BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Kekerasan terhadap wartawan dialami Budi Hariadi (38), wartawan senior harian Posmetro Medan. Ia dianiaya dan diancam bunuh oleh pengusaha dan pengawas judi di areal lokasi judi tembak ikan, Komplek Brayan Trade Center, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhandeli, Kamis (28/3) pukul 13.30 WIB.
Kasus itu telah dilaporkan wartawan yang menetap di Jalan Tanjung Bunga, Kelurahan Sudirejo, Kecamatan Medan Kota ke Mapolsek Medan Labuhan, dengan nomor LP/198/III/SU/2019/PEL-BELAWAN/SEK-MEDAN LABUHAN.
Menurut Budi, dirinya ingin mengonfirmasi soal isu keberadaan judi ke areal tersebut. Setiba di lokasi, Budi masuk ke lokasi judi di areal pertokoan dua pintu. Di dalam, ia bertemu dengan pria bermata sipit diketahui bernama Ationg.
Ia pun memperkenalkan diri sebagai wartawan yang ingin konfirmasi soal informasi judi. “Aku jumpa sama si Ationg itu. Kubilang aku wartawan, mau konfirmasi. Si Ationg membawa aku ke belakang arena judi,” kata Budi.
Di area belakang, ia dipertemukan dengan seorang pria berbadan tegap berambut cepak yang sedang duduk di kantin. Pria cepak itu ternyata pengawas judi di lokasi itu. Si pengawas lantas menanyakan jati dirinya, dengan meminta kartu pers dan KTP.
“Waktu KTP dan kartu pers aku diambil, mereka memfoto kartu aku, sambil mengancam akan membunuh aku dan keluarga aku. Bahkan mereka bilang, jangan macam-macam kau, nanti bisa dipecat dari wartawan,” beber pria berusia 38 tahun menirukan ancaman pengawas lokasi judi tersebut.
Setelah itu, kartu pers dan KTP pun dipulangkan mereka. Ia beranjak dari belakang menuju keluar melewati area perjudian ikan di ruko itu. Kesempatan itulah dimanfaatkannya untuk mengambil foto sambil berjalan keluar.
Tak disangka, Ationg dan pria berbadan tegap melihat pengambilan foto itu. Si pria tegap itu langsung menarik handphone nya sambil membawa ia ke belakang arena lokasi judi tadi. Lantas, data di handphone itu dihapus oleh mereka. Selanjutnya si Ationg tiba-tiba mulai memukulnya.
Aksi Ationg diikuti pria tegap lainnya yang diperkirakan berjumlah 8 orang. Budi pun dipukuli hingga babak belur.
“Ketika si Ationg mulai mukuli aku, yang lain ikut mukul. Aku dihajar pakai bangku, gelas, dan dipijak-pijak mereka. Ibu yang jaga kantin itu sampai menjerit melihat aku dipukuli,” cerita Budi saat membuat laporan di kantor polisi.
Setelah babak belur dianiaya, hapenya yang dirusak dengan cara dicelupkan ke air, dipulangkan. Dan ia diperintahkan pulang. “Pas aku pulang, sempat dibilang mereka jangan takut hape kau rusak. Nanti bisa diganti,” ungkap Budi menirukan ucapan mereka.
Kanit Reskrim Polsek Medan Labuhan, Iptu Bonar Pohan mengatakan, pihaknya akan memproses kasus penganiayaan tersebut. Kini, korban telah diperiksa dan segera ditingkatan untuk proses lanjutan.
“Ini atensi, setelah pemberkasan dan keterangan sudah cukup, kita akan segera lakukan penangkapan terhadap pelaku,” katanya. (fac)