30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Mainkan Musik Tradisional dengan Aransemen Modern

Hendri Perangin-angin,Seniman Medan Hasil Didikan Ben Pasaribu

Hendri Perangin-angin (43) seorang budayawan Medan yang dulunya belajar musik barat klasik, sekarang menekuni musik tradisional. Hendri menganggap musik tradisional Sumatera Utara (Sumut) merupakan musik yang kaya dalam segi suara, alatnya dan sampai teknik memainkan.

M Sahbainy Nasution-Medan

MUSIK DAERAH: Hendri Perangin-angin memainkan alat musik seruling  kantornya Taman Budaya Sumatera Utara. //M Sahbainy /SUMUT POS
MUSIK DAERAH: Hendri Perangin-angin memainkan alat musik seruling di kantornya Taman Budaya Sumatera Utara. //M Sahbainy /SUMUT POS

Hendri, merupakan budayawan yang sudah lama berkecimpung di dunia musik. Baik memainkan musik tradisional maupun modern. Sampai sekarang Hendri memainkan musik tradisional Sumut dengan aransemen musik modern. Sebenarnya siapakah Hendri ini ?

Saat ditemui di ruang kerjanya di Taman Budaya Medan terlihat sejumlah alat-alat musik tradisional. Dari gendang Melayu, Tagani Toba, Haspi Toba, Sarune Bolon Simalungun, Kulcapi Karo, Keteng-keteng Karo, Surdam Karo, Surdam Karo, Gordang Sambilan yang berasal dari Tapsel, serta alat tradisional lainnya.

Sebelumnya Hendri sangat gemar memainkan musik klasik Barat. Hendri menceritakan, awalnya dia suka memainkan musik barat seperti musik dari Amerika, Inggris dan lainnya. Untuk ahli dibidang musik barat tersebut Hendri sekolah musik di kawasan Medan. “Tapi, walaupun saya belajar musik barat klasik, saya pernah dua kali juara satu bermin music tradisional di Kabupaten Maro,”katanya.

Sejak itu, Hendri mencintai musik tradisional. Dan juga pada tahun 1990 ia lulus menjadi PNS di Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara (Sumut). “Dari situlah saya mengenal musik tradisional di Sumut,”katanya.

Dalam perjalanannya mempelajari musik tradisional, Hendri mengaku banyak belajar dari almarhum Ben Pasaribu budayawan yang tidak asing lagi di Kota Medan. “Sudah puluhan tahun saya belajar dengan Bang Ben, dan lainnya,”ucapnya. Bakat bermain musik memang sejak kecil sudah ada pada Hendri. Cukup mendengar dan mengamati cara orang yang bermain alat musik, ia mudah belajar memainkannya.

Semakin mendalami musik tradisional, Hendri merasa musik tradisional di Sumut ini bagaikan hutan rimbah yang belum terjamah. Pasalnya kata Hendri alat tradisional Sumut sangat banyak yang bisa dieksplor. “Alat musik di Sumut ini sangat kaya seperti pada bunyi sampai teknik memainkannya yang berbeda-beda,”ucapnya.

Sudah banyak yang dikuasai Hendri dengan alat musik tradisional ini dan sampai ia dapat mengkombinasikan musik tradisional, seperti Gendang Melayu, Tagani Toba, Sarune Bolon Simalungun, Gondang Simalungun, Gendang Karo, Kulcapi Karo, Keteng-keteng Karo, Surdana Karo, Gordang Sambilan dari Tapsel dan lainnya.

Pada tahun 2000, Hendri mendirikan grup band Incidental yang menganut aliran kombinasi musik tradisional dengan musik modern. Dari kedinasan ataupun dari grub bandnya tersebut, sudah banyak daerah di Indonesia yang didatanginya untuk memperomosikan budaya Sumut. Seperti Sumbar, Bengkulu, Lampung, Jambi, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan NTB.

Bukan hanya itu, Hendri juga melakukan promosi alat musik tradisional ini ke luar Negeri seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Taipe, Jepang, China, Australia dan sampai negara Eropa. “Kita disana melakukan kegiatan promosi musik tradisional Sumut,”kata Hendri.

Diantara kunjungan tersebut yang tak terlupakan olehnya saat ke Bali pada tahun 2010. Karena pada saat itu kata Hendri banyak negara-negara di seluruh dunia yang berkumpul dan memamerkan alat musik masing-masing.
Apa komentar Hendri terhadap remaja yang sedikit mencintai alat musikk tradisional sendiri? Kata Hendri anak murid tak bisa disalahkan seluruhnya. Yang terpenting pihak sekolah maupun pemerintah harus gencar melakukan promosi bagaimana anak tersebut lebih mencintai alat musik tradisional sendiri. (*)

Hendri Perangin-angin,Seniman Medan Hasil Didikan Ben Pasaribu

Hendri Perangin-angin (43) seorang budayawan Medan yang dulunya belajar musik barat klasik, sekarang menekuni musik tradisional. Hendri menganggap musik tradisional Sumatera Utara (Sumut) merupakan musik yang kaya dalam segi suara, alatnya dan sampai teknik memainkan.

