25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ya Allah, Kenapa Ini Terjadi Pada Menantu dan Cucuku…

Pengakuan Keluarga Penumpang Pesawat yang Hilang

Keluarga korban jatuhnya pesawat Casa mendatangi kantor Nusantara Buana Airlines (NBA) di Jalan Brigjen Katamso, Medan Maimun, Rabu (29/9) siang. Begitu sampai keluarga korban pun menangis.

Rosmawaty Harahap, keluarga salah satu penumpang pesawat bernama Syamsidar Yusni dan dua anaknyan
Hamimatul Jannah dan Hanif Abdilah yang berada dalam pesawat sempat berteriak histeris.
“Kenapa seperti ini, cucuku dan menantuku ada di pesawat itu. Gimana kabar mereka,” ungkap Rosmawati sambil terus menangis.

Wanita berjilbab itu menuturkan menantunya Syamsidar Yusni seorang PNS di Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang bertugas di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara. Kedatangan Syamsidar Yusni bersama dua orang anaknya ke Medan, bertujuan melihat Rosmawati Harahap yang rindu pada kedua cucunya, Hanif Abdillah dan Hamimatul Nurjannah. Anak, menantu dan kedua cucunya tersebut memang tinggal di Kutacane.

‘’Memang sebelum kejadian saya mendapatkan firasat buruk bingkai foto cucu saya (Hanif Abdillah) memakai seragam pilot yang menempel di dinding rumah saya tiba-tiba saja jatuh. Padahal ketika itu tidak ada angin atau apapun,’’ cerita warga Jalan Anggrek, Pasar 12, Amplas Medan.

Namun, katanya, firasat buruk itu tidak langsung dipercayainya. Karena menantunya tersebut datang ke rumahnya bersama kedua cucunya. ‘’Firasat itu tidak saya percayai. Karena setelah dua hari peristiwa jatuhnya foto cucu saya itu, mereka datang. Bahkan mereka bermalam selama 5 hari di rumah saya. Mereka datangnya bertiga, sedangkan anak saya (suami Syamsidar Yusni) tidak ikut dengan alasan kerja di Kutacane,’’ ucap Rosmawati.

Rosmawati juga mengatakan bahwa rasa rindunya pada kedua cucunya tersebut hingga saat ini belum hilangnya. ‘’Cucu saya itu cantik-cantik. Makanya ketika mereka akan pulang ke Kutacane dengan menumpang pesawat, saya juga mengantarkan mereka ke Bandara Polonia Medan. Di Bandara Polonia, saya sempat memberi kedua cucu saya itu makan sebelum masuk ke dalam pesawat,’’ cerita Rosmawati.

Sambil mengusap air matanya Rosmawati terus bercerita mengenang kedua cucunya, sebelum pesawat berangkat menantunya tersebut sempat berkomunikasi pada dirinya melalui ponsel.’’Mereka di dalam pesawat masih sempat menghubungi saya. Itulah percakapan terakhir mereka dengan saya,’’ucap Rosmawati.

‘’Ya Allah, kenapa ini terjadi pada menantu dan kedua cucu ku. Cucu ku masih kecil-kecil, cantik-cantik kenapa ini menimpa ku ya Allah,’’ucap Rosmawati semberi menangis sejadi-jadinya.

‘’Mereka berangkat dari rumah saya sekitar pukul 06.00 WIB. Saya bilang pada mereka perginya 6.30 WIB saja. Ketika tiba di Bandara Polonia Medan, mereka terlambat, namun menantu saya langsung berlari-lari menuju ruangan keberangkatan, sedangkan saya tidak sempat memarkirkan mobil,’’ kenangnya.

Abdul Adi, warga Salembo II yang keponakannya anggota DPRK Aceh Tenggara Dr Suhelman bersama istrinya Dr Juli Dhaliana ikut di dalam pesawat mengatakan, tak tahu ada keperluan apa keponakannya datang ke Medan.
“Saya tahu dari keluarga yang di Aceh bahwa pesawat yang ditumpangi keponakan saya jatuh, makanya saya datang mencari informasinya,” ungkap Abdul kepada Sumut Pos.

Menurutnya, dirinya terakhir bertemu dengan Suhelman saat Lebaran lalu. “Saat itu Suhelman bersama keluarganya datang bersaliturahmi ke rumah saya,” katanya.

