25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Virus Corona Tertinggi di Luar Cina, Iran Tiadakan Salat Jumat

DISINFEKSI: Seorang pekerja mendisinfeksi situs suci Masumeh Qom untuk mencegah penyebaran virus corona di Iran.  AFP/FARS NEWS AGENCY/MEHDI MARIZAD
DISINFEKSI: Seorang pekerja mendisinfeksi situs suci Masumeh Qom untuk mencegah penyebaran virus corona di Iran. AFP/FARS NEWS AGENCY/MEHDI MARIZAD

IRAN, SUMUTPOS.CO – Angka kematian akibat virus corona COVID-19 di negara Iran telah mencapai 26 orang, sementara jumlah penderita berada di angka 245 orang. Tingkat kematian di Iran akibat virus ini disebut yang tertinggi di dunia setelah Cina. Bahkan pasiennya adalah para pejabat tinggi negara, termasuk wakil presiden.

Jumlah penderita dan pasien meninggal akibat virus corona atau COVID-19 di Iran meningkat dalam waktu singkat. Diberitakan Reuters, Jumat (28/2), tingkat kematian virus corona di Iran mencapai 10 persen, dibandingkan dengan negara-negara lain yang hanya sekitar 3 persen. Padahal kasus pertama yang tercatat di Iran baru muncul pada 19 Februari lalu. Virus corona sendiri telah mewabah di China sejak Desember 2019.

Diberitakan Reuters, Jumat (28/2), pemerintah Iran mengambil langkah-langkah pencegahan menyusul penyebaran virus corona (COVID-19) yang masif di negara tersebut. Salahsatu langkahnya adalah meniadakan salat Jumat pekan ini.

Peniadaan salat Jumat dilakukan agar masyarakat tidak berkumpul di satu ruangan dalam satu waktu. Langkah ini diumumkan oleh pemerintah 23 kota di 31 provinsi Iran, termasuk di antaranya ibu kota Teheran dan kota suci Syiah, Qom.

Selain itu, Iran juga melarang warga China masuk ke negara mereka. Warga Iran juga diimbau untuk tidak bepergian dulu, baik di dalam maupun ke luar negeri.

Peningkatan jumlah penderita dan angka kematian di Iran sangat pesat, padahal kasus pertama baru tercatat pada 19 Februari lalu. “Dalam 24 jam terakhir, kami mengkonfirmasi ada 106 kasus baru. Angka kematian mencapai 26 orang,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Kianush Jahanpur.

Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki mengatakan ada larangan baru di Qom dan Mashhad, kota suci umat Syiah. Dalam larangan itu, peziarah di situs-situs suci diharapkan segera keluar setelah beribadah. “Dilarang berkumpul di dalam situs-situs,” kata Namaki.

Presiden Hassan Rouhani mengatakan pada Rabu lalu bahwa Iran tidak akan melakukan karantina dan isolasi terhadap kota-kota dengan penderita virus corona. Namun pemerintah Rouhani telah membatalkan beberapa turnamen olahraga, pagelaran budaya, dan konferensi dalam beberapa pekan ke depan.

Menurut Mike Ryan, kepala program darurat medis di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus corona menyebar pesat karena Iran sebelumnya tidak bisa mendeteksi penyakit ini. Dia juga menduga, infeksi virus corona di Iran bisa lebih luas lagi.

Kasus-kasus virus corona yang terdeteksi saat ini di Iran, kata Ryan, adalah kasus-kasus berat. Di masa mendatang, Ryan memprediksi akan muncul pada penderita virus corona dengan kasus-kasus ringan. “Saya tidak mencurigai hal ini berhubungan dengan penanganan klinis, tapi lebih kepada pengawasan,” kata Ryan.

Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan mereka akan mendatangkan 20 ribu alat pendeteksi virus corona dari China dan beberapa material medis lainnya pada Jumat ini. Dengan alat deteksi yang tepat, dikhawatirkan jumlah penderita akan semakin bertambah.

