Hal yang sama disampaikan Sutrisno Pangaribuan, kolega Muchrid Nasution di Komisi C DPRD Sumut. Sutrisno setuju dengan usulan bahwa PDAM harus menyampaikan permohonan maaf secara terbuka melalui media massa kepada masyarakat.
Tapi, ia kurang setuju dengan usulan menggratiskan penggunaan air kepada masyarakat sebagai kompensasi atas insiden beberapa hari terakhir.
Sutrisno lebih setuju ketika PDAM Tirtanadi Sumut diberikan sanksi tegas. “Sanksinya bisa berupa denda kepada masyarakat. “Ini bukan soal promosi gratis, tetapi komitmen membenahi pelayanan. Lebih baik diberikan sanksi seperti dikenakan denda. Tinggal dibuat aturannya, kalau PDAM ingkar, mereka bayar denda ke pelanggan. Kalau mengratis tarif seakan akan mereka baik, padahal pelayanannya yang buruk,”paparnya.
Humas PDAM Tirtanadi Zaman Mendrofa mengatakan, pasokan air ke rumah warga sudah normal. Pasokan air disebutkan sudah normal sejak Selasa (24/10) sore sekitar pukul 18.00 WIB.
“Sudah normal sejak kemarin sore. Sebenarnya pemasangan sudah selesai pada Selasa (24/10) pagi. Tapi karena karena pipa sempat dalam posisi kosong, baru sore sampai di rumah warga,” jelasnya singkat.
Dia menambahkan, PDAM Tirtanadi Sumut berjanji pasokan air bersih akan kembali normal, Selasa (24/10) sore di beberapa wilayah Kota Medan dan Deliserdang, paskaperbaikan pipa induk Delitua yang mengalami kebocoran.
“Sebetulnya pada malam itu (saat terjadi kebocoran) kita sudah langsung dikerjakan, dan terus dikerjakan oleh tim sampai selesai pemasangan tadi pagi. Dan saat ini pipa Delitua sudah berfungsi penuh, tapi air ini tidak seperti listrik, apalagi sempat dalam posisi kosong, maka ditunggu dulu sampai pipa-pipa terisi kembali. Apalagi panjangnya ratusan meter sehingga menunggu itu tealiri kembali. Normalnya sore nanti,” katanya.
Ia sebelumnya menceritakan kronologi kejadian pipa transmisi yang mengalami kebocoran, pada Sabtu (21/10) di Jalan Purwo, Delitua. “Setelah kita cek ke lokasi, kebocoran pipa itu terjadi di bawah rumah warga. Perlu diketahui, jalur pipa transmisi di Delitua itu melintasi sisi rel kereta api. Bisa dipastikan semua pipa kita berada di bawah rumah warga, sebab kebetulan di area milik PT KAI tersebut banyak berdiri bangunan. Pengecekan kita lakukan pada Sabtu malam Minggu,” katanya.
Pada saat kejadian pula, pihaknya sudah riliskan ke media massa pemberitahuan tentang kondisi tersebut. Dan waktu itu pula pipa Delitua masih beroperasi namun dikurangi produksinya dari 1.600 menjadi 1.300, dengan tujuan meski terjadi kebocoran masyarakat tetap bisa mendapat pasokan air.
“Nah material yang dibutuhkan secara permanen untuk perbaikan pipa transmisi, harus ditempah. Sambil menunggu pipa raper clam yang dibutuhkan kita melakukan penggalian supaya ketika pipa rapaer clam itu ada dapat langsung kita pasang. Rupanya pada Minggu malam Senin, karena rembesan-rembesan yang bocor menyebabkan tanah lembek, rumah di atas pipa transmisi tersebut runtuh,” katanya. (dik/prn/ril)

