30.5 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Danau Toba dan Pantai Barat Rawan Bencana

Triadi wibowo/Sumut Pos_
Sejumlah pengunjung bermain di peraiaran danau toba, belum lama ini

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Potensi bencana alam sangat tinggi terjadi di Sumatera Utara hingga akhir Desember 2018. Itu disebabkan kondisi iklim cuaca yang ekstrem masih menyelimuti semua wilayah di Indonesia, termasuk Sumut.

“Berdasarkan data yang kita peroleh dan olah dari BMKG, cuaca ekstrem masih akan melanda Sumut sampai akhir bulan ini. Terutama di kawasan Danau Toba dan pantai barat,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Rabu (26/12).

Sejumlah wilayah yang terdapat dalam dua kawasan tersebut, kata dia, curah hujan yang diprediksi terjadi berada pada level menengah ke atas yaitu di atas 220 milimeter. “Artinya potensi (bencana) itu tetap ada, baik di kawasan Danau Toba dan pantai barat. Makanya itu yang perlu diwaspadai. Termasuk juga potensi longsor di wilayah-wilayah tersebut,” katanya.

Menurutnya, hasil data dan informasi dari BMKG itu yang pihaknya olah untuk selanjutnya disampaikan ke masyarakat. Tak lupa pula, sebagai imbauan dan kewaspadaan terhadap ancaman bencana, pihaknya telah edarkan surat ke seluruh kepala daerah di Sumut. Terutama pada wilayah-wilayah dataran tinggi dan permukiman warga di daerah aliran sungai (DAS).

“Begitu juga dari data Badan Geologi yang kami olah dan sebarkan ke masyarakat dan semua kepala daerah. Hari ini saya juga ada menerima surat dari Badan Geologi tentang perkembangan potensi bencana terbaru, namun belum sempat saya baca. Spesifiknya tentang potensi dan ancaman pergerakan dan bencana longsor, dan itu umumnya bakal terjadi di wilayah dataran tinggi serta pantai barat,” paparnya.

Pihaknya terus mengimbau dan mengajak kesadaran seluruh elemen masyarakat akan potensi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi di provinsi ini. “Levelnya itu ada yang menengah dan menengah tinggi. Umumnya level menengah tinggi terjadi di daerah seperti Asahan, Dairi, Deliserdang, Humbanghasundutan, Karo, Gunung Sitoli, Labura, Labusel, Madina, Nias, Pakpak Bharat, Samosir, Simalungun, Tapteng hingga Tapsel,” katanya.

Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah, imbuhnya, jika curah hujan di atas normal terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. “Dan di Desember, Kota Binjai juga bakal terkena dampak curah hujan tinggi,” ungkapnya.

Gubsu: Banjir Bandang karena Perusakan Hutan

Terkait banjir bandang yang melanda Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi menyebut, kejadian ini karena perusakan hutan serta meminta pihak terkait memeriksa kondisi hutan di hulu sungai Sibongkaras. Dalam peninjauannya langsung ke lokasi banjir bandang yang terjadi sepekan lalu, Edy bersama Ketua TP PKK Sumut Ny Hj Nawal Lubis

menyisir dua lokasi, yakni Desa Lokkotan dan Desa Bongkaras, Kecamatan Silima Pungga-pungga. Didampingi sejumlah pejabat seperti Wakil Bupati Dairi Irwansyah Pasi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riadil Akhir, Kepala Dinas Pendidikan Arsyad Lubis, Asisten Pemerintahan Jumsadi Damanik, Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Ilyas Sitorus, unsur FKPD Dairi serta sejumlah warga yang ikut membantu evakuasi.

“Saya yakin ini ulah kita juga. Jadi saya minta ini diperiksa, kenapa bisa begini. Tolong diperiksa bagian sana (hulu), jangan-jangan ada yang tidak benar (perusakan hutan),” ujar Edy di Desa Lokkotan, Senin (24/12).

Menurutnya, kejadian ini tidak pantas disebut bencana karena Tuhan, melainkan ada unsur kelalaian manusia yang kemungkinannya dapat dilihat dari banyaknya kondisi hutan yang rusak di bagian hulu. Hal ini dibuktikan dengan material kayu bercampur lumpur yang tertumpuk di sepanjang aliran sungai dan merusak rumah, sawah serta memakan korban nyawa.

“Tuhan telah berikan kekayaan kita berupa air yang banyak, tetapi kenapa bisa membunuh. Jadi saya minta TNI/Polri, Pemerintah (Kabupaten) Dairi untuk kita menjaga bumi kita ini,” tegasnya.

