26 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Bangun Empat Waduk, Akademisi Tawarkan Solusi Atasi Banjir

Ajak Warga Berkontribusi

Terpisah, Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengajak seluruh stakeholder dan lapisan masyarakat untuk berkontribusi dalam mengatasi banjir di Kota Medan. Sebab, Pemko Medan tidak dapat bekerja sendiri dalam menangani banjir tersebut. Untuk itu diperlukan keterpaduan satu gerak langkah dari semua pihak sehingga persoalan banjir dapat teratasi di ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Ajakan ini disampaikan Wakil Wali Kota ketika menjadi salah satu nara sumber adalam acara talk show di Hotel Karabia Medan, Jumat (26/10). Selain Wakil Wali Kota, anggota DPD RI asal Sumatera Utara Parlindungan Purba, Syahnan dari Badan Metreologi, Klimatologi , Syahnan dari Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan serta Riandi dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Dalam talk show bertitel Polemik Sumut dengan mengusung materi “Soal banjir, Ini Salah Siapa”, Akhyar memaparkan, banjir yang melanda Kota Medan akibat ada 10 sungai yang melintasi Kota Medan mengalami penyempitan dan pendangkalan sehingga harus dilakukan normalisasi. Sementara yang berwenang melakukan normalisasi adalah Badan Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II.

Kemudian Medan Urban Development Project (MUDP) yang dibangun tahun 80-an, jelas Akhyar, tidak dapat dimanfaatkan karena meski ntelah menghabiskan anggaran yang cukup besar. “Kita tidak tahu mana inlet-nya sehingga tidak bis aterkoneksi untuk menampung air. Padahal riol MUDP yang dibangun itu cukup besar,” kata Akhyar.

Kondisi ini diperparah lagi dengan sikap dan tindakan masyarakat dengan melakukan pembetonan permukaan parit yang ada di depan rumahnya. Akibatnya, air hujan tidak dapat masuk ke dalam parit sehingga menggenangi permukaan jalan yang akhirnya berdampak dengan terjadinya genangan air dan banjir.

Atas dasar itulah, lanjut Akhyar, mengatasi banjir tidak bisa dilakukan Pemko Medan sendiri melainkan dukungan penuh semua pihak. “Artinya, harus ada keterpaduan satu gerak langkah untuk mengatasi banjir. Dengan demikian Pemko Medan dapat mengerjakan apa, Provinsi Sumut mengerjakan apa dan BWS Sumatera II mengerjakan apa yang dilakukan bersama-sama,” ungkapnya.

Begitu pun langkah itu, kata Akhyar, langkah itu harus mendapat dukungan penuh seluruh palisan masyarakat. Jika tidak, keterpaduan satu gerak langkah yang dilakukan akan sia-sia jika masyarakat tidak mendukungnya. Selain tidak membuang sampah sembarangan dalam parit, dukungan bisa dilakukan masyarakat dengan tidak membeton permukaan parit.

“Jika pun dibeton, permukaan parit harus memiliki lubang inlet untuk jalan air mengalir menuju parit. Di samping itu kita juga harap masyarakat mau mengorek parit yang ada di depan rumahnya masing-masing. Apabila ini dilakukan masyarakat, insya Allah kita dapat mengatasi banjir. Medan merupakan rumah kita bersama, jadi mari kita jaga bersama,” pesannya.

Talk show berlangsung alot, masing-masing nara sumber menyampaikan argumentasinya dalam mengatasi banjir yang terjadi selama ini. Kemudian talk show diisi tanya jawab dengan pengunjug nyang dihadiri kalangan mahasiswa, akademisi, pemerhati lingkungan serta komunitas pecinta sungai. (ris/ila)

Ajak Warga Berkontribusi

Terpisah, Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengajak seluruh stakeholder dan lapisan masyarakat untuk berkontribusi dalam mengatasi banjir di Kota Medan. Sebab, Pemko Medan tidak dapat bekerja sendiri dalam menangani banjir tersebut. Untuk itu diperlukan keterpaduan satu gerak langkah dari semua pihak sehingga persoalan banjir dapat teratasi di ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Ajakan ini disampaikan Wakil Wali Kota ketika menjadi salah satu nara sumber adalam acara talk show di Hotel Karabia Medan, Jumat (26/10). Selain Wakil Wali Kota, anggota DPD RI asal Sumatera Utara Parlindungan Purba, Syahnan dari Badan Metreologi, Klimatologi , Syahnan dari Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan serta Riandi dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Dalam talk show bertitel Polemik Sumut dengan mengusung materi “Soal banjir, Ini Salah Siapa”, Akhyar memaparkan, banjir yang melanda Kota Medan akibat ada 10 sungai yang melintasi Kota Medan mengalami penyempitan dan pendangkalan sehingga harus dilakukan normalisasi. Sementara yang berwenang melakukan normalisasi adalah Badan Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II.

Kemudian Medan Urban Development Project (MUDP) yang dibangun tahun 80-an, jelas Akhyar, tidak dapat dimanfaatkan karena meski ntelah menghabiskan anggaran yang cukup besar. “Kita tidak tahu mana inlet-nya sehingga tidak bis aterkoneksi untuk menampung air. Padahal riol MUDP yang dibangun itu cukup besar,” kata Akhyar.

Kondisi ini diperparah lagi dengan sikap dan tindakan masyarakat dengan melakukan pembetonan permukaan parit yang ada di depan rumahnya. Akibatnya, air hujan tidak dapat masuk ke dalam parit sehingga menggenangi permukaan jalan yang akhirnya berdampak dengan terjadinya genangan air dan banjir.

Atas dasar itulah, lanjut Akhyar, mengatasi banjir tidak bisa dilakukan Pemko Medan sendiri melainkan dukungan penuh semua pihak. “Artinya, harus ada keterpaduan satu gerak langkah untuk mengatasi banjir. Dengan demikian Pemko Medan dapat mengerjakan apa, Provinsi Sumut mengerjakan apa dan BWS Sumatera II mengerjakan apa yang dilakukan bersama-sama,” ungkapnya.

Begitu pun langkah itu, kata Akhyar, langkah itu harus mendapat dukungan penuh seluruh palisan masyarakat. Jika tidak, keterpaduan satu gerak langkah yang dilakukan akan sia-sia jika masyarakat tidak mendukungnya. Selain tidak membuang sampah sembarangan dalam parit, dukungan bisa dilakukan masyarakat dengan tidak membeton permukaan parit.

“Jika pun dibeton, permukaan parit harus memiliki lubang inlet untuk jalan air mengalir menuju parit. Di samping itu kita juga harap masyarakat mau mengorek parit yang ada di depan rumahnya masing-masing. Apabila ini dilakukan masyarakat, insya Allah kita dapat mengatasi banjir. Medan merupakan rumah kita bersama, jadi mari kita jaga bersama,” pesannya.

Talk show berlangsung alot, masing-masing nara sumber menyampaikan argumentasinya dalam mengatasi banjir yang terjadi selama ini. Kemudian talk show diisi tanya jawab dengan pengunjug nyang dihadiri kalangan mahasiswa, akademisi, pemerhati lingkungan serta komunitas pecinta sungai. (ris/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/