10 Negara Baru

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus virus corona jenis baru COVID-19 semakin menyebar dan bertambah ke 10 negara yang baru melaporkan adanya kasus untuk kali pertama. Artinya, sekurang-kurangnya 53 negara sudah terinfeksi. “Wabah virus corona ‘semakin besar’,” kata WHO.

Berdasarkan laporan situasi harian resmi WHO yang dikutip Jumat, total kasus COVID-19 secara global mencapai 83906 dengan 2,869 meninggal dengan 1612 penambahan kasus baru. Ke-10 negara baru yang terinfeksi COVID-19 adalah Brasil, Denmark, Estonia, Georgia, Yunani, Norwegia, Pakistan, Rumania, dan Makedonia Utara, plus Nigeria kemarin, yang mengonfirmasi kasus pertama di wilayah Afrika Sub-Sahara. Kasus di Nigeria ini mengemukakan kembali peringatan yang disampaikan WHO, bahwa virus itu dapat menjangkau hampir seluruh negara.

Juru bicara WHO, Christian Lindmeier, mengatakan bahwa pihaknya sedang bekerja untuk mencari laporan mengenai kasus sejumlah orang yang mengalami infeksi ulang, termasuk meninjau perihal bagaimana pengujian dilakukan.

Dia menambahkan, “Namun secara umum, seseorang yang terjangkit infeksi virus corona akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap virus, setidaknya untuk sementara.”

Misi WHO untuk Iran, negara yang hingga saat ini melaporkan sebanyak 388 kasus infeksi dan 34 kasus kematian, diharapkan untuk memulai kerja pada awal pekan depan.

Di Nigeria sendiri, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa seorang laki-laki asal Italia yang tiba di Nigeria pada tiga hari yang lalu telah menjadi pasien pertama kasus infeksi corona di wilayah Afrika.

Kemenkes Bantah 6 Kota Zona Kuning

Dari tanah air, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah informasi yang beredar tentang sejumlah kota yang disebut sebagai zona kuning penyebaran virus corona (Covid-19).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono memastikan informasi tersebut tidak benar. “Kemenkes tidak pernah keluarkan Zona Kuning perihal kewaspadaan atau kedarutan Covid-19,” ujar Anung, Jumat (28/2).

Adapun informasi yang dimaksud berbunyi, “Info kemkes 6 kota zona kuning corona: Medan, Batam, Jkt, Sby, Bali dan Manado. Sediakan masker di rumah dan hand sanitizer. Usahakan jangan dl ke tempat umum dan travelling.” Informasi itu beredar melalui pesan di WhatsApp Messenger

Dikonfirmasi secara terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan informasi itu tidak benar. Ia memastikan Kemenkes tidak pernah mengeluarkan informasi tersebut. Namun, Yuri menjelaskan, pemerintah memang meminta kewaspadaan pengawasan di enam kota itu.

“Kalau kota-kota itu, kita katakan harus ada kewaspadaan yang lebih tinggi sebagai pintu masuk (kunjungan dari berbagai negara). Itu terdapat bandara internasional juga pelabuhan,” ujar Achmad kepada Kompas.com.

Peningkatan kewaspadaan yang dimaksud pemerintah adalah untuk mencegah dan menangkal penyebaran virus corona. Adapun keenam kota itu adalah Medan, Jakarta, Batam, Surabaya, Bali dan Manado. “Bukan kemudian kotanya diwarnai kuning, merah, hijau enggak lah. Bukan juga kemudian seluruh masyarakat disuruh beli masker. Tetapi pengawasan yang lebih ketat dan peningkatan kewaspadaan,” tegas Achmad.

