26 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Mahasiswa STIKES Demo di Kampus

MEDAN- Kecewa fasilitas kampus belum memadai tetapi biaya kuliah tinggi, akibatnya ratusan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Helvetia demo, di Jalan Kapten Sumarsono, Sabtu (27/4). Kemarahan Mahasiswa memuncak saat pihak kampus menerapkan denda bagi mahasiswa yang terlambat membayar uang kuliah sebesar Rp500 ribu untuk mahasiswa S1 dan Rp1 juta untuk mahasiswa S2.

Tidak hanya menyoal tingginya uang kuliah beserta denda saja, mahasiswa menolak adanya kutipan pengambilan Kartu Rencana Study (KRS) sebesar Rp100 ribu. Terlebih, pengutipan biaya untuk perbaikan nilai Rp250 ribu setiap mata kuliah (MK) serta biaya skripsi Rp2,8 juta dan kutipan biaya wisuda sebesar Rp1,5 juta, sehingga membuat mahasiswa semakin merasa ditekan oleh pihak Yayasan. “Fasilitas di sini saja belum bisa dikatakan layak, seperti laboratorium,,” ungkap koordinator aksi M Ayubi Zein Nasution pada wartawan.

Pada aksi itu, mahasiswa juga menyebut kalau mereka tidak mendapatkan apa yang mereka terima saat mendaftar di kampus. Karena itu, mahasiwa meminta agar kampus segera mengahapuskan kebijakan kenaikan uang ujian serta sejumlah kutipan yang tidak jelas.

Aksi demo itu juga memboikot perkuliahan. Dengan membawa spanduk bertuliskan tuntutan mereka dan selebaran bertuliskan kutipan oleh pihak Yayasan yang tidak tepat, para mahasiswa itu bertahan di halaman kampus. Bahkan, aksi itu sempat membuat sejumlah pengajar di kampus turun tangan membujuk mahasiwa menghentikan aksinya. Namun, karena belum ada kejelasan atas tuntutan mereka, mahasiswa tetap bertahan dan tidak membubarkan diri.(mag-10)

MEDAN- Kecewa fasilitas kampus belum memadai tetapi biaya kuliah tinggi, akibatnya ratusan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Helvetia demo, di Jalan Kapten Sumarsono, Sabtu (27/4). Kemarahan Mahasiswa memuncak saat pihak kampus menerapkan denda bagi mahasiswa yang terlambat membayar uang kuliah sebesar Rp500 ribu untuk mahasiswa S1 dan Rp1 juta untuk mahasiswa S2.

Tidak hanya menyoal tingginya uang kuliah beserta denda saja, mahasiswa menolak adanya kutipan pengambilan Kartu Rencana Study (KRS) sebesar Rp100 ribu. Terlebih, pengutipan biaya untuk perbaikan nilai Rp250 ribu setiap mata kuliah (MK) serta biaya skripsi Rp2,8 juta dan kutipan biaya wisuda sebesar Rp1,5 juta, sehingga membuat mahasiswa semakin merasa ditekan oleh pihak Yayasan. “Fasilitas di sini saja belum bisa dikatakan layak, seperti laboratorium,,” ungkap koordinator aksi M Ayubi Zein Nasution pada wartawan.

Pada aksi itu, mahasiswa juga menyebut kalau mereka tidak mendapatkan apa yang mereka terima saat mendaftar di kampus. Karena itu, mahasiwa meminta agar kampus segera mengahapuskan kebijakan kenaikan uang ujian serta sejumlah kutipan yang tidak jelas.

Aksi demo itu juga memboikot perkuliahan. Dengan membawa spanduk bertuliskan tuntutan mereka dan selebaran bertuliskan kutipan oleh pihak Yayasan yang tidak tepat, para mahasiswa itu bertahan di halaman kampus. Bahkan, aksi itu sempat membuat sejumlah pengajar di kampus turun tangan membujuk mahasiwa menghentikan aksinya. Namun, karena belum ada kejelasan atas tuntutan mereka, mahasiswa tetap bertahan dan tidak membubarkan diri.(mag-10)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/