28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Sebelum Beraksi, Minta Izin Mencuri ke Istri

Foto: Bambang/PM Farida Sembiring, istri Fredy Ginting, pelaku pencuri lembu yang tewas dihakimi massa, bersama kedua anaknya di rumah yang mereka tempati, Jumat (28/11/2014).
Foto: Bambang/PM
Farida Sembiring, istri Fredy Ginting, pelaku pencuri lembu yang tewas dihakimi massa, bersama kedua anaknya di rumah yang mereka tempati, Jumat (28/11/2014).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Maling lembu, Fredy Ginting (34) -–bukan Senti seperti pemberitaan sebelumnya- yang tewas dimassa usai tertangkap mencuri lembu, ternyata sempat meminta izin mencuri kepada istrinya, sebelum beraksi. Istri Fredy, Farida br Sembiring (33) mengungkapkan hal itu, Jumat (28/11).

“Rabu kemarin dia pamit, katanya sekarang sudah naik harga-harga bahan pokok. Harga BBM dan elpiji juga naik. Dia mau ke kampung sebelah mau ambil lembu yang berkeliaran. Aku bilang sama dia jangan mencuri, bahaya kalau ketangkap. Tapi dia bilang biar aja,” beber Farida yang menetap di Jl. Wijaya Kusuma Gg. Madrasah, Kec. Binjai Utara itu.

Farida berusaha menahan suaminya dengan menarik baju Fredy. Dia juga sempat memegangi kaki suaminya agar tidak melanjutkam niatnya mencuri lembu. Namun sang suami sudah punya tekat bulat. Fredy juga seakan sudah tahu kematiannya, dengan meninggalkan pesan sebelum berangkat mencuri.

“Kalau nanti aku mati, kau asuh kedua anak kita. Kau kerjalah, cari kerja sana,” pesan Fredy, ditirukan Farida di RSU Pirngadi Medan, Jumat (28/11).

Benar saja, esoknya, Kamis (27/11), Farida dikabari tetangganya soal kematian Fredy. “Aku dikabari tetanggaku. Katanya, Bang Ginting meninggal dibakar orang dituduh curi lembu dia,” ujar Farida.

Diceritakan Farida, suaminya selama ini kerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan rata-rata Rp180 ribu per minggu dan biasanya uang tersebut langsung disetor padanya.

Setahunya, Fredy belum pernah terlibat pencurian. Begitu juga pengakuan Anita, kerabat Farida. “Aku kasihan liat keluarga Fredy, mereka meski miskin tapi gak dapat bantuan dari pemerintah setempat. Sampai-sampai nekat mencuri dia, karena anaknya butuh susu dan kami keluarga udah patungan belikan dia susu,” ujar Nita.

Senada juga disampaikan tetangga yang ikut menjemput jasad Fredy. “Dia sempat pinjam uang sama aku, katanya buat makan. Aku kasih Rp100 ribu, aku bilang pake aja jangan utang. Karena aku tau kondisinya cemana, sebulan gak ada proyek buat dikerjakan,” ujar Putra.

Farida sendiri tidak berharap hukum menindak massa yang membuat suaminya tewas. “Warga yang menyiksa dan membunuh suamiku itu gak perlu dilaporkan ke polisi. Karena mereka semua binatang, gak ada otaknya. Binatang gak perlu masuk sel, masuk kebun binatang aja,” amuk Farida sembari menangis.

Sementara, Farida kembali ditemui di rumah duka. “Sebenarnya tidak terima, apa lagi belum tentu dia yang sering melakukan pencurian di sana. Bisa saja orang lainkan,” terangnya, ditemani kedua anak kembarnya yang masih berusia 4 tahun ketika ditemui di rumah sewa yang baru dua minggu ditempatinya.

Foto: Bambang/PM Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.
Foto: Bambang/PM
Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.

Sembari terduduk lemas bersandar dinding dengan ditemani anak kembar hasil pernikahannya, Wahyudi (4) dan Wahyuni (4). “Sebulan sebelumnya memang kami sempat berkelahi. Baru seminggu ini saja kami rujukan kembali dan tinggal di rumah ini. Sebelum pergi meninggalkan rumah, memang dirinya sempat berpesan seperti itu,” ungkap wanita yang mengenakan selendang ini.

Malam itu, kenang dia, sebelum pamitan meninggalkan rumah, entah kenapa Fredy, memiliki gelagat aneh. Selain terus meminta maaf sembari menciumi si buah hati karena kerap berbuat kasar, Fredy juga juga sempat menitikkan air mata.

“Aku minta maaf atas semua kesalahanku sama kau. Kalau aku mati nanti, iklaskan aku. Aku benar-benar minta maaf,” kenang Safarida, mengulang perkataan Fredy, sesaat akan meninggalkan rumah.

Semasa hidup, menurut dia, pria yang menikahinya sekitar tahun 2009 ini memang dikenal ulet mencari rezeki dan bertanggung jawab meski terkadang kerap berbuat kasar.

“Kalau tidak percaya, coba tanya sana ama orang dikampungnya. Semua dikerjakan dia untuk menghidupi kami. Ada babat rumput dikerjakannya, jadi kuli bangunan dikerjakanya, pokoknya semua dia kerjakan untuk menghidupi anak-anak,” papar dia, terlihat dengan mata sembab.

