BINJAI,SUMUTPOS.CO – Temuan bayi perempuan yang ditelantarkan di halaman depan Pesantren Dar Fatimah, Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Cengkeh Turi, Binjai Utara, Sabtu (25/8) lalu, mulai terkuak siapa ibu kandungnya.
Hal itu diketahui pasca bayi malang tersebut ditemukan, dan diantar pihak pesantren dan Camat Binjai Utara Adri Rivanto ke Rumah Sakit Umum Daerah DR RM Djoelham Binjai.
Saat menerima bayi tersebut, sejumlah perawat maupun bidan rumah sakit terkejut. Pasalnya, merekalah yang menangani persalinan si ibu bayi.
Menurut informasi yang diperoleh dari pihak rumah sakit, si ibu bayi meninggalkan KTP dan Kartu Keluarga atas nama Ibnu Fajar selaku suami warga Jalan Pratama II, Kelurahan Berngam, Binjai Kota. Sementara ibu bayi yakni Meilya Evita Syari, sesuai KTP yang bersangkutan lahir 12 Mei 1997 dan beralamat di Dusun I, Desa Silinda, Kecamatan Silinda, Serdangbedagai dengan status perkawinan belum kawin.
Si Ibu bayi dan seorang teman prianya meninggalkan KTP dan KK tersebut dikarenakan, biaya persalinannya masih terutang. Dalam surat tersebut, si ibu bayi harus membayar biaya pengobatan dan perawatan selama 5 hari pada 20 Agustus 2018 sampai 25 Agustus 2018 di Ruangan Melati, sebesar Rp5.270.700.
Namun mereka hanya sanggup membayar Rp1,5 juta. Dalam surat itu juga, tertulis mereka akan mencicil setiap minggu mulai 1 September 2018 mendatang. Sebagai jaminan, Kartu Keluarga dan KTP asli ditahan oleh RSUD DR RM Djoelham.
Kepala Dinas Sosial Binjai, Tengku Syarifuddin menyatakan, identitas terduga orangtua bayi itu didapat ketika pengurus pesantren mengantarkan bayi tersebut ke rumah sakit milik Pemko Binjai tersebut. “Orangtuanya sudah diketahui. Tahunya ketika mau diantar ke Rumah Sakit (Djoelham). Orang rumah sakit bilang, kalau bayi ini yang dilahirkan hari Sabtu (tepat penemuan bayi di Pesantren),” ujar Syarifuddin di kantornya, Senin (27/8).
Dia belum berani menyimpulkan motif utama dugaan penelantaran bayi tersebut. Hanya saja, Syarifuddin menduga, ada permasalahan pada pihak keluarga orangtua bayi. Pun begitu, dia tak berani mengaitkannya, apakah bayi ini lahir di luar pernikahan atau hal lainnya.
“Enggak tahu apakah mungkin ada permasalahan keluarga. Tapi mereka ada tunggakan biaya di RSUD Djoelham, masih ada hutang mereka sekitar Rp3,5 juta lagi. Rp1,5 juta baru dibayar,” ujarnya.
Menanggapi dugaan persalinan, Direktur RSUD Djoelham Binjai, dr Sugianto membantah, jika bayi malang berhidung mancung itu dilahirkan di rumah sakit milik Pemko Binjai. Namun, Sugianto membenarkan, ada bayi yang diserahkan ke RSUD Djoelham. Kata dia, bayi tersebut ada diserahkan kembali oleh pengurus pesantren dan didampingi Camat Binjai Utara.
“Saya ada pas penyerahan. Saya enggak tahu pasti soal dilahirkannya, saya di Jakarta ini,” tandasnya.
Sementara, Kapolsek Binjai Utara, Kompol Syaiful Bahri sudah mengantongi identitas si ibu bayi tersebut. Ketika dicocokkan, Syaiful mengaku, terduga sepasang OTK tersebut adalah Ibnu Fajar dan Meilya Evita Syari.
“Itu lagi kami lidik. Kita sudah cari data-datanya,” ujarnya.
Dalam proses penyelidikannya, Syaiful mengaku, sudah mencoba memancing terduga sepasang OTK tersebut keluar dari tempat persembunyiannya. Sayang, upaya tersebut belum menuai hasil.
Namun ada yang janggal. Kata Kapolsek, KTP Meilya Evita Syari yang menjadi jaminan di RSUD Djoelham bukanlah ibu bayi yang asli.
“Informasinya bukan KTP dia. KTP orang lain yang dipakainya. Si pelaku ibu bayi pinjam KTP (Meilya Evita Syari),” kata perwira menengah dengan pangkat satu melati emas dipundaknya ini.
Lantas siapa sosok asli ibu bayi tersebut? Kapolsek menduga, ibu bayi malang tersebut bernama Fauziah. “Saat ini masih dilacak anggota. KTP yang dipake itu, dipinjam oleh Fauziah. Kami juga sudah cari-cari (Ibnu Fajar),” tukas Kapolsek.
Terpisah, wartawan coba menelusuri alamat sesuai tercantum di Jalan Pratama II, Kelurahan Bergam, Binjai Kota. Berdasarkan masyarakat setempat, mereka tak mengenal yang namanya Ibnu Fajar.
“Bukan kalian (wartawan) saja yang mencari nama Ibnu Fajar. Ada juga tadi sebelumnya sekitar jam 2 siang, perempuan dan laki-laki naik mobil enggak tahu darimana juga mencari yang namanya Ibnu Fajar. Kami di sini di Jalan Pratama II (satu lorong), enggak yang namanya Ibnu Fajar,” sebut seorang warga yang diamini 5 warga lainnya. (ted/han)