“Misalnya Batam, ada bandara internasional dan pelabuhan laut. Jakarta ada Tanjuk Priok banyak kapal dagang dari China, Korea. Juga Manado dan Bali menjadi destinasi wisata. Itu adalah titik bagaimana cegah tangkal harus diperkuat sebab itu pintu masuk negara,” tambah dia. (bbs/int)

DISINFEKSI: Seorang pekerja mendisinfeksi situs suci Masumeh Qom untuk mencegah penyebaran virus corona di Iran.  AFP/FARS NEWS AGENCY/MEHDI MARIZAD
DISINFEKSI: Seorang pekerja mendisinfeksi situs suci Masumeh Qom untuk mencegah penyebaran virus corona di Iran. AFP/FARS NEWS AGENCY/MEHDI MARIZAD

IRAN, SUMUTPOS.CO – Angka kematian akibat virus corona COVID-19 di negara Iran telah mencapai 26 orang, sementara jumlah penderita berada di angka 245 orang. Tingkat kematian di Iran akibat virus ini disebut yang tertinggi di dunia setelah Cina. Bahkan pasiennya adalah para pejabat tinggi negara, termasuk wakil presiden.

Jumlah penderita dan pasien meninggal akibat virus corona atau COVID-19 di Iran meningkat dalam waktu singkat. Diberitakan Reuters, Jumat (28/2), tingkat kematian virus corona di Iran mencapai 10 persen, dibandingkan dengan negara-negara lain yang hanya sekitar 3 persen. Padahal kasus pertama yang tercatat di Iran baru muncul pada 19 Februari lalu. Virus corona sendiri telah mewabah di China sejak Desember 2019.

Diberitakan Reuters, Jumat (28/2), pemerintah Iran mengambil langkah-langkah pencegahan menyusul penyebaran virus corona (COVID-19) yang masif di negara tersebut. Salahsatu langkahnya adalah meniadakan salat Jumat pekan ini.

Peniadaan salat Jumat dilakukan agar masyarakat tidak berkumpul di satu ruangan dalam satu waktu. Langkah ini diumumkan oleh pemerintah 23 kota di 31 provinsi Iran, termasuk di antaranya ibu kota Teheran dan kota suci Syiah, Qom.

Selain itu, Iran juga melarang warga China masuk ke negara mereka. Warga Iran juga diimbau untuk tidak bepergian dulu, baik di dalam maupun ke luar negeri.

Peningkatan jumlah penderita dan angka kematian di Iran sangat pesat, padahal kasus pertama baru tercatat pada 19 Februari lalu. “Dalam 24 jam terakhir, kami mengkonfirmasi ada 106 kasus baru. Angka kematian mencapai 26 orang,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Kianush Jahanpur.

Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki mengatakan ada larangan baru di Qom dan Mashhad, kota suci umat Syiah. Dalam larangan itu, peziarah di situs-situs suci diharapkan segera keluar setelah beribadah. “Dilarang berkumpul di dalam situs-situs,” kata Namaki.

Presiden Hassan Rouhani mengatakan pada Rabu lalu bahwa Iran tidak akan melakukan karantina dan isolasi terhadap kota-kota dengan penderita virus corona. Namun pemerintah Rouhani telah membatalkan beberapa turnamen olahraga, pagelaran budaya, dan konferensi dalam beberapa pekan ke depan.

Menurut Mike Ryan, kepala program darurat medis di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus corona menyebar pesat karena Iran sebelumnya tidak bisa mendeteksi penyakit ini. Dia juga menduga, infeksi virus corona di Iran bisa lebih luas lagi.

Kasus-kasus virus corona yang terdeteksi saat ini di Iran, kata Ryan, adalah kasus-kasus berat. Di masa mendatang, Ryan memprediksi akan muncul pada penderita virus corona dengan kasus-kasus ringan. “Saya tidak mencurigai hal ini berhubungan dengan penanganan klinis, tapi lebih kepada pengawasan,” kata Ryan.

Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan mereka akan mendatangkan 20 ribu alat pendeteksi virus corona dari China dan beberapa material medis lainnya pada Jumat ini. Dengan alat deteksi yang tepat, dikhawatirkan jumlah penderita akan semakin bertambah.

