JAKARTA, SUMUTPOS.Co – Calender of Event (COE) Danau Toba 2019 resmi diluncurkan Kementerian Pariwisata di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Jakarta, Senin (25/2) malam. Totalnya, ada 17 event akbar yang akan meramaikan danau terbesar di Asia Tenggara itu. Bahkan, di antara 17 event itu, masuk dalam 100 event Wonderful Indonesia.
DANAU Toba memang menjadi destinasi super prioritas pemerintah, karena masuk dalam 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Karenanya, peluncuran Calender of Event Danau Toba ini sebagai upaya menggencarkan kunjungan wisatawan ke danau terbesar di Asia Tenggara ini. “Danau Toba yang dikembangkan sebagai ‘Bali Baru’ ini merupakan destinasi pariwisata berkelas dunia dan perlu dipromosikan ke seluruh dunia,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Arif pun berpesan, event yang digelar harus tetap memperhatikan unsur penting dalam pariwisata. Yakni unsur 3A, Atraksi; Amenitas; dan Aksesibilitas. Untuk Aksesibilitas, Danau Toba mulai berkembang. Apalagi sejak Bandara Silangit menjadi salah satu pintu masuk ke Danau Toba.
Tahun ini, pihaknya menarget 20 juta Wisatawan Mancanegara (Wisman). Geopark akan menjadi daya tarik pariwisata unggulan Indonesia yang bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap kunjungan wisman.
Launching Calender of Event Danau Toba 2019 ini, juga dihadiri Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural sekaligus penanggung jawab 100 CoE Wonderful Indonesia, Esthy Reko Astuti, pejabat tinggi di lingkungan Kemenpar, serta sejumlah pejabat daerah di kawasan sekitar Danau Toba.
Tak lupa, Mepar juga meminta Pemprov Sumut segera membuat masterplan pariwisata, terkhusus di kawasan Danau Toba. Pasalnya, provinsi ini belum memiliki rencana induk pedoman dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata tersebut. “Sumut belum memiliki masterplan untuk pariwisata. Mohon dibuatkan segera,” pinta Arief kepada Wagubsu Musa Rajekshah.
Menurut Arief, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sudah membuat masterplan kawasan Danau Toba untuk wisatawan dengan seluruh fasilitas pendukungnya. “Integrated tourism masterplan yang didukung oleh World Bank. Jadi kita harapkan Mei sudah selesai. Nah, berdasarkan masterplan itu kita akan membangun kawasan Danau Toba,” kata Arief.
Menpar juga meminta Pemprov Sumut dan delapan pemerintah kabupaten di kawasan Danau Toba agar sinkron dalam pembangunan untuk menjadikan Danau Toba menjadi lokasi pariwisata berkelas dunia. “Saya tidak mau ada ketidaksinkronan dalam membangun. Saya sudah bilang ke Pak Wagub dan masyarakat semua yang hadir di sini. Masterplan harus dimiliki. Perkara pembangunannya bertahap tidak apa-apa. Tetapi sudah tertata dari awal, mana yang harus kita bangun untuk Sumut dan Danau Toba,” tutur Arief.
Disebutnya, saat ini Danau Toba sudah memiliki akses jalan tol dari Kota Medan hingga Kota Tebingtinggi. Dan selanjutnya dalam tahun ini akan dimulai pembangunan tol dari Kota Tebingtinggi ke Kota Pematangsiantar, termasuk pembangunan rest area di ruas jalan tol itu. “Jadi harapan kita dari Tebingtinggi ke Siantar, dari Siantar ke Parapat. Alhamdulillah sudah oke,” ucap Arief.
Dia juga memaparkan soal pembangunan outer ringroad di kawasan Danau Toba. “Nanti akan kita buat itu di dalam yang Pulau Samosir. Sudah selesai kan sudah. Di luar Danau Toba yang ini belum selesai,” katanya.
Demikian juga dengan kapal roro yang menjadi sarana penyeberangan bagi masyarakat dan wisatawan di Danau Toba. “Dulu dijanjikan dua kapal. Lalu ternyata sudah tiga kapal Roro. Jadi janjinya melebihi. Presiden yang ngasih ya,” ungkap Arif.