Evi, kakak Astuti bersama suaminya Suriadi dan anaknya Tia Apriliani mengaku, ketiganya datang ke Medan Senin (26/9) lalu, untuk berobat ke RSU Martha Friska karena Suriadi terkena strok ringan. “Tadi saya dapat telepon dari kerabat saya di Kutacane katanya pesawat yang ditumpangi adik saya Astuti jatuh di Bahorok,” sebutnya. “Sedih kali saya, soalnya mereka tidak ada ngasih kabar kalau ke Medan, biasanya dia ngasih kabar nginap di rumah saya ini tidak, mereka langsung ke rumah sakit, sedih kali saya nggak bisa lihat muka adik saya untuk terakhir kali,” sebutnya.
Khaliva, abang Tirnau Karsu, warga Jalan Mawar Gang Buntu Medan Polonia mengatakan, Tirnau ke Kutacane untuk melihat proyek bangunan yang dikerjakannya. “Rencananya cuman pergi sehari saja dia melihat proyeknya,” sebutnya. Menurutnya, dia tidak punya firasat buruk ketika adiknya berangkat.

Rahmawati, kemanakan Aisyah menjelaskan, mengetahui kabar hilangnya pesawat sekitar pukul 12.00 WIB. Menurutnya ibunya Aisyah bertolak ke Kutacane bermaksud mengunjungi salah seorang dari enam anaknya.
“Sebelumnya, tidak ada firasat buruk tentang keberangkatan ibu ke Kutacane. Tetapi tidak tahunya, dapat kabar kalau pesawat yang ditumpanginya jatuh. Untuk itu, kami sangat berharap agar tim yang bekerja segera menemukan pesawat serta seluruh penumpang dan awaknya,” harap Rahmawati.

Teman Gatot

Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho berada di Jakarta saat terjadi kecelakaan jatuhnya pesawat Cassa 212-200 di kaki Pegunungan Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, Kamis (29/9) pagi. Namun, usai menerima Kepres menunjukkan sekdaprov Sumut, Gatot sibuk menghubungi sejumlah pihak terkait terkait kecelakaan itu.
Gatot mengaku, teman dekatnya juga menjadi penumpang di pesawat yang jatuh itu. “Kawan saya itu namanya Junanda, istrinya bernama Syamsidar Yusri dan dua anaknya, Hanif Abdillah dan Hamimatul Jannah, berada di pesawat itu. Junanda tak ikut, dia di Kutacane,” ujar Gatot.  (rud/mag-5/mag-7/mag-4/sam)

Pengakuan Keluarga Penumpang Pesawat yang Hilang

Keluarga korban jatuhnya pesawat Casa mendatangi kantor Nusantara Buana Airlines (NBA) di Jalan Brigjen Katamso, Medan Maimun, Rabu (29/9) siang. Begitu sampai keluarga korban pun menangis.

Rosmawaty Harahap, keluarga salah satu penumpang pesawat bernama Syamsidar Yusni dan dua anaknyan
Hamimatul Jannah dan Hanif Abdilah yang berada dalam pesawat sempat berteriak histeris.
“Kenapa seperti ini, cucuku dan menantuku ada di pesawat itu. Gimana kabar mereka,” ungkap Rosmawati sambil terus menangis.

Wanita berjilbab itu menuturkan menantunya Syamsidar Yusni seorang PNS di Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang bertugas di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara. Kedatangan Syamsidar Yusni bersama dua orang anaknya ke Medan, bertujuan melihat Rosmawati Harahap yang rindu pada kedua cucunya, Hanif Abdillah dan Hamimatul Nurjannah. Anak, menantu dan kedua cucunya tersebut memang tinggal di Kutacane.

‘’Memang sebelum kejadian saya mendapatkan firasat buruk bingkai foto cucu saya (Hanif Abdillah) memakai seragam pilot yang menempel di dinding rumah saya tiba-tiba saja jatuh. Padahal ketika itu tidak ada angin atau apapun,’’ cerita warga Jalan Anggrek, Pasar 12, Amplas Medan.

Namun, katanya, firasat buruk itu tidak langsung dipercayainya. Karena menantunya tersebut datang ke rumahnya bersama kedua cucunya. ‘’Firasat itu tidak saya percayai. Karena setelah dua hari peristiwa jatuhnya foto cucu saya itu, mereka datang. Bahkan mereka bermalam selama 5 hari di rumah saya. Mereka datangnya bertiga, sedangkan anak saya (suami Syamsidar Yusni) tidak ikut dengan alasan kerja di Kutacane,’’ ucap Rosmawati.

