STABAT, SUMUTPOS.CO-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Langkat terus gencar mengenalkan Museum Daerah mereka yang berada di Tanjungpura. Kali ini, Disparbud Langkat menggandeng komunitas sepeda jenis minion.
Tujuannya, untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang Museum Daerah Langkat. Juga mengajak, mencintai dan mengembangkan gedung peninggalan sejarah Kesultanan Langkat yang dibangun pada tahun 1905 lalu.
Selain komunitas sepeda, Disparbud Langkat juga melibatkan tokoh masyarakat, forkopimcam, mahasiswa hingga tokoh pemuda. “Kegiatan ini merupakan sebagai bentuk sosialisasi dan gerakan cinta museum. Tujuannya untuk memberi edukasi, menumbuhkan kecintaan dan minat generasi muda kepada Museum Daerah Langkat sekaligus nilai sejarahnya,” kata Kepala Bidang Seni dan Budaya Disparbud Langkat, Muslihin, Kamis (26/11).
“Semoga, kegiatan ini menambah pengetahuan masyarakat terkhusus generasi muda dalam mengetahui nilai-nilai sejarah Langkat,” sambungnya.
Nilai sejarah terhadap Museum Daerah Langkat cukup kental. Selain berdekatan dengan Masjid Azizi Tanjungpura, isi Museum Daerah Langkat yang merupakan gedung bekas Balai Kerapatan Kesultanan Langkat ini menyimpan, merawat dan mengenalkan aneka ragam benda koleksi.
Seperti Galeri Babussalam terdiri dari Kitab Suci Alquran berukuran besar dengan tulisan tangan Hakkah karya H Abdul Kadir Ahmadi, tulisan kaligrafi, kentong tuan guru masa I Syekh H Abdul Wahab yang dibuat muridnya pada tahun 1917, hingga foto-foto Tuan Guru Babussalam dari pertama sampai sekarang ini. Kemudian Galeri T Amir Hamzah, Galeri Jawa, Karo, Melayu dan Perjuangan.
Galeri Perjuangan dimaksud terdapat duplikat perlengkapan senjata, sepeda ontel hingga lampu semprong tempo dulu. Juga ada duplikat Singgasana Kesultanan Langkat, miniatur Istana Darussalam, Kesultanan Langkat, Rumah T Amir Hamzah, Adat Banjar, Mandailing hingga miniatur peta perjuangan. Kini Museum Daerah Langkat sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
Sementara, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah Sumut, Sri Hartini menjadi narasumber pada kesempatan ini. Dia menilai, cagar budaya tersebut terlihat bangunannya masih asli.
Karenanya, dia menilai, banyak peran penting museum tersebut. Tak hanya sebagai sarana pendidikan, juga menjadi wadah edukasi dan menarik wisatawan berkunjung usai mengunjungi Masjid Azizi Tanjungpura.
“Anak-anak muda harus memanfaatkan ini sebagai sarana untuk mengetahui nilai nilai sejarah yang terkandung,” kata dia.
Sri sudah berpengalaman sekitar 17 tahun mengelola Museum Daerah Provinsi Sumut. Bahkan setelah pensiun, Sri juga masih tetap berkarir di Museum Perkebunan Indonesia.
Dia mengajak, agar seluruh masyarakat untuk dapat rutin menggelar sejumlah pertemuan di Museum Daerah Langkat. “Harapannya, agar barang-barang sejarah di Museum Daerah Langkat dapat bertambah, demi menarik minat masyarakat untuk berkunjung,” pungkasnya. (ted)