30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Perempuan Sukses Bukan karena Emansipasi

Dari Diskusi Peringatan Hari Kartini di Fakultas Ilmu Budaya USU

Emansipasi atau penyetaraan antara derajat wanita dengan laki-laki bukan lagi menjadi isu utama dalam setiap momentum peringatan hari Kartini yang jatuh pada 21 April setiap tahunnya.

INDRA JULI, Medan

Setidaknya hal itu yang coba dibangun Bidang Pemberdayaan Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam (PP HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) lewat kegiatan peringatan Hari Kartini di taman FIB, Selasa (27/4). Dalam hal ini panitia dilakoni seluruhnya oleh mahasiswi yang mengenakan  kebaya sebagai simbol feminismen

Sebagai kaum hawa, panitia sukses memperlihatkan kreatifitasnya dalam merangkul Pemerintahan Mahasiswa (Pema) FIB USU, Generasi Muda Pencinta Alam FIB USU, dan Teater O USU, yang juga didukung Pemerintah Kota (Pemko) Medan dalam menggelar diskusi memperingati Pahlawan Emansipasi Wanita itu. Pemahaman akan perjuangan Raden Ajeng Kartini akan kesetaraan antara pria dan wanita di muka bumi.

Seperti yang dinyatakan Elvi Sumanti SS MHum, staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), bahwasanya Kartini masa kini dituntut untuk lebih banyak berbuat sesuai kodrat dan fitrahnya sebagai perempuan, istri atau sebagai ibu. Lebih jauh, mantan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya itu mengatakan, bahwa kesuksesan wanita bukan karena emansipasi yang di tunjukkannya, tetapi dari kinerja dan kerja kerasnya.

“Suksesnya seorang perempuan itu bukan karena emansipasi, tapi lebih karena kita kerja keras melebihi dari apa yang dikerjakan oleh sesama wanita lainnya bahkan lebih dari laki-laki tanpa menafikan kodrat dan tanggungjawabnya pada keluarga,” ucapnya.

Sementara itu, pengajar senior di FIB USU, DR Pujiati mengakui Kartini termasuk wanita hebat yang yang sejajar dengan perempuan perempuan pengubah dunia lainnya. Sehingga ia mendapat penghormatan dari Negara Keasatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai pahlawan nasional.

“Momentum luar biasa didapat bangsa Indonesia ketika Kartini lahir dan tumbuh, sebab disaat kita sedang dijajah bangsa asing yang notabene bangsa asing itu tak mengakui wanita juga harus mendapat tempat yang sejajar dengan pria dalam berbagai bidang, Kartini lahir dan memengaruhi pandangan wanita di Belanda akan dirinya dan kedudukannya dalam kelas sosial masyarakat,” ungkapnya.

Mantan Ketua Korps HMI-Wati Cabang Medan ini juga menyebut bahwa dalam Islam peranan wanita tidak hanya dijamin kemerdekaannya juga dimuliakan. Ia lalu mengutip sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan keberhasilan seorang pria tak lepas dari pendidikan yang ia terima dari ibunya. Lebih tegas ia mengungkapkan, dalam Al-quran tercatat di surat Annisa, Allah SWT telah menempatkan wanita sebagai makhluk yang sangat disayanginya.

Terkait kesuksesan wanita di masa kini, Puji mengajak peserta diskusi yang terdiri dari mahasiswa perempuan dari berbagai organisasi yang ada di USU itu untuk memiliki KSV, yaitu Knowledge, Skill, dan Value. “Kalau di Indonesiakan menjadi, memiliki ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai tawar,” ucapnya.

Ketua panitia diskusi tersebut, Sophia Mastura mengakui saat ini apatisme terkait permasalahan lingkungan dan sekitarnya terutama persoalan politik dan sosial, memenjara sebagian besar mahasiswa perempuan yang ada di FIB USU. “Sehingga keterlibatan mereka dalam kegiatan kemahasiswaan sangat minim, maka dengan memperingati harti kartini ini kita ingin lebih jauh mengajak kawan-kawan mahasiswa cewek untuk lebih banyak berbuat,” ucapnya.