Rosmawati juga mengatakan bahwa rasa rindunya pada kedua cucunya tersebut hingga saat ini belum hilangnya. ‘’Cucu saya itu cantik-cantik. Makanya ketika mereka akan pulang ke Kutacane dengan menumpang pesawat, saya juga mengantarkan mereka ke Bandara Polonia Medan. Di Bandara Polonia, saya sempat memberi kedua cucu saya itu makan sebelum masuk ke dalam pesawat,’’ cerita Rosmawati.

Sambil mengusap air matanya Rosmawati terus bercerita mengenang kedua cucunya, sebelum pesawat berangkat menantunya tersebut sempat berkomunikasi pada dirinya melalui ponsel.’’Mereka di dalam pesawat masih sempat menghubungi saya. Itulah percakapan terakhir mereka dengan saya,’’ucap Rosmawati.

‘’Ya Allah, kenapa ini terjadi pada menantu dan kedua cucu ku. Cucu ku masih kecil-kecil, cantik-cantik kenapa ini menimpa ku ya Allah,’’ucap Rosmawati semberi menangis sejadi-jadinya.

‘’Mereka berangkat dari rumah saya sekitar pukul 06.00 WIB. Saya bilang pada mereka perginya 6.30 WIB saja. Ketika tiba di Bandara Polonia Medan, mereka terlambat, namun menantu saya langsung berlari-lari menuju ruangan keberangkatan, sedangkan saya tidak sempat memarkirkan mobil,’’ kenangnya.

Abdul Adi, warga Salembo II yang keponakannya anggota DPRK Aceh Tenggara Dr Suhelman bersama istrinya Dr Juli Dhaliana ikut di dalam pesawat mengatakan, tak tahu ada keperluan apa keponakannya datang ke Medan.
“Saya tahu dari keluarga yang di Aceh bahwa pesawat yang ditumpangi keponakan saya jatuh, makanya saya datang mencari informasinya,” ungkap Abdul kepada Sumut Pos.

Menurutnya, dirinya terakhir bertemu dengan Suhelman saat Lebaran lalu. “Saat itu Suhelman bersama keluarganya datang bersaliturahmi ke rumah saya,” katanya.

Evi, kakak Astuti bersama suaminya Suriadi dan anaknya Tia Apriliani mengaku, ketiganya datang ke Medan Senin (26/9) lalu, untuk berobat ke RSU Martha Friska karena Suriadi terkena strok ringan. “Tadi saya dapat telepon dari kerabat saya di Kutacane katanya pesawat yang ditumpangi adik saya Astuti jatuh di Bahorok,” sebutnya. “Sedih kali saya, soalnya mereka tidak ada ngasih kabar kalau ke Medan, biasanya dia ngasih kabar nginap di rumah saya ini tidak, mereka langsung ke rumah sakit, sedih kali saya nggak bisa lihat muka adik saya untuk terakhir kali,” sebutnya.
Khaliva, abang Tirnau Karsu, warga Jalan Mawar Gang Buntu Medan Polonia mengatakan, Tirnau ke Kutacane untuk melihat proyek bangunan yang dikerjakannya. “Rencananya cuman pergi sehari saja dia melihat proyeknya,” sebutnya. Menurutnya, dia tidak punya firasat buruk ketika adiknya berangkat.

Rahmawati, kemanakan Aisyah menjelaskan, mengetahui kabar hilangnya pesawat sekitar pukul 12.00 WIB. Menurutnya ibunya Aisyah bertolak ke Kutacane bermaksud mengunjungi salah seorang dari enam anaknya.
“Sebelumnya, tidak ada firasat buruk tentang keberangkatan ibu ke Kutacane. Tetapi tidak tahunya, dapat kabar kalau pesawat yang ditumpanginya jatuh. Untuk itu, kami sangat berharap agar tim yang bekerja segera menemukan pesawat serta seluruh penumpang dan awaknya,” harap Rahmawati.

Teman Gatot

Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho berada di Jakarta saat terjadi kecelakaan jatuhnya pesawat Cassa 212-200 di kaki Pegunungan Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, Kamis (29/9) pagi. Namun, usai menerima Kepres menunjukkan sekdaprov Sumut, Gatot sibuk menghubungi sejumlah pihak terkait terkait kecelakaan itu.
Gatot mengaku, teman dekatnya juga menjadi penumpang di pesawat yang jatuh itu. “Kawan saya itu namanya Junanda, istrinya bernama Syamsidar Yusri dan dua anaknya, Hanif Abdillah dan Hamimatul Jannah, berada di pesawat itu. Junanda tak ikut, dia di Kutacane,” ujar Gatot.  (rud/mag-5/mag-7/mag-4/sam)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/