Kualitas dokter Indonesia di bidang esetetika tidak kalah dengan luar negeri. Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan health tourism, Perhimpunan Dokter Estetika Indonesia (Perdesati) mendukung program tersebut dengan menggelar beragam acara nasional dibidang estetika dan kecantikan.
YERI VLORIDA, JPNN
SEJAK 2004 lalu di Indonesia dunia kecantikan dan esetika mulai dikenal dan booming. Ditandai dengan menjamurnya klinik dokter dan pusat kecantikan terutama di Jakarta. Sejak itu, Indonesia mulai familiar dengan bidang skin care terutama bagi kalangan perempuan dari remaja puteri hingga ibu rumah tangga.
Sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Barat dokter Dollar, turut mendukung kesuksesan dunia estetika. Menurutnya, kekuatan Indonesia seperti Bali tidak hanya mendunia dikenal sebagai tujuan wisata. Keindahan alam dan kekayaan herbal yang menonjol menjadi pintu masuk untuk wisatawan ke Indonesia terutama di bidang Health Tourism.
Untuk itu kata Dollar pihaknya melalui IDI Jakarta Barat menjadi penyelenggarakan acara Perdesti. Serangkaian acara digelar di tempat itu dengan diikuti para dokter di Jakarta Convention Center kemarin.
Di Indonesia saat ini terdapat 140 ribu dokter dan 23 ribu dokter di DKI Jakarta. Sedangkan 6000 dokter spesialis sedangkan sisanya adalah dokter umum. Dengan begitu, kualitas yang dimiliki dokter Indonesia juga mampu bersaing dengan luar negeri.
Bagi Dollar, kegiatan itu untuk memberikan wawasan kepada masyarakat tentang mutu dan kualitas dokter Indonesia.“Tidak harus jauh ke luar negeri, dokter di bidang estetika Indonesia juga bagus,” ungkapnya.
Ia memberikan contoh, saat ini juga banyak salon yang membuka bisnis kecantikan khususnya wanita. Namun juga banyak salon tersebut mengklaim ada dokter yang buka praktik di sana.“Dokter tidak praktek di salon. Bisa saja sebelah tempat prakter ada salon kecantikan. Tetapi seorang dokter jika memiliki usaha salon tidak dilarang,” katanya.
Tanda dokter yang sah kata Dollar dengan memberikan tanda papan bertulisan nama dokter praktek yang bersangkutan. Sehingga masyarakat dapat mudah membedakan dokter yang benar dan asli sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Dollar yang didampingi dr Lewis Lie sebagai penyelenggarakan acara Perdesati itu juga menyarankan agar sebaiknya masyarakat jangan terkecoh perawatan di salon yang mengandalkan tenaga dokter.
“Dokter yang benar itu ada plakatnya, ada papan nama, pastinya ada sertifikatnya serta surat izin praktik (SIP). Itu sudah kewajiban dari dokter untuk menampilkan SIP-nya. Kalau tidak ya patut dicurigai,” jelasnya.
Untuk mencegah hal tersebut Perdesti biasanya akan memberi informasi kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau dinas kesehatan jika ada suatu tempat yang meragukan.
Peluang untuk pengembangan peluang usaha estetika seperti halnya wajah dan kulit juga sangat besar. Apalagi secara kondrati semua orang ingin tampil sempurna dan cantik dan itu tidak mengenal batas negara.
“Estetika medik bisa menjadi bagian dari dari Health Tourism. Dengan demikian bisa menjadi pintu masuk wisatawan ke negara kita bukan sebaliknya, warga Indonesia yang keluar negeri,”ungkapnya.
Dari rangkaian acara Perdesti tersebut di sertai dengan kegiatan beragam topik. Misalnya tentang kulit, jerawat dalam seminar tersebut di bahas mulai dari pendekatan hormonal hingga nutrisi sebagai terapi.
Sedangkan untuk problem penuan kulit pembahasan melibatkan alat dan metoda terbaru yang akan dibawakan berbagai pakar dari Italia, Malaysia dan Amerika Serikat. Mengusung tema ‘Beauty and arts in aesthetic medicine’. (*)