32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Ir Triwisaksana, Politisi Pusat jadi Korban Amuk Massa di Medan

Mungkin karena di Mobil Ada Logo PKS…

Mobil Kijang Innova hitam itu melaju tenang. Mobil berplat BK 1463 JB yang membawa fungsionaris DPP PKS Ir Triwisaksan tersebut nyaman membelah Jalan S Parman Medan, kemarin. Tak disangka tak diduga, dalam hitungan menit, mobil itu malah diamuk massa. Ya, saat itu memang sedang ada unjuk rasa yang berkonsentrasi di Jalan S Parman.

Tak pelak, Triwisaksana yang akrab dipanggil Sani terkejut. Mobil dihadang massa demonstari di lokasi tersebut. “Kami melintas, sama sekali tak tahu ada demo di sana,” jelas Sani pasrah.

Menurut Sani, tiba-tiba mahasiswa menaiki sepeda motor langsung menghantam bodi mobil. “Pas saya melintas, tiba-tiba pendemonya mukul mobil dan memecahkan kaca spion,” tambahnya.

Sosok yang tergabung dalam Tim Sukses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta DR  Hidayat Nurwahid dan Prof  DR Didik J Rachbini ini menduga aksi itu karena di mobil yang dia kendarai terdapat logo partai. “Mungkin karena di mobil ada logo PKS,” ujarnya.

Tampaknya, Sani curiga dengan massa yang tidak suka dengan sikap PKS terkait kebijakan harga BBM. Ya, meski menolak kenaikan harga BBM, PKS masih termasuk partai koalisi. Sani, yang berada di dalam mobil, tidak mengalami cedera. Namun bodi mobil rusak akibat terkena lemparan batu dan hantaman balok.

Untungnya, aksi tidak berlangsung lama dan akhirnya mobil tersebut dilepaskan untuk meninggalkan lokasi aksi. Sani yang beberapa hari sebelumnya menghadiri Mukernas PKS di Medan tersebut pun dibebaskan. Akhirnya, pihak kepolisian yang tiba di lokasi, langsung meminta keterangan pada korban. Kasus ini pun didalami oleh pihak Polresta Medan.

Selain Sani dengan mobil operasional PKS yang jadi korban, massa sempat juga menyandera mobil truk pengangkut sampah milik Dinas Kebersihan Kota Medan dengan plat BK0636 XY. Tapi penyandraan tidak berlangsung lama, akhirnya truk sampah dilepaskan karena massa meninggalkan lokasi tersebut.
Di sisi lain, Grand Swissbell Hotel di Jalan S Parman tetap beroperasi seperti biasa. Ya, meskipun pengunjung terlihat tidak berani memasuki Grand Swissbell tapi pihak manajemen terlihat tidak menutup pintu masuk hotel ataupun mall. Begitu juga pengunjung terlihat tidak berani untuk keluar dari hotel tersebut sebelum mahasiswa menghentikan aksinya.

Hal yang sama dilakukan manajemen Hotel Aryaduta. Humas Hotel Aryaduta Medan, Elni, mengaku kalau pihaknya memang tetap beroperasi meskipun unjukrasa dilakukan sangat dekat jaraknya dengan Hotel Aryaduta. “Kita tetap buka, untuk pengamanan kita standby kan security di depan Hotel, kalau sekarang semua sudah terkontrol dan suasana sudah kondusif,” kata Elni.

Sementara, sejumlah tenant Palladium Plaza juga memilih tutup. “Matahari Departemen Store di atas saja sudah tutup, apalagi kami yang di bawah ini, lebih baik menutup sajalah,” kata Leni penjaga tenant handphone di Palladium Plaza.

Sedangkan akses jalan dari Jalan Guru Patimpus menuju Raden Saleh terpaksa dialihkan ke Jalan Candi Borobudur, begitu juga arus Jalan Diponegoro menuju Jalan Raden Saleh terpaksa dialihkan ke Jalan Kejaksaan dan Jalan Imam Bonjol dan diteruskan ke Jalan Palang Merah.

Ternyata, aksi itu mengundang banyak pihak untuk menonton. Bukan hanya pengendara yang melihat aksi pemblokiran jalan dan orasi politik mahasiswa, melainkan tamu Hotel Santika Dyandra serta pengunjung Plaza Palladium menyaksikannya.

Saat itulah, dua orang ibu rumah tangga muncul untuk menyampaikan orasi politiknya menolak naiknya harga BBM. Bagi ibu rumah tangga, kenaikan BBM akan mengundang naiknya harga sembako dan bakal menyulitkan perekonomian keluarga serta menciptakan kemiskinan baru.

Tak hanya sampai di situ, tukang sate yang sedang berdagang di areal unjuk rasa itu ikut-ikutan menuding pemerintah SBY-Boediono telah gagal, karena akan menaikkan harga BBM. “Turunkan SBY-Boediono, tolak naiknya harga BBM,” ucap pria sambil memegang sate telur, kerang dan tahu.

