Rising Asian Talent merupakan penghargaan bergengsi di kalangan desainer furnitur. Sebab, pada waktu yang tidak berselang lama, event sejenis yang didedikasikan bagi para desainer berbakat tersebut juga dilaksanakan di sejumlah kawasan lain. Yakni, Maison & Objet Paris dan Maison & Objet Amerika.
Di ajang yang dilaksanakan di Marina Bay Sands tersebut, Abie terpilih bersama Zhou Ziaojie dari Tiongkok, Poetic Lab dari Taiwan, Monica Tsang dari Hongkong, Outofstock dari Singapura, dan Wonmin Park dari Korea Selatan. Meski dari Asia, mereka rata-rata telah memiliki visi yang mendunia. Selain menempuh pendidikan di luar negeri, lima desainer tersebut telah membangun jaringan internasional.”
Pemenang asal Tiongkok, misalnya. Selain dia bersekolah di Inggris, produk desainnya telah masuk ke sejumlah galeri top di berbagai negara. Begitu pula, pemenang dari Taiwan dan Korsel yang telah memiliki kantor dengan base di Inggris dan Belanda.
“Kalau saya, Bandung untuk kuliah dan Jakarta untuk kantor,” kata dia lantas tersenyum.
Kemantapan Abie menekuni rotan bukan baru-baru ini saja. Sejak kuliah, dia bertekad untuk berkonsentrasi kepada hasil hutan nonkayu yang spesies dan jumlahnya di dunia paling banyak ada di Indonesia tersebut. Berdasar data di Kementerian Perdagangan, 80″90 persen bahan baku rotan terdapat di Indonesia.
Fakta itulah yang mendasari mimpi Abie sejak di bangku kuliah untuk menekuni rotan. Sebab, di sisi lain, menurut dia, desain produk rotan relatif stagnan ketika itu. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Sejak puncak perkembangan rotan terjadi pada era 1980-an dan awal era 1990-an, dinamika penjualan kerajinan rotan menurun dari tahun ke tahun. “Terus terang, saya merasa tertantang. Di satu sisi, bicara tentang rotan mengingatkan kita kepada zaman nenek kita masing-masing. Tetapi, di sisi lain, (rotan) ini adalah kekayaan Indonesia yang harus dijaga dan dikembangkan,” bebernya memberikan alasan.
Atas niatnya menyeriusi rotan itulah, dia menemui sejumlah pihak di berbagai daerah. Termasuk mendatangi perusahaan PMA (penanaman modal asing) asal Jepang Yamakawa di Cirebon. Saat itu dia bahkan beruntung sempat berkomunikasi dengan pemiliknya, Yuzuru Yamakawa.
“Ada satu kalimat dia yang selalu saya kenang, desainer Indonesia kalau mau dikenal dunia jadilah desainer rotan,” ungkapnya.
Setelah lulus kuliah dengan tugas akhir tentang rotan, Abie semakin dalam mengenali hasil bumi sendiri itu. Dalam proses interaksinya dengan sejumlah pihak dari negara lain, kemantapan hatinya menekuni pengembangan desain bahan baku yang kini masih dilarang diekspor dalam bentuk tanpa olahan tersebut semakin kuat pula.
“Saat ini memang masih berat. Tetapi, saya yakin rotan punya masa depan,” tandasnya.