MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kisah pilu Citra ternyata sudah bermula saat 4 bulan berada di dalam kandungan, Rosnawati. Ayahnya, Abeng meninggalkan rumah dan hilang, tak pernah kembali. Sejak lahir, Citra hanya kenal ibu dan nenek, Juriani yang selalu menyayanginya dan merawatnya. Anak malang itu bahkan lebih banyak bersama neneknya.
“Sampai saat ini gak ada kabarnya sama sekali. Pasrah saya. Tapi saya terus jaga dia. Saya sayang sama dia. Dari kecil dia ikut saya,” ungkap Juriani saat ditemui di kediamannya di Jalan Garu II, Gang Makmur, Kel. Harjosari I, Kec. Medan Amplas.
Diterangkan Juriani, Rosnawati sendiri sejak melahirkan Citra terpaksa membanting tulang mencari nafkah dengan menjadi pembantu rumah tangga di sebuah rumah di Jalan Karya, Medan.
Hati Juriani kini bagai disayat sembilu menyaksikan kondisi cucu kesayangannya itu. Kondisi Citra saat ini tak ubahnya, kulit yang hanya dibungkus kulit. Hal itu diperparah dengan munculnya lubang di kedua sisi pinggul dan pantat yang sudah menganga.
Setiap hari sang nenek selalu mengoleskan obat di luka-luka itu. Untuk luka-luka tersebut, Citra tak lagi bisa merasakan sakit. Sebab sejak mengalami kelumpuhan Citra mati rasa.
Sakit yang kerap menderanya berasal dari dada akibat benjolan di paru-parunya. Jika tak minum obat pun, sesak di dada tak bisa terhindarkan lagi. “Memang ada benjolan di paru-paru kata dokter sebelum lumpuh. Tapi benjolan itu ngga ada hubungannya sama lumpuhnya Citra. Itu luka bolongnya pun baunya minta ampun jadi harus dibersihkan setiap saat,” terang paman Citra, Rudiansyah.
Parahnya lagi, Kepling setempat seolah tak pernah memperdulikan kondisi Citra. Malah, ketika dibutuhkan, kepala lingkungan kerap kali tak bisa ditemui. “Keplingnya pun setiap hari udah saya cari pagi, siang dan malam juga ga pernah ada di rumah,” ujar Rudiansyah.
Rudiansyah pun meminta perhatian kepala pemerintahan atas kondisi keponakannya. “Saya mohon sama pemerintah bantulah keponakan saya. Dinkes Medan, pak Walikota,
pak gubernur tolong kami. Jangan telantarkan kami,” harapnya memelas.
INGIN JADI PRAMUGARI
Melihat kondisinya yang terbaring tak berdaya di bangsal RS H Adam Malik, tak lantas membuat Citra Ayu Hanisa, patah semangat. Remaja perempuan itu malah masih berkeinginan mencapai cita-citanya sebagai pramugari.
Hal itu dituturkan nenek Citra, Juriani (61) mengatakan, Citra merupakan sosok anak yang gigih belajar. Pasalnya, meski telah mengidap penyakit Citra kerap meminta kepada keluarga untuk mengantarkannya sekolah. “Dia sekolah di SMP UMN Al-Washliyah. Walaupun sakit gitu, dia minta kami untuk ngantarkan dia sekolah. Bahkan dibilangnya supaya dia diantar dan sekolah menggunakan kursi roda,” ucapnya.
Tapi, lantaran pihak guru dan keluarga memintanya untuk istirahat saja, Citra pun nurut. “Kalau tidak, dia tetap saja minta untuk pergi sekolah,” ucapnya.
Kemudian, Juriani mengatakan, kalau Citra memiliki cita-cita sebagai pramugari. “Kita pun bingung kenapa dia mau jadi pramugari. Soalnya kita tidak punya dana. Itupun tidak kita ucapkan sama dia langsung. Hanya di dalam hati aja,” tukasnya.
Bahkan, beber Juniari, ketika dirinya mengatakan banyaknya pesawat yang terbakar saat ini. Citra tetap bersikukuh mempertahankan cita-citanya itu. “Dibilangnya, kalau semua itu ada ditangan Allah. Jadi serahkan aja sama dia (Allah),” kenang Juriani lagi menirukan ucapan Citra padanya.
Saat disinggung apakah di keluarganya ada yang mengidap penyakit tumor seperti yang dialami Citra, Juriani mengaku tidak ada. “Tidak ada keturunan kami yang mengidap penyakit seperti ini,” pungkasnya. (ind/cr2/bd)