Perjalanan hidup Royanah cukup panjang dan berliku. Pernah mengadu nasib sebagai buruh migrant di Singapura, dia justru meraup untung sebagai pengusaha di dunia maya. Dia menjual tas dan pernak-pernik untuk perempuan lainnya melalui situs Royanah.Com yang dikelolanya. Seperti apa kisah suksesnya?
YERI VLORIDA, JPNN
Tak kurang dari 11 tahun Royanah bekerja sebagai asisten rumah tangga di Singapura. Dirinya merasa, tak ada kemajuan berarti dalam kehidupannya selain bertambahnya kocek dalam bentuk Dollar Singapura. Setelah modal dirasa cukup, dia pun kembali ke Indonesia dengan segudang mimpi. Salah satunya adalah dengan membuka bisnis butik online yang menjual tas kulit miliknya.
Menurut Royanah, galeri fashion online miliknya melayani transaksi jual beli produk produk bermerek asli buatan Indonesia. “Royanah.com merupakan tempat promosi untuk memperkenalkan merek produsen usaha mikro yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Royanah.com didirikan pada tanggal 22 September 2012 yang kini sudah beroperasi penuh. Untuk produk fashion tas, Royanah bekerja sama dengan para pengrajin kuli
t di Sidoarjo, Jawa Timur. Antara lain home industri kerajinan tas, koper, sepatu, dan jaket kulit. Seperti halnya “mak comblang” yang menjdohkan antara satu pihak dengan lainnya, dirinya menjadi jembatan antara pembeli dengan produsen kerajinan tas dan aksesori kulit lainnya. “Yang terkenal adalah dari daerah Wedro dan Tanggulagin. Produk para pengrajin tas wanita dari Tanggulangin ini mengisi distributor tas dan toko-toko di berbagai kota,” katanya.
Sebagian tas yang ia jual kata Royanah terdiri dari banyak pilihan. Banyak pilihan mode dan warna-warni. “Misalnya kami memilih tas merek Vanila sebagai kepercayaan untuk pembeli kami. Merk Vanila adalah milik pembuat tas lokal jadi bukan dari luar negeri, namun kami pasarkan tas wanita Vanila ini hingga ke luar negeri. Di Singapura juga banyak yang memesan produk kami,” katanya.
Sekarang, kata Royanah, aktiviasnya memiliki ruang kerja lebih luas. Berhubungan dengan orang banyak,belanja,mencari barang baru, melakukan delivery, melayani costumer dan bertemu pelanggan baru. Dijelaskannya, semula ia tidak ingin bekerja ke luar negeri jadi BMI sejak 2002. Ia ingin melanjutkan sekolah ke SMA, karena dapat tawaran beasiswa. Namun atas desakan keluarga, akhirnya ia bekerja ke Singapura. “ Saya yatim piatu dan hidup menumpang di keluarga saudara ibu. Butuh uang untuk membiayai hidup saya dan adik. Saya anak ke enam dari sepuluh saudara,” katanya.
Menurutnya, melalui deveploment ia mengikuti pendidikan paket C setara SMU. Setelah lulus pindah ke LP3i untuk jurusan bussines administratif. “Karena saya ingin belajar cara berbisnis, saya keluar dari LP3i, kembali lagi ke development mengambil jurusan English Entrepreneur,” terangnya.
Royanah mengaku ia kini sudah mulai bisa melakukan transaksi jual beli produk fashion, sambil belajar di UCEC. “Saya mencari partner, memesan produk, mencatat dan menghitung, menjual, dan menggaji orang. Saya praktikkan apa yang dipelajari selama di UCEC,” katanya. (*)