10 Negara Baru

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus virus corona jenis baru COVID-19 semakin menyebar dan bertambah ke 10 negara yang baru melaporkan adanya kasus untuk kali pertama. Artinya, sekurang-kurangnya 53 negara sudah terinfeksi. “Wabah virus corona ‘semakin besar’,” kata WHO.

Berdasarkan laporan situasi harian resmi WHO yang dikutip Jumat, total kasus COVID-19 secara global mencapai 83906 dengan 2,869 meninggal dengan 1612 penambahan kasus baru. Ke-10 negara baru yang terinfeksi COVID-19 adalah Brasil, Denmark, Estonia, Georgia, Yunani, Norwegia, Pakistan, Rumania, dan Makedonia Utara, plus Nigeria kemarin, yang mengonfirmasi kasus pertama di wilayah Afrika Sub-Sahara. Kasus di Nigeria ini mengemukakan kembali peringatan yang disampaikan WHO, bahwa virus itu dapat menjangkau hampir seluruh negara.

Juru bicara WHO, Christian Lindmeier, mengatakan bahwa pihaknya sedang bekerja untuk mencari laporan mengenai kasus sejumlah orang yang mengalami infeksi ulang, termasuk meninjau perihal bagaimana pengujian dilakukan.

Dia menambahkan, “Namun secara umum, seseorang yang terjangkit infeksi virus corona akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap virus, setidaknya untuk sementara.”

Misi WHO untuk Iran, negara yang hingga saat ini melaporkan sebanyak 388 kasus infeksi dan 34 kasus kematian, diharapkan untuk memulai kerja pada awal pekan depan.

Di Nigeria sendiri, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa seorang laki-laki asal Italia yang tiba di Nigeria pada tiga hari yang lalu telah menjadi pasien pertama kasus infeksi corona di wilayah Afrika.

Kemenkes Bantah 6 Kota Zona Kuning

Dari tanah air, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah informasi yang beredar tentang sejumlah kota yang disebut sebagai zona kuning penyebaran virus corona (Covid-19).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono memastikan informasi tersebut tidak benar. “Kemenkes tidak pernah keluarkan Zona Kuning perihal kewaspadaan atau kedarutan Covid-19,” ujar Anung, Jumat (28/2).

Adapun informasi yang dimaksud berbunyi, “Info kemkes 6 kota zona kuning corona: Medan, Batam, Jkt, Sby, Bali dan Manado. Sediakan masker di rumah dan hand sanitizer. Usahakan jangan dl ke tempat umum dan travelling.” Informasi itu beredar melalui pesan di WhatsApp Messenger

Dikonfirmasi secara terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan informasi itu tidak benar. Ia memastikan Kemenkes tidak pernah mengeluarkan informasi tersebut. Namun, Yuri menjelaskan, pemerintah memang meminta kewaspadaan pengawasan di enam kota itu.

“Kalau kota-kota itu, kita katakan harus ada kewaspadaan yang lebih tinggi sebagai pintu masuk (kunjungan dari berbagai negara). Itu terdapat bandara internasional juga pelabuhan,” ujar Achmad kepada Kompas.com.

Peningkatan kewaspadaan yang dimaksud pemerintah adalah untuk mencegah dan menangkal penyebaran virus corona. Adapun keenam kota itu adalah Medan, Jakarta, Batam, Surabaya, Bali dan Manado. “Bukan kemudian kotanya diwarnai kuning, merah, hijau enggak lah. Bukan juga kemudian seluruh masyarakat disuruh beli masker. Tetapi pengawasan yang lebih ketat dan peningkatan kewaspadaan,” tegas Achmad.

“Misalnya Batam, ada bandara internasional dan pelabuhan laut. Jakarta ada Tanjuk Priok banyak kapal dagang dari China, Korea. Juga Manado dan Bali menjadi destinasi wisata. Itu adalah titik bagaimana cegah tangkal harus diperkuat sebab itu pintu masuk negara,” tambah dia. (bbs/int)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/