30 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

USU Takut Minta Dana Hibah BUMN

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS USU: Gedung Pusat Administrasi Kampus USU di Jalan Dr Mansyur Medan.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
USU: Gedung Pusat Administrasi Kampus USU di Jalan Dr Mansyur Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Universitas Sumatera Utara (USU) sangat menyayangkan sikap Kejaksaan Agung yang mempermasalahkan hibah mobil listrik dari BUMN, khususnya bantuan buat pendanaan riset.

Hal itu dianggap dapat mematikan daya kreativitas dan inovasi anak bangsa, serta tidak pro akan eksplorasi produk ciptaan lokal. USU pun mulai takut untuk meminta dana hibah dari perusahaan milik negara.

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, Surya Tarmizi Kasim mengatakan, pada prinsipnya negara jangan mengada-ngada dengan meributkan dana penelitian mobil listrik yang diterima perguruan tinggi dari BUMN. Menurutnya inovasi belum ada ukuran standar dan memang membutuhkan biaya tidak sedikit guna melakukan riset.

Surya mengatakan, jika ada ketidakberesan anggaran berdasar temuan Kejagung, kiranya tatanan yang kurang pas tersebut bisa terlebih dahulu disempurnakan, bukan mempermasalahkan kebijakan soal pengembangan mobil listrik tersebut.

“Kita inikan negara besar, jika terdapat tatanan yang kurang kan bisa disempurnakan. Apalagi yang kita tahu biaya riset untuk sebuah inovasi memerlukan cost yang juga tinggi,” ujarnya kepada Sumut Pos, Sabtu (27/6) kemarin.

Surya khawatir, aliran dana dari BUMN ke sejumlah perguruan tinggi untuk mobil listrik ini dapat menyeret berbagai pihak di internal universitas. Padahal pihak penerima sejatinya tidak tahu menahu mengenai ihwal yang disoalkan tersebut. Pun begitu, secara pribadi, ia tidak takut bila bidikan mengarah ke sana, sebab pada prinsipnya apa yang mereka ciptakan tak lebih ingin memberikan kebanggaan pada terhadap karya yang mereka kerjakan.

“Dengan peristiwa begini, ke depan gak ada perguruan tinggi yang mau lagi meminta bantuan dari BUMN. Kita (USU, Red) jelas akan lebih proporsional,” ucapnya.

Demikian halnya dengan BUMN terkait, Surya menilai juga akan lebih berhati-hati bahkan tidak mau lagi memberi bantuan dana sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan. “Alhasil PTN yang awalnya giat mengembangkan mobil listrik, ke depan akan lebih berhati-hati lagi. Atau bahkan ogah meminta bantuan (donasi) dari instansi BUMN/BUMD. Tetapi pertanyaan lain muncul, kenapa ada BUMN tetapi tidak bisa membantu menjawab persoalan anak bangsa atau masyarakat?” ujar dia mempertanyakan.

USU, sebut Surya, memang kerap mengusulkan proposal bantuan ke beberapa instansi pemerintah guna membantu operasional tim dan perangkatnya dalam menciptakan sebuah karya. Khusus di Teknik Elektro, Tim Asatama merupakan suatu kebanggaan bagi internal USU dan masyarakat Sumut pada umumnya. “Sekarang ini kita masih bergeliat dengan riset mobil listrik kita. Sama seperti kita, Tim Horas USU juga tengah mempersiapkan diri untuk mentas di ajang internasional pada akhir tahun ini. Pertanyaan itu harusnya dibalik, bagaimana mau mengubah kondisi mobil listrik kalau hal-hal yang sebenarnya tidak jadi masalah justru dibuat masalah,” terangnya.

“Donasi yang didapat seperti tim Asatama USU berupa sumbangan. Tidak banyak-banyak. Ada yang Rp2,5 juta dari setiap BUMN. Apalagi menghadapi even tahun ini, kita jelas memerlukan biaya operasional seperti membeli tiket pesawat tim yang akan berangkat. Kata kunci kalau negara ini mau besar, maka dunia kreativitas itu harus diperlebar dan biayanya pun harus diperbesar. Karena habis kompetisi terus melakukan riset. Begitu seterusnya sehingga cost untuk riset begitu tinggi,” tambah Surya.

Apalagi sambung dia, untuk menjadi nomor satu tentu ada upaya mereka dilakukan. Di mana mobil listrik yang sebelumnya ada diharapkan lebih baik lagi kondisinya. “Lantas kalimat baik itu macemana mau diterjemahkan dalam bentuk uang? Tentukan sulit sekali. Engineering itukan bertujuan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Itulah tugas kami sebagai orang teknik,” jelasnya seraya  menilai, ke depan BUMN akan ogah memberi bantuan CSR kepada PTN yang mengembangkan mobil listrik seperti USU. (prn/rbb)

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS USU: Gedung Pusat Administrasi Kampus USU di Jalan Dr Mansyur Medan.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
USU: Gedung Pusat Administrasi Kampus USU di Jalan Dr Mansyur Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Universitas Sumatera Utara (USU) sangat menyayangkan sikap Kejaksaan Agung yang mempermasalahkan hibah mobil listrik dari BUMN, khususnya bantuan buat pendanaan riset.

