25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

PRT Tunarungu Disiksa Majikan

MEDAN- Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin itu pepatah yang tepat bagi Yani (15), seorang pembantu tuna rungu dan tuna wicara yang selalu mendapat perlakuan kasar dari majikannya, pasangan Nurliah Br Tambunan dan Dr M Sagala yang beralamat di Jalan Merpati 1 No 155, Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Rabu (27/4) sekira pukul 10.00 WIB, gadis sebatang kara ini mengadukan perbuatan yang selama ini dirasakannya kepada tetangga di sekitar tempatnya bekerja yakni, Yanti. Kemudian Yani meminta Yanti untuk mengantarkannya ke rumah seorang warga yakni, M Hutabarat. Diantarkan lah Yani ke tempat M Hutabarat.

Dengan M Hutabarat dan Yanti, Yani menceritakan prilaku majikannya, khususnya Nurliah Br Tambunan yang sering menyiksanya.
“Mungkin dia (Yani, red) sudah tidak tahan lagi. Makanya dia menceritakan ini dengan menggunakan bahasa tubuh,” ujar M Hutabarat yang dikonfirmasi Sumut Pos, Jum’at (29/4).

Sementara itu, Yani yang ditemui Sumut Pos di rumah Muhammad Syofyan dan Asriani, tokoh masyarakat setempat, dengan bahasa tubuh mencoba memperagakannya. Ketika dia menyapu, terkadang kepalanya dipukul. Bukan hanya di situ, tak jarang dirinya ditampar sang majikan. Rambutnya pun sering dijambak, bahkan wajahnya dicakar.

Asriani sendiri menceritakan, perbuatan itu sering dilihat warga sekitar. Tapi anehnya, tetap saja kelakuan dari si majikan khususnya Nurliah Tambunan tidak berubah. “Saya memang tidak pernah melihat langsung, tapi banyak warga yang sudah pernah melihat langsung,” ungkapnya.

Ditambahkannya, sejak kejadian itu, Yani telah dua hari ini menginap di rumah M Sofyan dan Asriani yang notabene hanya berselang tiga rumah dari rumah majikannya. Yani sendiri, saat ditanya apakah dirinya bersedia kembali bekerja dengan majikannya, Yani menjawab dengan cara menggelengkan kepalanya.

“Kemarin malam, kami semua warga sekitar telah mengajak Nurliah dan M Sagala untuk mencari jalan keluar persoalan ini. Tapi, majikan itu arogan dan menyatakan, persoalan ini tidak perlu dibesar-besarkan. Dan kata mereka, ini persoalan biasa,” kata Asriani dan M Hutabarat.

Untuk mempertanyakan kebenaran berita itu, Sumut Pos berupaya mengkonfirmasi ke pihak majikan. Sayangnya, baik Nurliah maupun M Sagala tidak berada di tempat. Akhirnya Sumut Pos ditemui Wina, anak kedua pasangan Nurliah dan M Sagala. Sayangnya, Wina juga tidak menunjukkan itikad baik untuk memberi keterangan.

“Nanti ya kalau mau wawancara, nunggu orangtua saya pulang kerja,” katanya sembari menutup pintu beranda rumahnya dan meninggalkan wartawan koran ini.

Sementara Lurah Kenangan Baru Irawadi Harahap berjanji akan mempertanyakan motif penyiksaan tersebut dan bagaimana persoalan gaji serta hal-hal lainnya. “Kita akan mendatangi majikannya, akan kita pertanyakan itu semua,” ungkapnya. (ari)

MEDAN- Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin itu pepatah yang tepat bagi Yani (15), seorang pembantu tuna rungu dan tuna wicara yang selalu mendapat perlakuan kasar dari majikannya, pasangan Nurliah Br Tambunan dan Dr M Sagala yang beralamat di Jalan Merpati 1 No 155, Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Rabu (27/4) sekira pukul 10.00 WIB, gadis sebatang kara ini mengadukan perbuatan yang selama ini dirasakannya kepada tetangga di sekitar tempatnya bekerja yakni, Yanti. Kemudian Yani meminta Yanti untuk mengantarkannya ke rumah seorang warga yakni, M Hutabarat. Diantarkan lah Yani ke tempat M Hutabarat.

Dengan M Hutabarat dan Yanti, Yani menceritakan prilaku majikannya, khususnya Nurliah Br Tambunan yang sering menyiksanya.
“Mungkin dia (Yani, red) sudah tidak tahan lagi. Makanya dia menceritakan ini dengan menggunakan bahasa tubuh,” ujar M Hutabarat yang dikonfirmasi Sumut Pos, Jum’at (29/4).

Sementara itu, Yani yang ditemui Sumut Pos di rumah Muhammad Syofyan dan Asriani, tokoh masyarakat setempat, dengan bahasa tubuh mencoba memperagakannya. Ketika dia menyapu, terkadang kepalanya dipukul. Bukan hanya di situ, tak jarang dirinya ditampar sang majikan. Rambutnya pun sering dijambak, bahkan wajahnya dicakar.

Asriani sendiri menceritakan, perbuatan itu sering dilihat warga sekitar. Tapi anehnya, tetap saja kelakuan dari si majikan khususnya Nurliah Tambunan tidak berubah. “Saya memang tidak pernah melihat langsung, tapi banyak warga yang sudah pernah melihat langsung,” ungkapnya.

Ditambahkannya, sejak kejadian itu, Yani telah dua hari ini menginap di rumah M Sofyan dan Asriani yang notabene hanya berselang tiga rumah dari rumah majikannya. Yani sendiri, saat ditanya apakah dirinya bersedia kembali bekerja dengan majikannya, Yani menjawab dengan cara menggelengkan kepalanya.

“Kemarin malam, kami semua warga sekitar telah mengajak Nurliah dan M Sagala untuk mencari jalan keluar persoalan ini. Tapi, majikan itu arogan dan menyatakan, persoalan ini tidak perlu dibesar-besarkan. Dan kata mereka, ini persoalan biasa,” kata Asriani dan M Hutabarat.

Untuk mempertanyakan kebenaran berita itu, Sumut Pos berupaya mengkonfirmasi ke pihak majikan. Sayangnya, baik Nurliah maupun M Sagala tidak berada di tempat. Akhirnya Sumut Pos ditemui Wina, anak kedua pasangan Nurliah dan M Sagala. Sayangnya, Wina juga tidak menunjukkan itikad baik untuk memberi keterangan.

“Nanti ya kalau mau wawancara, nunggu orangtua saya pulang kerja,” katanya sembari menutup pintu beranda rumahnya dan meninggalkan wartawan koran ini.

Sementara Lurah Kenangan Baru Irawadi Harahap berjanji akan mempertanyakan motif penyiksaan tersebut dan bagaimana persoalan gaji serta hal-hal lainnya. “Kita akan mendatangi majikannya, akan kita pertanyakan itu semua,” ungkapnya. (ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/