MEDAN, SUMUTPOS.CO – Fakultas Bahasa dan Komunikasi Universitas Harapan (UnHar) Medan melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan tajuk “Pemberdayaan Perempuan Etnis Melayu Deli Melalui Pelatihan Pembuatan Nasi Hadap- Hadapan”, baru-baru ini di Kelurahan Aur Kota Medan.
Pengbadian kepada masyarakat disebut merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari 3 fungsi utama perguruan tinggi atau yang dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dan dua fungsi utama perguruan tinggi lainnya adalah pengajaran dan penelitian.
Hal itulah yang diungkapkan langsung oleh penggagas dan ketua kegiatan tersebut sekaligus Dekan Fakultas Bahasa dan Komunikasi UNHAR Medan, Dr. Wan Anayati, M.A yang didampingi dengan dosen-dosen anggota, yakni Muhammad Kiki Wardana, S.S., M.A serta sejumlah mahasiswa sastra inggris FBK UNHAR.
Menurut Dr. Wan Anayati M.A, kegiatan ini bertujuan mulia, yaitu untuk memberdayakan perempuan etnis melayu deli yang tinggal di sekitar aliran sungai deli yang posisinya dekat dengan Istana Maimun.
“Kegiatan itu sudah kita lakukan. Mereka harus diberdayakan, tentunya dengan tetap mempertahankan kearifan lokal dari etnis melayu deli, dimana memang banyak warga etnis melayu deli di kampung aur,” ucap Dr. Wan Anayati kepada Sumut Pos, Jumat (28/6).
Dr. Wan Anayati juga mengatakan, pemilihan tema kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan usaha pelestarian kebudayaan melayu, terutama Melayu Deli. Dia mengatakan, bahwa Nasi ‘Hadap-hadapan’ adalah bagian sakral bagi pernikahan suku melayu.
“Nasi hadap-hadapan ini budaya asli suku Melayu Deli. Menariknya, banyak sekali masyarakat dari etnis lain yang juga sering melakukan upacara nasi hadap-hadapan ini kedalam pesta adat pernikahan mereka, seperti yang sering dilakukan oleh beberapa etnis lainnya. Artinya, keberadaan prosesi adat nasi hadap- hadapan telah menjadi hal yang universal dan diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujar Dr. Wan Anayati.
Kepada Sumut Pos, salah satu anggota pelaksana kegiatan, Muhammad Kiki Wardana, berharap bahwa perempuan-perempuan etnis melayu deli bisa kembali aktif dalam melestarikan budaya mereka dan memperkenalkannya ke masyarakat umum.
“Karena ternyata banyak dari mereka yang sudah tidak memahami tata cara pembuatan nasi hadap-hadapan dan makna dari prosesi nasi-hadap- hadapan itu sendiri. Tentu ini mulai memprihatinkan, kebudayaan yang sangat membanggakan ini haruslah dilestarikan dan tidak boleh punah,” terangnya.
Menurutnya, nasi hadap-hadapan bukan hanya hidangan yang disajikan suku melayu ketika pernikahan saja, tetapi banyak hal yang bisa dipelajari dan diteliti dari makna semiotiknya.
“Selain itu, tujuan lain dari pengabdian masyarakat ini juga harus selaras dengan Visi Misi Universitas Harapan Medan yang salah satunya adalah peran UnHar dalam mempromosikan kesetaraan gender di Sumatera Utara,” tutupnya. (map)