Bukan itu saja, sejumlah masyarakat yang menyaksikan aksi unjuk rasa tak segan-segan membantu memberikan bantuan minuman air mineral dan membeli sate untuk dimakan para pengunjuk rasa. (gus/rud/adl/ril/ram)

Mungkin karena di Mobil Ada Logo PKS…

Mobil Kijang Innova hitam itu melaju tenang. Mobil berplat BK 1463 JB yang membawa fungsionaris DPP PKS Ir Triwisaksan tersebut nyaman membelah Jalan S Parman Medan, kemarin. Tak disangka tak diduga, dalam hitungan menit, mobil itu malah diamuk massa. Ya, saat itu memang sedang ada unjuk rasa yang berkonsentrasi di Jalan S Parman.

Tak pelak, Triwisaksana yang akrab dipanggil Sani terkejut. Mobil dihadang massa demonstari di lokasi tersebut. “Kami melintas, sama sekali tak tahu ada demo di sana,” jelas Sani pasrah.

Menurut Sani, tiba-tiba mahasiswa menaiki sepeda motor langsung menghantam bodi mobil. “Pas saya melintas, tiba-tiba pendemonya mukul mobil dan memecahkan kaca spion,” tambahnya.

Sosok yang tergabung dalam Tim Sukses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta DR  Hidayat Nurwahid dan Prof  DR Didik J Rachbini ini menduga aksi itu karena di mobil yang dia kendarai terdapat logo partai. “Mungkin karena di mobil ada logo PKS,” ujarnya.

Tampaknya, Sani curiga dengan massa yang tidak suka dengan sikap PKS terkait kebijakan harga BBM. Ya, meski menolak kenaikan harga BBM, PKS masih termasuk partai koalisi. Sani, yang berada di dalam mobil, tidak mengalami cedera. Namun bodi mobil rusak akibat terkena lemparan batu dan hantaman balok.

Untungnya, aksi tidak berlangsung lama dan akhirnya mobil tersebut dilepaskan untuk meninggalkan lokasi aksi. Sani yang beberapa hari sebelumnya menghadiri Mukernas PKS di Medan tersebut pun dibebaskan. Akhirnya, pihak kepolisian yang tiba di lokasi, langsung meminta keterangan pada korban. Kasus ini pun didalami oleh pihak Polresta Medan.

Selain Sani dengan mobil operasional PKS yang jadi korban, massa sempat juga menyandera mobil truk pengangkut sampah milik Dinas Kebersihan Kota Medan dengan plat BK0636 XY. Tapi penyandraan tidak berlangsung lama, akhirnya truk sampah dilepaskan karena massa meninggalkan lokasi tersebut.
Di sisi lain, Grand Swissbell Hotel di Jalan S Parman tetap beroperasi seperti biasa. Ya, meskipun pengunjung terlihat tidak berani memasuki Grand Swissbell tapi pihak manajemen terlihat tidak menutup pintu masuk hotel ataupun mall. Begitu juga pengunjung terlihat tidak berani untuk keluar dari hotel tersebut sebelum mahasiswa menghentikan aksinya.

Hal yang sama dilakukan manajemen Hotel Aryaduta. Humas Hotel Aryaduta Medan, Elni, mengaku kalau pihaknya memang tetap beroperasi meskipun unjukrasa dilakukan sangat dekat jaraknya dengan Hotel Aryaduta. “Kita tetap buka, untuk pengamanan kita standby kan security di depan Hotel, kalau sekarang semua sudah terkontrol dan suasana sudah kondusif,” kata Elni.

Sementara, sejumlah tenant Palladium Plaza juga memilih tutup. “Matahari Departemen Store di atas saja sudah tutup, apalagi kami yang di bawah ini, lebih baik menutup sajalah,” kata Leni penjaga tenant handphone di Palladium Plaza.

Sedangkan akses jalan dari Jalan Guru Patimpus menuju Raden Saleh terpaksa dialihkan ke Jalan Candi Borobudur, begitu juga arus Jalan Diponegoro menuju Jalan Raden Saleh terpaksa dialihkan ke Jalan Kejaksaan dan Jalan Imam Bonjol dan diteruskan ke Jalan Palang Merah.

Ternyata, aksi itu mengundang banyak pihak untuk menonton. Bukan hanya pengendara yang melihat aksi pemblokiran jalan dan orasi politik mahasiswa, melainkan tamu Hotel Santika Dyandra serta pengunjung Plaza Palladium menyaksikannya.

Saat itulah, dua orang ibu rumah tangga muncul untuk menyampaikan orasi politiknya menolak naiknya harga BBM. Bagi ibu rumah tangga, kenaikan BBM akan mengundang naiknya harga sembako dan bakal menyulitkan perekonomian keluarga serta menciptakan kemiskinan baru.

Tak hanya sampai di situ, tukang sate yang sedang berdagang di areal unjuk rasa itu ikut-ikutan menuding pemerintah SBY-Boediono telah gagal, karena akan menaikkan harga BBM. “Turunkan SBY-Boediono, tolak naiknya harga BBM,” ucap pria sambil memegang sate telur, kerang dan tahu.

Bukan itu saja, sejumlah masyarakat yang menyaksikan aksi unjuk rasa tak segan-segan membantu memberikan bantuan minuman air mineral dan membeli sate untuk dimakan para pengunjuk rasa. (gus/rud/adl/ril/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/