Sementara di Desa Bongkaras, Edy menyusuri lokasi banjir bandang hingga ratusan meter ke hulu. Dari tempat itu, dirinya berdialog bersama Wakil Bupati serta Kepala BPBP Dairi Bahagia Ginting yang hingga hari ke tujuh, masih melakukan pencarian menggunakan satu alat berat dan mesin pemotong.

“Kita tidak mau menyalahkan siapapun dalam hal ini. Tetapi ke depan tolong dipastikan perusakan (hutan) jangan lagi terjadi. Tidak setahun, dua tahun, lima tahun lagi, tetapi cucu kita nanti bisa merasakan akibatnya (dari perusakan hutan),” tegas Edy lagi.

Gubernur juga menegaskan bahwa kehadirannya di tempat itu, adalah semata untuk melihat bagaimana kondisi rakyat. Meskipun diketahui, Desa tersebut berada di perbatasan antara Sumut dan Aceh. Lokasinya juga cukup jauh dari perkotaan.

“Kalau bantuan itu tidak sulit, walaupun mungkin tidak banyak, tetapi itu tidak masalah. Persoalannya adalah, bagaimana kita menjaga alam ini untuk anak cucu kita nanti,” pesan Gubernur di hadapan ratusan warga yang berkumpul untuk mengambil bantuan air bersih dari pemerintah.

Dari proses pencarian korban, Gubernur meminta agar waktu ya ditambah dua hari lagi. Sebab standar pekerjaan hanya dilakukan tujuh hari, namun dapat ditambah dengan berbagai pertimbangan seperti permintaan warga serta kemungkinan penemuan korban hilang. Sebagaimana diketahui, dari 12 korban, lima di antaranya selamat, lima dari tujuh orang hilang, sudah ditemukan, sehingga menyisakan dua korban lagi.

“Boleh la ditambah dua hari lagi. Tolong yang muslim dikerahkan, karena (petugas) yang beragama Kristen, mereka mau merayakan Natal,” pesan Gubernur.

Kepala BPBD Dairi Bahagia Ginting dalam hal ini melaporkan bahwa kondisi medan yang sulit, membuat pihaknya hanya bisa mendatangkan satu alat berat yang penempatannya juga terbatas. Mengingat kondisi areal aliran Sungai Sibongkaras tidak memungkinkan untuk dimasuki alat berat. (prn/bal)

Triadi wibowo/Sumut Pos_
Sejumlah pengunjung bermain di peraiaran danau toba, belum lama ini

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Potensi bencana alam sangat tinggi terjadi di Sumatera Utara hingga akhir Desember 2018. Itu disebabkan kondisi iklim cuaca yang ekstrem masih menyelimuti semua wilayah di Indonesia, termasuk Sumut.

“Berdasarkan data yang kita peroleh dan olah dari BMKG, cuaca ekstrem masih akan melanda Sumut sampai akhir bulan ini. Terutama di kawasan Danau Toba dan pantai barat,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Rabu (26/12).

Sejumlah wilayah yang terdapat dalam dua kawasan tersebut, kata dia, curah hujan yang diprediksi terjadi berada pada level menengah ke atas yaitu di atas 220 milimeter. “Artinya potensi (bencana) itu tetap ada, baik di kawasan Danau Toba dan pantai barat. Makanya itu yang perlu diwaspadai. Termasuk juga potensi longsor di wilayah-wilayah tersebut,” katanya.

Menurutnya, hasil data dan informasi dari BMKG itu yang pihaknya olah untuk selanjutnya disampaikan ke masyarakat. Tak lupa pula, sebagai imbauan dan kewaspadaan terhadap ancaman bencana, pihaknya telah edarkan surat ke seluruh kepala daerah di Sumut. Terutama pada wilayah-wilayah dataran tinggi dan permukiman warga di daerah aliran sungai (DAS).

“Begitu juga dari data Badan Geologi yang kami olah dan sebarkan ke masyarakat dan semua kepala daerah. Hari ini saya juga ada menerima surat dari Badan Geologi tentang perkembangan potensi bencana terbaru, namun belum sempat saya baca. Spesifiknya tentang potensi dan ancaman pergerakan dan bencana longsor, dan itu umumnya bakal terjadi di wilayah dataran tinggi serta pantai barat,” paparnya.

Pihaknya terus mengimbau dan mengajak kesadaran seluruh elemen masyarakat akan potensi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi di provinsi ini. “Levelnya itu ada yang menengah dan menengah tinggi. Umumnya level menengah tinggi terjadi di daerah seperti Asahan, Dairi, Deliserdang, Humbanghasundutan, Karo, Gunung Sitoli, Labura, Labusel, Madina, Nias, Pakpak Bharat, Samosir, Simalungun, Tapteng hingga Tapsel,” katanya.

Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah, imbuhnya, jika curah hujan di atas normal terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. “Dan di Desember, Kota Binjai juga bakal terkena dampak curah hujan tinggi,” ungkapnya.

Gubsu: Banjir Bandang karena Perusakan Hutan

Terkait banjir bandang yang melanda Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi menyebut, kejadian ini karena perusakan hutan serta meminta pihak terkait memeriksa kondisi hutan di hulu sungai Sibongkaras. Dalam peninjauannya langsung ke lokasi banjir bandang yang terjadi sepekan lalu, Edy bersama Ketua TP PKK Sumut Ny Hj Nawal Lubis

menyisir dua lokasi, yakni Desa Lokkotan dan Desa Bongkaras, Kecamatan Silima Pungga-pungga. Didampingi sejumlah pejabat seperti Wakil Bupati Dairi Irwansyah Pasi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riadil Akhir, Kepala Dinas Pendidikan Arsyad Lubis, Asisten Pemerintahan Jumsadi Damanik, Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Ilyas Sitorus, unsur FKPD Dairi serta sejumlah warga yang ikut membantu evakuasi.

“Saya yakin ini ulah kita juga. Jadi saya minta ini diperiksa, kenapa bisa begini. Tolong diperiksa bagian sana (hulu), jangan-jangan ada yang tidak benar (perusakan hutan),” ujar Edy di Desa Lokkotan, Senin (24/12).

Menurutnya, kejadian ini tidak pantas disebut bencana karena Tuhan, melainkan ada unsur kelalaian manusia yang kemungkinannya dapat dilihat dari banyaknya kondisi hutan yang rusak di bagian hulu. Hal ini dibuktikan dengan material kayu bercampur lumpur yang tertumpuk di sepanjang aliran sungai dan merusak rumah, sawah serta memakan korban nyawa.

“Tuhan telah berikan kekayaan kita berupa air yang banyak, tetapi kenapa bisa membunuh. Jadi saya minta TNI/Polri, Pemerintah (Kabupaten) Dairi untuk kita menjaga bumi kita ini,” tegasnya.

Sementara di Desa Bongkaras, Edy menyusuri lokasi banjir bandang hingga ratusan meter ke hulu. Dari tempat itu, dirinya berdialog bersama Wakil Bupati serta Kepala BPBP Dairi Bahagia Ginting yang hingga hari ke tujuh, masih melakukan pencarian menggunakan satu alat berat dan mesin pemotong.

“Kita tidak mau menyalahkan siapapun dalam hal ini. Tetapi ke depan tolong dipastikan perusakan (hutan) jangan lagi terjadi. Tidak setahun, dua tahun, lima tahun lagi, tetapi cucu kita nanti bisa merasakan akibatnya (dari perusakan hutan),” tegas Edy lagi.

Gubernur juga menegaskan bahwa kehadirannya di tempat itu, adalah semata untuk melihat bagaimana kondisi rakyat. Meskipun diketahui, Desa tersebut berada di perbatasan antara Sumut dan Aceh. Lokasinya juga cukup jauh dari perkotaan.

“Kalau bantuan itu tidak sulit, walaupun mungkin tidak banyak, tetapi itu tidak masalah. Persoalannya adalah, bagaimana kita menjaga alam ini untuk anak cucu kita nanti,” pesan Gubernur di hadapan ratusan warga yang berkumpul untuk mengambil bantuan air bersih dari pemerintah.

Dari proses pencarian korban, Gubernur meminta agar waktu ya ditambah dua hari lagi. Sebab standar pekerjaan hanya dilakukan tujuh hari, namun dapat ditambah dengan berbagai pertimbangan seperti permintaan warga serta kemungkinan penemuan korban hilang. Sebagaimana diketahui, dari 12 korban, lima di antaranya selamat, lima dari tujuh orang hilang, sudah ditemukan, sehingga menyisakan dua korban lagi.

“Boleh la ditambah dua hari lagi. Tolong yang muslim dikerahkan, karena (petugas) yang beragama Kristen, mereka mau merayakan Natal,” pesan Gubernur.

Kepala BPBD Dairi Bahagia Ginting dalam hal ini melaporkan bahwa kondisi medan yang sulit, membuat pihaknya hanya bisa mendatangkan satu alat berat yang penempatannya juga terbatas. Mengingat kondisi areal aliran Sungai Sibongkaras tidak memungkinkan untuk dimasuki alat berat. (prn/bal)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/