Hal itu dianggap dapat mematikan daya kreativitas dan inovasi anak bangsa, serta tidak pro akan eksplorasi produk ciptaan lokal. USU pun mulai takut untuk meminta dana hibah dari perusahaan milik negara.

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, Surya Tarmizi Kasim mengatakan, pada prinsipnya negara jangan mengada-ngada dengan meributkan dana penelitian mobil listrik yang diterima perguruan tinggi dari BUMN. Menurutnya inovasi belum ada ukuran standar dan memang membutuhkan biaya tidak sedikit guna melakukan riset.

Surya mengatakan, jika ada ketidakberesan anggaran berdasar temuan Kejagung, kiranya tatanan yang kurang pas tersebut bisa terlebih dahulu disempurnakan, bukan mempermasalahkan kebijakan soal pengembangan mobil listrik tersebut.

“Kita inikan negara besar, jika terdapat tatanan yang kurang kan bisa disempurnakan. Apalagi yang kita tahu biaya riset untuk sebuah inovasi memerlukan cost yang juga tinggi,” ujarnya kepada Sumut Pos, Sabtu (27/6) kemarin.

Surya khawatir, aliran dana dari BUMN ke sejumlah perguruan tinggi untuk mobil listrik ini dapat menyeret berbagai pihak di internal universitas. Padahal pihak penerima sejatinya tidak tahu menahu mengenai ihwal yang disoalkan tersebut. Pun begitu, secara pribadi, ia tidak takut bila bidikan mengarah ke sana, sebab pada prinsipnya apa yang mereka ciptakan tak lebih ingin memberikan kebanggaan pada terhadap karya yang mereka kerjakan.

“Dengan peristiwa begini, ke depan gak ada perguruan tinggi yang mau lagi meminta bantuan dari BUMN. Kita (USU, Red) jelas akan lebih proporsional,” ucapnya.

Demikian halnya dengan BUMN terkait, Surya menilai juga akan lebih berhati-hati bahkan tidak mau lagi memberi bantuan dana sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan. “Alhasil PTN yang awalnya giat mengembangkan mobil listrik, ke depan akan lebih berhati-hati lagi. Atau bahkan ogah meminta bantuan (donasi) dari instansi BUMN/BUMD. Tetapi pertanyaan lain muncul, kenapa ada BUMN tetapi tidak bisa membantu menjawab persoalan anak bangsa atau masyarakat?” ujar dia mempertanyakan.

USU, sebut Surya, memang kerap mengusulkan proposal bantuan ke beberapa instansi pemerintah guna membantu operasional tim dan perangkatnya dalam menciptakan sebuah karya. Khusus di Teknik Elektro, Tim Asatama merupakan suatu kebanggaan bagi internal USU dan masyarakat Sumut pada umumnya. “Sekarang ini kita masih bergeliat dengan riset mobil listrik kita. Sama seperti kita, Tim Horas USU juga tengah mempersiapkan diri untuk mentas di ajang internasional pada akhir tahun ini. Pertanyaan itu harusnya dibalik, bagaimana mau mengubah kondisi mobil listrik kalau hal-hal yang sebenarnya tidak jadi masalah justru dibuat masalah,” terangnya.

“Donasi yang didapat seperti tim Asatama USU berupa sumbangan. Tidak banyak-banyak. Ada yang Rp2,5 juta dari setiap BUMN. Apalagi menghadapi even tahun ini, kita jelas memerlukan biaya operasional seperti membeli tiket pesawat tim yang akan berangkat. Kata kunci kalau negara ini mau besar, maka dunia kreativitas itu harus diperlebar dan biayanya pun harus diperbesar. Karena habis kompetisi terus melakukan riset. Begitu seterusnya sehingga cost untuk riset begitu tinggi,” tambah Surya.

Apalagi sambung dia, untuk menjadi nomor satu tentu ada upaya mereka dilakukan. Di mana mobil listrik yang sebelumnya ada diharapkan lebih baik lagi kondisinya. “Lantas kalimat baik itu macemana mau diterjemahkan dalam bentuk uang? Tentukan sulit sekali. Engineering itukan bertujuan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Itulah tugas kami sebagai orang teknik,” jelasnya seraya  menilai, ke depan BUMN akan ogah memberi bantuan CSR kepada PTN yang mengembangkan mobil listrik seperti USU. (prn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/