MEDAN-Cakupan imunisasi di Sumut masih terbilang rendah, apalagi jika dibandingkan standard Kemenkes RI sebesar 80 persen. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumut menyebutkan sepanjang tahun 2012 dari perkiraan jumlah bayi yang dilahirkan sebanyak 299.299 yang mengikuti imunisasi Hepatitis B bagi bayi berusia 0 sampai 7 hari, hanya 231.767 bayi atau 77,5 persen.
Rendahnya capaian tersebut, dikarenakan masyarakat belum mengerti apa itu imunisasi dan belum memahami keuntungan dari imunisasi. Hal ini disampaikan oleh Kasi Bimbingan Pengendalain Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, Suhadi SKM,Mkes, Jumat (28/3).
Padahal, lanjutnya, dengan biaya imunisasi yang hanya Rp100 ribu, masyarakat diibaratkan akan memperolah keuntungan mencapai Rp50 juta. “Misalnya dengan vaksin imunisasi lengkap untuk anak seperti Dipteri, Tetanus, Hepatitis B, Campak, Polio dan Tuberkulosis (TB) yang hanya mengeluarkan Rp100 ribu, maka masyarakat dapat melindungi anak dari banyak penyakit maka untung hingga jutaan rupiah sampai Rp50 juta,” ujarnya.
“Bila seorang anak mengalami Dipteri dan terlambat untuk ditangani, tambahnya, kemungkinan 75 persen bisa meninggal. Begitu juga anak yang mengalami Polio dan terlambat ditangani maka 90 persen kemungkinan bisa menyebabkan si anak meninggal,” katanya.
Dinkes Sumut, lanjutnya, hanya melakukan bimbingan pembinaan dan pengendalian karena yang mempunyai Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah kabupaten/kota.
“Kita juga melakukan sosialisasi kepada pemangku kebijakan di kabupaten/kota dan melakukan pelatihan, on the job training,” kata Suhadi. Dijelaskannya lagi, beberapa manfaat imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati.
Selanjutnya, imunisasi Polio untuk mencegah virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. ‘’Sedangkan manfaat imunisasi BCG yaitu mencegah tuberkulosis paru, radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan. Imunisasi DPT untuk mencegah terjadinya Difteri, Pertusis dan Tetanus,” katanya.
Penyakit Difteri, lanjutnya, dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan pernafasan serta mengeluarkan racun yang dapat melemahkan otot jantung. Kalau penyakit Pertusisnya berat bisa menyebabkan terjadinya pneumonia.
“Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas. Kalau penyakit campak berat dapat mengakibatkan radang paru berat , diare atau bisa menyerang otak,” ujarnya.
Suhadi juga menerangkan capaian imunisasi untuk 33 kabupaten/kota di Sumut tahun 2012 yaitu untuk Hepatitis B 231.767 (77,5 persen), BCG sebanyak 284.833 (96,1 persen), Polio 1 sebanyak 292.876 bayi (97,9 persen). Untuk imunisasi DPT/HB 1 ada 288.126 bayi (96,3 persen), Polio 2 sebanyak 285.924 (96,6 persen), DPT/HB 2 sebanyak 280.738 yang dimunisasi (93,8 persen) dan Polio 3 sebanyak 280.780 yang dimunisasi (93,8 persen).
Menanggapi hal ini, Staf Bidang Wabah dan Bencana Program Imunisasi, Heti Sulistyowati SKM menambahkan bahwa bayi harus diimunisasi secara teratur, karena kalau tidak dapat menyebabkan kekebalan sang anak tidak baik.
“Ada bayi yang diimunisasi di polio 1 tetapi tidak diimunisasi di polio 2 atau namanya drop out atau tidak datang di pemberian dosis berikutnya, maka akan menyebabkan kekebalan tubuh si anak tidak maksimal. Untuk itu imunisasi rutin baik dilakukan,” katanya. (mag-13)