Dia juga meminta kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengoperasikan Damri dengan rute melalui objek-objek wisata di Danau Toba. “Dan kita juga kerjasama dengan hampir semua angkutan online. Nanti ada Grab di sana, ada Gojek dan ada operator transport lain,” kata Arief.
Arief juga terus menargetkan Danau Toba sebagai Geopark Kaldera Toba dengan menerima pengakuan dari UNESCO Global Geopark. Hal ini, memberikan dinilai lebih dalam promisi dan menarik kunjungan wisatawan mancanegara. “Danau Toba bisa kita pilih sebagai ikon pariwisata. Namun sampai saat ini belum ada yang mengatakan, Danau Toba itu kelas dunia,” ucap Arief.
Salah satu yang bisa menjadikan Danau Toba menjadi pariwisata kelas dunia, kata Arif, Danau Toba harus mendapatkan sertifikat dari UNESCO Global Geopark (UGG). “Dan kita harapkan tahun ini Danau Toba menjadi UNESCO Global Geopark,” ucap Arief.
Arief menargetkan, tahun ini Danau Toba harus sudah menerima pengakuan sebagai Geopark Kaldera Toba dari UNESCO. Untuk itu, ia mendorong Pemprovsu dan 8 pemkab di kawasan Danau Toba untuk segera berbenah. “Kalau sudah UGG, marketing kita akan mudah menjual Danau Toba itu, seperti kita menjual Borobudur. Itu semua adalah UNESCO Heritage. Dan kalau kita sudah mengatakan itu, maka jangan pelit di anggaran,” pinta Arief.
Untuk mendapat pengakuan Danau Toba dari UNESCO, Kemenpar akan membantu pemerintah daerah dalam pengurangan pengangguran. Menurut Arif, ini harus menjadi perhatian khusus, bila ingin Danau Toba menjadi ‘Bali Baru’ di Tanah Air ini. “Baik dari Kemenpar maupun dari teman-teman Pemkab dan Pemprov. Itu tujuan utama kita. Tapi, selalu anggaran untuk sertifikasi UNESCO Global Geopark tidak pernah keluar. Itulah pengalaman saya, paling Rp1,2 miliar,” jelas Arief.
Kemudian, Arief mengajak pemerintah daerah di Kawasan Danau Toba agar tidak pelit dengan anggaran untuk mempromosikan danau vulkanik terbesar di dunia itu kepada dunia guna mencapai target mendatang wisman sebanyak-banyaknya. “Rule of Thums sudah saya buat. Kalau kamu punya uang Rp1 miliar, Rp500 juta untuk acara dan Rp500 juta untuk promosi. Jadi promosi itu sepenting acara. Apa lagi di tourism di zaman sekarang. Kalau Anda tahu ilmunya bahwa persepsi bisa dibentuk oleh promosi. Jadi jangan pelit-pelit untuk investasi di promosi,” tandas Arief.
Wagubsu Musa Rajekshah langsung merespon soal masterplan pariwisata di Sumut, termasuk Kawasan Danau Toba. Ia berjanji akan segera membuat perencenaan tersebut dengan melibat dinas pariwisata (Dispar) Sumut dan pihak terkait lainnya. “Dengan masterplan itu, dalam pembangunannya pasti tidak lari dari apa yang direncanakan, tinggal tahapan-tahapannya saja,” ucap pria yang karib disapa Ijeck saat dikonfirmasi Sumut Pos usai acara.
Ijeck berharap masterplan ini terarah, terukur apa-apa yang akan kerjakan untuk pembangunan pariwisata di Sumut. Karena menurutnya, objek wisata di Sumut bukan saja Danau Toba. Tapi, ada Bukit Lawang di Kabupaten Langkat dan Nias memiliki objek wisata yang bisa dikembangkan menjadi pariwisata kelas dunia. “Di Sumatera Utara yang kita anggap memiliki potensi wisata internasional ada tiga, yakni Nias, Danau Toba, dan Bukit Lawang. Kita mau, bagaimana pembangunan ketiganya bisa berjalan dengan seimbang,” ucap Ijeck.