Diskusi dengan tema perempuan dalam bingkai kemerdekan ini juga di hadiri Pembantu dekan II FIB USU, Yudi Adrian M.Hum serta sejumlah aktivis mahasiswa perempuan USU (*)

Dari Diskusi Peringatan Hari Kartini di Fakultas Ilmu Budaya USU

Emansipasi atau penyetaraan antara derajat wanita dengan laki-laki bukan lagi menjadi isu utama dalam setiap momentum peringatan hari Kartini yang jatuh pada 21 April setiap tahunnya.

INDRA JULI, Medan

Setidaknya hal itu yang coba dibangun Bidang Pemberdayaan Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam (PP HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) lewat kegiatan peringatan Hari Kartini di taman FIB, Selasa (27/4). Dalam hal ini panitia dilakoni seluruhnya oleh mahasiswi yang mengenakan  kebaya sebagai simbol feminismen

Sebagai kaum hawa, panitia sukses memperlihatkan kreatifitasnya dalam merangkul Pemerintahan Mahasiswa (Pema) FIB USU, Generasi Muda Pencinta Alam FIB USU, dan Teater O USU, yang juga didukung Pemerintah Kota (Pemko) Medan dalam menggelar diskusi memperingati Pahlawan Emansipasi Wanita itu. Pemahaman akan perjuangan Raden Ajeng Kartini akan kesetaraan antara pria dan wanita di muka bumi.

Seperti yang dinyatakan Elvi Sumanti SS MHum, staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), bahwasanya Kartini masa kini dituntut untuk lebih banyak berbuat sesuai kodrat dan fitrahnya sebagai perempuan, istri atau sebagai ibu. Lebih jauh, mantan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya itu mengatakan, bahwa kesuksesan wanita bukan karena emansipasi yang di tunjukkannya, tetapi dari kinerja dan kerja kerasnya.

“Suksesnya seorang perempuan itu bukan karena emansipasi, tapi lebih karena kita kerja keras melebihi dari apa yang dikerjakan oleh sesama wanita lainnya bahkan lebih dari laki-laki tanpa menafikan kodrat dan tanggungjawabnya pada keluarga,” ucapnya.

Sementara itu, pengajar senior di FIB USU, DR Pujiati mengakui Kartini termasuk wanita hebat yang yang sejajar dengan perempuan perempuan pengubah dunia lainnya. Sehingga ia mendapat penghormatan dari Negara Keasatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai pahlawan nasional.

“Momentum luar biasa didapat bangsa Indonesia ketika Kartini lahir dan tumbuh, sebab disaat kita sedang dijajah bangsa asing yang notabene bangsa asing itu tak mengakui wanita juga harus mendapat tempat yang sejajar dengan pria dalam berbagai bidang, Kartini lahir dan memengaruhi pandangan wanita di Belanda akan dirinya dan kedudukannya dalam kelas sosial masyarakat,” ungkapnya.

Mantan Ketua Korps HMI-Wati Cabang Medan ini juga menyebut bahwa dalam Islam peranan wanita tidak hanya dijamin kemerdekaannya juga dimuliakan. Ia lalu mengutip sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan keberhasilan seorang pria tak lepas dari pendidikan yang ia terima dari ibunya. Lebih tegas ia mengungkapkan, dalam Al-quran tercatat di surat Annisa, Allah SWT telah menempatkan wanita sebagai makhluk yang sangat disayanginya.

Terkait kesuksesan wanita di masa kini, Puji mengajak peserta diskusi yang terdiri dari mahasiswa perempuan dari berbagai organisasi yang ada di USU itu untuk memiliki KSV, yaitu Knowledge, Skill, dan Value. “Kalau di Indonesiakan menjadi, memiliki ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai tawar,” ucapnya.

Ketua panitia diskusi tersebut, Sophia Mastura mengakui saat ini apatisme terkait permasalahan lingkungan dan sekitarnya terutama persoalan politik dan sosial, memenjara sebagian besar mahasiswa perempuan yang ada di FIB USU. “Sehingga keterlibatan mereka dalam kegiatan kemahasiswaan sangat minim, maka dengan memperingati harti kartini ini kita ingin lebih jauh mengajak kawan-kawan mahasiswa cewek untuk lebih banyak berbuat,” ucapnya.

Diskusi dengan tema perempuan dalam bingkai kemerdekan ini juga di hadiri Pembantu dekan II FIB USU, Yudi Adrian M.Hum serta sejumlah aktivis mahasiswa perempuan USU (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/