MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Toba Pulp Lestari (TPL), siap bersikap lebih friendly kepada masyarakat. Ribuan tamu silih berganti diterima berkunjung ke lokasi pabrik. Selaku tuan rumah, perusahaan yang memproduksi bubur kertas (pulp) ini memperkenalkan eukaliptus sebagai tanaman utama sumber kertas, yang bisa dipanen dalam usia 5 tahun. Tak hanya lokal, tamu dari luar negeri pun datang mempelajarinya.
“Saat ini PT TPL terbuka dengan semua pihak yang memerlukan informasi, sekaitan kinerja perusahaan. Ribuan tamu dari berbagaia datang ke lokasi pabrik. Siswa SMA pun kita terima. Bahkan kita banyak menerima tamu dari eksternal yang ingin melihat bagaimana soal penanaman pohon eukaliptus yang kami lakukan. Seperti dari mahasiswa dari luar negeri, Ceko. Mereka datang untuk melihat bagaimana pohon eukaliptus sudah siap ditebang pada usia 5 tahun si areal HTI kita,” kata Manager Corporate Communication (Corcom) PT TPL, Norma Hutajulu, saat berkunjung ke kantor redaksi Sumut Pos, gedung Graha Pena Jalan SM Raja, Medan, Jumat (29/3). Norma didampingi staf Corcom, Dedy Armaya, Juliandri Hutabarat, dan Natalia Pangaribuan.
Menurut Norma, bersikap friendly menjadi roadmap kerja PT TPL tahun 2019. “Perusahaan siap lebih terbuka untuk diskusi dengan semua pihak. Kini tagline nya TPL itu friendly dengan lingkungan, masyarakat dan pemerintah,” kata Norma. Sikap friendly itu juga untuk mengubah stigma yang berkembang di masyarakat, bahwa pemilik konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 185.016 hektar di Sumut itu telah melakukan pembalakan hutan di kawasan Tapanuli.
“Padahal, kita hanya panen kayu di lokasi HTI dan Perkebunan Kayu Rakyat (PKR). Dari 185.016 hektare areal konsesi yang ijinnya diberikan oleh Pemerintah melalui SK Menteri Kehutanan no 179 tahun 2017 (Nomor SK.179/Menlhk/Setjen/HPL.0/4/2017, TPL saat ini hanya menggunakan sekira 40 persen saja. Atau sekitar 0,03 persen dari seluruh lahan hutan di Sumatera Utara,” kata Juliandri Hutabarat menambahkan.
Dan dalam mendukung program pemerintah mengembangkan kawasan wisata Danau Toba, TPL siap melepas sebagian lahan konsesi bila diminta. Itu untuk membuktikan bahwa perusahaan global penghasil pulp dengan kapasitas produksi 240 ribu ton per tahun tersebut, bekerja sesuai koridor dan mementingkan lingkungan.
“TPL sangat komit menjaga kelestarian lingkungan. Di areal HTI kita, selalu ada green belt yang dibangun berbatasan dengan hutan alam. Kita uga selalu menjaga areal konservasi di hutan yang menjadi lahan konsesi kita. Bahkan, ada areal yang sempat dijadikan objek destinasi wisata pada 2 tahun lalu. Di lokasi air terjun di kawasan Aek Nauli. Tapi karena penjaga hutan jadi kerepotan menjaga tamu, akhirnya sekarang hanya dibuka untuk tamu khusus saja,” kata Dedy Armaya, staf Corcom.
Sebagai perusahaan yang memiliki visi menjadi salahsatu perusahaan yang berbasis sumber daya yang berkelanjutan terbesar, TPL memberikan nilai lebih kepada masyarakat dengan memberdayakan masyarakat lokal.
“Di operasional TPL, kita memberdayakan masyarakat lokal. Karyawan PT TPL itu hanya 1.050 orang. Namun karyawan mitra dan badan usaha yang bekerja sama dengan TPL mencapai 7.700 orang,” katanya.
Selain itu, TPL juga membina Perkebunan Kayu Rakyat (PKR), dengan target tahun ini mencapai 100 ribu hektare. Untuk menjadi mitra TPL, teknisnya warga yang memiliki lahan minimal 2 hektare, mengajukan kerjasama ke TPL. Nantinya, TPL yang memberi bibit, pupuk, dan penyemprotan. “Tapi pekerjanya pihak petani, dengan perjanjian bagi hasil yang sudah ditetapkan,” sebutnya.
Ditanya mengenai penyebab longsor di Jembatan Siduadua, Parapat, Simalungun, Sumut yang terjadi berulang-ulang pada akhir tahun 2018 hingga awal tahun 2019, Juliandri Hutabarat menjelaskan, informasinya tahun 1990 lalu hutan di atas jembatan telah ditanami pihak Dinas PU yang membangun jembatan, dengan tanaman pinus. Alasannya, pihak dinas PU paham bahwa kawasan tersebut rawan longsor. Terutama karena ada mata air di lokasi tersebut.
“Hutan itu dikenal sebagai hutan PU. Namun seiring perjalanan waktu, terjadi perubahan status tanah dengan keluarnya berbagai peraturan soal areal hutan. Akhirnya kawasan itu menjadi status quo. Mulailah masyarakat setempat melakukan pembalakan liar. Hingga terjadilah longsor. Sekarang, TPL termasuk salahsatu yang peduli untuk melakukan penanaman kembali areal itu,” ungkapnya.
Kunjungan pihak TPL diterima pemimpin redaksi harian Sumut Pos, Dame Ambarita, didampingi Manager Iklan Asih Astuti dan staf Iklan Nita Febrianty. Kunjungan diakhiri dengan foto bersama. (dvs)