yang menangani pasien corona. Sebab, rumah sakit menjadi salah satu tempat yang sangat berpotensi menularkan virus. Pengawasan mulai dari standar operasional prosedur, sarana, prasarana, kelengkapan alat pelindung diri dan lainnya yang menyangkut pelayanan pasien Covid-19 di rumah sakitn

“Keinginan pemerintah provinsi, ada zona di rumah sakit yang menangani pasien Covid-19. Artinya, tidak bercampur penanganan pasien Covid-19 dan non Covid-19. Maka dari itu, dibuat rumah sakit khusus yang menangani pasien terinfeksi corona,” ungkapnya.

Ia menyatakan, rumah sakit yang menangani pasien Covid-19, paling tidak areanya diblok dan tidak boleh sembarangan orang masuk. Dengan kata lain, dibedakan fasilitas pelayanan untuk pasien Covid-19 dengan non Covid-19 dan tidak boleh bercampur-campur pelayanan maupun fasilitasnya.

Pembentukan tim pengawasan rumah sakit karena tingkat paparan virus corona cukup tinggi, termasuk terhadap tenaga kesehatan. Apabila ini tidak diawasi, akan muncul persoalan baru lagi karena tenaga kesehatan bisa tertular virus itu semua.

“Kalau begini kondisinya, siapa yang mau diandalkan untuk menangani pasien corona? Makanya, paling tidak rumah sakit yang melayani pasien Covid-19 harus sesuai standar. Jika tidak sesuai standar, maka tak dibenarkan atau dilarang menangani pasien Covid-19,” katanya.

Alwi menyebutkan, pengawasan yang dilakukan ini juga sebagai pemetaan terhadap rumah sakit di Sumut yang memenuhi standar pelayanan pasien terinfeksi virus corona. “Saat ini, Sumut berada dalam urutan ke-7 secara nasional, provinsi dalam jumlah kasus Covid-19 terbanyak. Namun, sebelumnya berada di posisi ke-5. Akan tetapi, kalau dilihat lagi dari proporsi atau jumlah terpapar per 100.000 penduduk, Sumut berada di peringkat jauh (20 besar). Maka dari itu, kondisi tersebut jangan hanya melihat dari satu sisi saja penanganan Covid-19 yang dilakukan di Sumut,” tandasnya.

Alwi mengatakan, penanganan Covid-19 yang dilakukan dengan 3 T. “Tahapan testing, kita sudah meningkatkan kapasitas kemampuan untuk tes swab. Di awal, kita hanya mampu melakukan testing sekitar 350 hingga 400 test. Setelah digenjot, kapasitasnya meningkat menjadi 1.100 test. Namun, target sebenarnya menurut WHO adalah minimal 2.100 test. Makanya, ini terus ditingkatkan kapasitasnya dan mudah-mudahan bisa sesuai target atau bahkan lebih. Testing yang dilakukan sangat membantu untuk memutus mata rantai penularan virus corona. Kalau rantainya tidak diputus, maka persoalan ini tidak akan selesai. Untuk itu, target 2.100 test ini harus segera dan terus dilakukan,” ungkapnya.

Untuk tahapan tracing, sebut Alwi, dilakukan dengan menelusuri kontak erat dari orang yang terinfeksi Covid-19. Selanjutnya, dimasukkan ke tempat isolasi terpusat. Termasuk, hotel-hotel yang sedang disiapkan oleh BNPB menjadi tempat isolasi penderita Covid-19 tanpa gejala.

Sedangkan treatment memperbaiki pengobatan terhadap pasien Covid-19 yang ada di rumah sakit. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/