M Sahbainy Nasution-Medan

MUSIK DAERAH: Hendri Perangin-angin memainkan alat musik seruling  kantornya Taman Budaya Sumatera Utara. //M Sahbainy /SUMUT POS
MUSIK DAERAH: Hendri Perangin-angin memainkan alat musik seruling di kantornya Taman Budaya Sumatera Utara. //M Sahbainy /SUMUT POS

Hendri, merupakan budayawan yang sudah lama berkecimpung di dunia musik. Baik memainkan musik tradisional maupun modern. Sampai sekarang Hendri memainkan musik tradisional Sumut dengan aransemen musik modern. Sebenarnya siapakah Hendri ini ?

Saat ditemui di ruang kerjanya di Taman Budaya Medan terlihat sejumlah alat-alat musik tradisional. Dari gendang Melayu, Tagani Toba, Haspi Toba, Sarune Bolon Simalungun, Kulcapi Karo, Keteng-keteng Karo, Surdam Karo, Surdam Karo, Gordang Sambilan yang berasal dari Tapsel, serta alat tradisional lainnya.

Sebelumnya Hendri sangat gemar memainkan musik klasik Barat. Hendri menceritakan, awalnya dia suka memainkan musik barat seperti musik dari Amerika, Inggris dan lainnya. Untuk ahli dibidang musik barat tersebut Hendri sekolah musik di kawasan Medan. “Tapi, walaupun saya belajar musik barat klasik, saya pernah dua kali juara satu bermin music tradisional di Kabupaten Maro,”katanya.

Sejak itu, Hendri mencintai musik tradisional. Dan juga pada tahun 1990 ia lulus menjadi PNS di Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara (Sumut). “Dari situlah saya mengenal musik tradisional di Sumut,”katanya.

Dalam perjalanannya mempelajari musik tradisional, Hendri mengaku banyak belajar dari almarhum Ben Pasaribu budayawan yang tidak asing lagi di Kota Medan. “Sudah puluhan tahun saya belajar dengan Bang Ben, dan lainnya,”ucapnya. Bakat bermain musik memang sejak kecil sudah ada pada Hendri. Cukup mendengar dan mengamati cara orang yang bermain alat musik, ia mudah belajar memainkannya.

Semakin mendalami musik tradisional, Hendri merasa musik tradisional di Sumut ini bagaikan hutan rimbah yang belum terjamah. Pasalnya kata Hendri alat tradisional Sumut sangat banyak yang bisa dieksplor. “Alat musik di Sumut ini sangat kaya seperti pada bunyi sampai teknik memainkannya yang berbeda-beda,”ucapnya.

Sudah banyak yang dikuasai Hendri dengan alat musik tradisional ini dan sampai ia dapat mengkombinasikan musik tradisional, seperti Gendang Melayu, Tagani Toba, Sarune Bolon Simalungun, Gondang Simalungun, Gendang Karo, Kulcapi Karo, Keteng-keteng Karo, Surdana Karo, Gordang Sambilan dari Tapsel dan lainnya.

Pada tahun 2000, Hendri mendirikan grup band Incidental yang menganut aliran kombinasi musik tradisional dengan musik modern. Dari kedinasan ataupun dari grub bandnya tersebut, sudah banyak daerah di Indonesia yang didatanginya untuk memperomosikan budaya Sumut. Seperti Sumbar, Bengkulu, Lampung, Jambi, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan NTB.

Bukan hanya itu, Hendri juga melakukan promosi alat musik tradisional ini ke luar Negeri seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Taipe, Jepang, China, Australia dan sampai negara Eropa. “Kita disana melakukan kegiatan promosi musik tradisional Sumut,”kata Hendri.

Diantara kunjungan tersebut yang tak terlupakan olehnya saat ke Bali pada tahun 2010. Karena pada saat itu kata Hendri banyak negara-negara di seluruh dunia yang berkumpul dan memamerkan alat musik masing-masing.
Apa komentar Hendri terhadap remaja yang sedikit mencintai alat musikk tradisional sendiri? Kata Hendri anak murid tak bisa disalahkan seluruhnya. Yang terpenting pihak sekolah maupun pemerintah harus gencar melakukan promosi bagaimana anak tersebut lebih mencintai alat musik tradisional sendiri. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/