Kini Safarida, harus rela membanting tulang sendiri untuk menghidupi kedua anaknya yang masih kecil-kecil. “Ya, kerja apa aja yang penting bisa hiduplah demi anak-anak,” lirihnya. (mri/bam/bay/trg)

Foto: Bambang/PM Farida Sembiring, istri Fredy Ginting, pelaku pencuri lembu yang tewas dihakimi massa, bersama kedua anaknya di rumah yang mereka tempati, Jumat (28/11/2014).
Foto: Bambang/PM
Farida Sembiring, istri Fredy Ginting, pelaku pencuri lembu yang tewas dihakimi massa, bersama kedua anaknya di rumah yang mereka tempati, Jumat (28/11/2014).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Maling lembu, Fredy Ginting (34) -–bukan Senti seperti pemberitaan sebelumnya- yang tewas dimassa usai tertangkap mencuri lembu, ternyata sempat meminta izin mencuri kepada istrinya, sebelum beraksi. Istri Fredy, Farida br Sembiring (33) mengungkapkan hal itu, Jumat (28/11).

“Rabu kemarin dia pamit, katanya sekarang sudah naik harga-harga bahan pokok. Harga BBM dan elpiji juga naik. Dia mau ke kampung sebelah mau ambil lembu yang berkeliaran. Aku bilang sama dia jangan mencuri, bahaya kalau ketangkap. Tapi dia bilang biar aja,” beber Farida yang menetap di Jl. Wijaya Kusuma Gg. Madrasah, Kec. Binjai Utara itu.

Farida berusaha menahan suaminya dengan menarik baju Fredy. Dia juga sempat memegangi kaki suaminya agar tidak melanjutkam niatnya mencuri lembu. Namun sang suami sudah punya tekat bulat. Fredy juga seakan sudah tahu kematiannya, dengan meninggalkan pesan sebelum berangkat mencuri.

“Kalau nanti aku mati, kau asuh kedua anak kita. Kau kerjalah, cari kerja sana,” pesan Fredy, ditirukan Farida di RSU Pirngadi Medan, Jumat (28/11).

Benar saja, esoknya, Kamis (27/11), Farida dikabari tetangganya soal kematian Fredy. “Aku dikabari tetanggaku. Katanya, Bang Ginting meninggal dibakar orang dituduh curi lembu dia,” ujar Farida.

Diceritakan Farida, suaminya selama ini kerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan rata-rata Rp180 ribu per minggu dan biasanya uang tersebut langsung disetor padanya.

Setahunya, Fredy belum pernah terlibat pencurian. Begitu juga pengakuan Anita, kerabat Farida. “Aku kasihan liat keluarga Fredy, mereka meski miskin tapi gak dapat bantuan dari pemerintah setempat. Sampai-sampai nekat mencuri dia, karena anaknya butuh susu dan kami keluarga udah patungan belikan dia susu,” ujar Nita.

Senada juga disampaikan tetangga yang ikut menjemput jasad Fredy. “Dia sempat pinjam uang sama aku, katanya buat makan. Aku kasih Rp100 ribu, aku bilang pake aja jangan utang. Karena aku tau kondisinya cemana, sebulan gak ada proyek buat dikerjakan,” ujar Putra.

Farida sendiri tidak berharap hukum menindak massa yang membuat suaminya tewas. “Warga yang menyiksa dan membunuh suamiku itu gak perlu dilaporkan ke polisi. Karena mereka semua binatang, gak ada otaknya. Binatang gak perlu masuk sel, masuk kebun binatang aja,” amuk Farida sembari menangis.

Sementara, Farida kembali ditemui di rumah duka. “Sebenarnya tidak terima, apa lagi belum tentu dia yang sering melakukan pencurian di sana. Bisa saja orang lainkan,” terangnya, ditemani kedua anak kembarnya yang masih berusia 4 tahun ketika ditemui di rumah sewa yang baru dua minggu ditempatinya.

Foto: Bambang/PM Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.
Foto: Bambang/PM
Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.

Sembari terduduk lemas bersandar dinding dengan ditemani anak kembar hasil pernikahannya, Wahyudi (4) dan Wahyuni (4). “Sebulan sebelumnya memang kami sempat berkelahi. Baru seminggu ini saja kami rujukan kembali dan tinggal di rumah ini. Sebelum pergi meninggalkan rumah, memang dirinya sempat berpesan seperti itu,” ungkap wanita yang mengenakan selendang ini.

Malam itu, kenang dia, sebelum pamitan meninggalkan rumah, entah kenapa Fredy, memiliki gelagat aneh. Selain terus meminta maaf sembari menciumi si buah hati karena kerap berbuat kasar, Fredy juga juga sempat menitikkan air mata.

“Aku minta maaf atas semua kesalahanku sama kau. Kalau aku mati nanti, iklaskan aku. Aku benar-benar minta maaf,” kenang Safarida, mengulang perkataan Fredy, sesaat akan meninggalkan rumah.

Semasa hidup, menurut dia, pria yang menikahinya sekitar tahun 2009 ini memang dikenal ulet mencari rezeki dan bertanggung jawab meski terkadang kerap berbuat kasar.

“Kalau tidak percaya, coba tanya sana ama orang dikampungnya. Semua dikerjakan dia untuk menghidupi kami. Ada babat rumput dikerjakannya, jadi kuli bangunan dikerjakanya, pokoknya semua dia kerjakan untuk menghidupi anak-anak,” papar dia, terlihat dengan mata sembab.

Kini Safarida, harus rela membanting tulang sendiri untuk menghidupi kedua anaknya yang masih kecil-kecil. “Ya, kerja apa aja yang penting bisa hiduplah demi anak-anak,” lirihnya. (mri/bam/bay/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/