Dibangun Plaza
Sementara, Menteri PUPR M Basoeki Hadimoeljono mengaku mendapatkan perintah langsung dari Presiden Joko Widodo untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan membuat Danau Toba lebih cantik dan lebih diminati untuk dikunjungi Wisman dan Wisnus untuk mendukung program Kemenpar meningkatkan Danau Toba menjadi pariwisata kelas dunia. “Kalau tadi Pak Jokowi memerintahkan terbang pertama Garuda dan 3A. Beliau memerintahkan saya dua hal untuk infrastruktur. Untuk Parapat, beliau ingin melihat Parapat berubah. Seperti halnya kita merubah Stadion GBK,” tuturnya.
Basoeki mengatakan, rencana pembangunan di Danau Toba dengan membangun plaza yang akan dijadikan tempat terbuka untuk umum. Yang diberikan fasilitas untuk wisatawan untuk menikmati alam dan keindahan danau terbesar tersebut. “Parapat juga begitu, sudah diminta bisa berubah dengan membuat plaza. Beliau membayangkan untuk merubah Parapat itu dengan Plaza yang lebih luas. Kemudian rumah Gorga. Itu harus kita hidupkan lagi. Seperti orang kalau ke Sumbar ada Bagonjong, Jawa Tengah ada joglo di Danau Toba ada Gorga. Jadi dibawa suasananya ke budaya. Jadi beliau (Presiden) minta itu kepada saya di atas kapal, kita ingat itu melihat dari kejauhan itu kalau ada Gorga bisa atrack turis ke Danau Toba. Jadinya itu unik,” beber Basoeki.
Ia mengatakan, Danau Toba berubah dengan keunikannya, yang tidak dimiliki lokasi wisata di Tanah Air dan di dunia ini. Pastinya, pembangunan keseluruhannya dilakukan pada tahun 2019. Namun, dilakukan secara bertahap. “Jadi harus unik ke Danau Toba dengan suasana yang tenang. Kalau nggak, ya apa bedanya kita ke Berastagi kalau isinya cuman ruko. Jadi harus ada Gorga-gorga menjadi tekad kita bersama design Plaza Plaza nya kita pikirkan pertama untuk turis lebih banyak lagi,” tutur Menteri yang hobi bermain drum itu.
Selain itu, ia mengatakan pihaknya akan berencana memperlebar terusan Tano Ponggol. Terusan ini yang memisahkan antara Pulau Sumatera dan Pulau Samosir.”Kita perlebar itu selat Tano Ponggol. Supaya Cruise bisa keliling Samosir. Termasuk lingkar Samosir dan Danau Toba,” tutur Basoeki.
Tano Ponggol adalah terusan yang dibangun saat masa penjajahan Belanda. Dulunya, Samosir dan Sumatera adalah satu pulau. Tano Ponggillah yang membuatnya terpisah.
Dulunya Belanda meminta para pekerja paksa menggali terusan sepanjang 1,5 kilometer. Selama tiga tahun, akhirnya pengerjaan Tano Ponggol rampung. Samosir menjadi pulau yang dikelilingi Danau Toba.
Nantinya, jika Tano Ponggol diperlebar, maka kapal besar akan melintas di sana. Semakin memudahkan akses untuk wisatawan berkeliling Pulau Samosir. Potensi wisata di sudut-sudut Danau Toba bisa lebih di gali. Imbasnya, kesejahteraan masyarakat sekitar. Dari sejarahnya, Tano Ponggol begitu populer di era 1980-an.
Kabarnya, Tano Ponggol adalah tempat transit perdagangan hasil bumi dari Samosir seperti bawang, kacang, dengan tujuan kota dagang kecil yaitu Haranggaol atau sekarang Kecamatan. “Tahun ini kita bikin rest areanya. Kita dengan kolaborasi kita bikin masterplannya. Dari Silangit ke Parapat. Kita dapat tanahnya.Tahun ini kita bikin restareanya. Karena dua jam,” pungkasnya.(gus)